- Komunitas Blogger Bekasi - http://bloggerbekasi.com -

Sejarah Panjang Bekasi (I)

Posted By mharunalrasyid On January 4, 2010 @ 11:24 AM In Bekasi-Ku,Sejarah | 8 Comments

[1]

Salah satu koleksi buku yang mengupas sejarah Bekasi

BANYAK orang bertanya-tanya dari mana asal kata “bekasi”. Saya dan anda juga mungkin punya rasa penasaran yang sama tentang bagaimana asal muasal Kota Bekasi yang sudah kita jadikan rumah tinggal selama bertahun-tahun. Bahkan ada tetangga saya yang ingin mati dan dikubur di Bekasi (saking cintanya sama Bekasi). Sebagai bagian dari masyarakat urban yang sudah memutuskan untuk menetap dan tinggal di Kota Bekasi, kiranya penting (atau sekedar untuk pengetahuan) mengetahui sekilas sejarah Bekasi.

Tulisan yang menyangkut sejarah Bekasi saya ambil dari buku yang pernah saya tulis dengan beberapa kawan yang diberi judul ”Kabupaten Bekasi dari Masa ke Masa”. Kebetulan saya dipercaya sebagai editor oleh kawan-kawan. Saya tidak tahu apa alasan mereka memilih saya. Mungkin juga karena tampang saya yang sedikit jadul atau karena memakai kacamata sehingga dianggap agak pinteran dikit. Saya bukan seorang sejarawan, tantangan menulis sejarah Bekasi lebih banyak karena modal nekad saja dan yang pasti honornya lumayan.

Walaupun buku ini dikategorikan sebagai buku sejarah, namun metode penulisannya tidak hanya bersandarkan pada metode historis yang lazim digunakan oleh para sejarawan. Metode deskriptif dan eksploratif juga digunakan dalam menelusuri sejarah Bekasi yang dimulai dari abad ke 5 masehi sampai abad 21.

Tulisan tentang sejarah Bekasi diawali dengan mengutif pendapat Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno). Menurut penelusuran Poerbatjaraka, kata “Bekasi “ secara filologis, berasal dari kata Candrabhaga; Candra berarti “bulan” (sama dengan kata sasi, dalam bahasa Jawa Kuno) dan Bhaga berarti bagian. Jadi, secara etimologis kata Candrabhaga berarti bagian dari bulan.

Entah bagaimana, perkembangan selanjutnya pelafalan kata Candrabhaga berubah menjadi Sasibhaga dan kemudian Bhagasasi. Pengucapan kedua kata tersebut sering disingkat menjadi Bhagasi. Pemerintah kolonial Belanda sering menulis kata Bhagasi dengan Baccasie. Seiring dengan perkembangan Bahasa Indonesia, kata Baccasie berubah menjadi Bekasi sampai sekarang ini (1988: 38). Karena itu, dalam suatu kopdar dengan Komunitas Bloger Bekasi, saya mengusulkan panggilan untuk para Bloger Bekasi dengan kata “bekaccier”.

Penelusuran Poerbatjaraka ini memang banyak diragukan validitasnya oleh kalangan ahli sejarah dan bahasa, karena tidak berdasarkan penelitian geomorfologi, melainkan hanya bersandar pada kerangka filologi semata. Namun, setidaknya hasil penelusuran Poerbatjaraka dapat dijadikan sebagai petunjuk awal asal muasal munculnya kata “bekasi”. Setidaknya, penelusuran ini dapat mengurangi sedikit kepenasaran warga terhadap asal muasal kata “bekasi”.

Awal Keberadaan Bekasi

Walaupun tidak ada bukti sejarah yang sangat kuat berupa peninggalan artefak atau prasasti, diyakini keberadaan Bekasi dimulai pada zaman kejayaan Kerajaan Tarumanegara, sekitar abad ke-5 Masehi. Letak Kerajaan Tarumanegara diduga kuat berada di sepanjang sungai Tarum atau yang lebih dikenal dengan sebutan sungai Citarum. Luas wilayahnya meliputi Jakarta sekarang, daerah Bogor dan Banten Selatan.

Sekarang ini, nama Tarum digunakan untuk menamakan aliran sungai buatan yang dikenal warga dengan nama sungai Kalimalang. Sebenarnya nama sungai Kalimalang lebih tepat digunakan mulai dari aliran sekitar Mall Giant (Bekasi Barat) ke arah Jakarta. Sedangkan nama aliran sungai dari Giant ke arah Cikarang sampai ke Purwakarta namanya Aliran Sungai Tarum Barat. Begitu kata Pa Lanti yang pernah menjabat sebagai direktur Cipta Karya, Departemen PU.

[2]

Prasasti Tugu yang ditemukan di Cilincing Jakarta

Mungkin dari penamaan sungai ini muncul dugaan keterkaitan antara Kerajaan Tarumanegara dengan Bekasi. Saya tidak menggunakan metode historis yang lebih sahih secara ilmiah, namun lebih mendasarkan pada logika empiris untuk menyimpulkan awal keberadaan Bekasi di zaman Kerajaan Tarumanegara. Saya sendiri tidak menampik temuan para arkeolog yang menemukan Prasasti Tugu di daerah Cilincing, Jakarta (entah tahun berapa ?). Salah satu isi tulisan dalam prasasti tersebut memiliki keterkaitan logika dengan penelusuran Poerbatjaraka, disebutkan dalam alinea pertama tertulis “Dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut…..”. Selain itu, saya tidak menemukan bukti yang lebih kuat keberadaan Bekasi dengan Kerajaan Tarumanegara.

Setelah masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara mulai menurun, muncul dua kerajaan besar di sekitar wilayah Jawa Barat, yakni Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Di antara kedua kerajaan tersebut, yang memiliki pengaruh yang cukup kuat hingga daerah Bekasi adalah Kerajaan Pajajaran (Rohaedi,1975:31).

Kerajaan Padjadjaran didirikan pada masa pemerintahan Sribaduga Maharaja pada tahun 1255 Caka atau 1333 Masehi. Tanda pendirian pusat Kerajaan Pajajaran ini tertuang dalam situs sejarah Batu Tulis, yang ditemukan di daerah Bogor. Bekasi menjadi kota yang sangat penting bagi Kerajaan Pajajaran. Menurut Sutarga, wilayah Kerajaan Pajajaran banyak dilalui aliran sungai besar yakni sungai Ciliwung dan Cisadane yang menjadi urat nadi transportasi yang menghubungkan jalur antar kota seperti Bekasi, Karawang, Sunda Kelapa, Tangerang dan Mahaten atau Banten Sorasoan (1965: 20).

Bekasi tempo dulu memang banyak dilalui oleh sungai-sungai besar dan rawa-rawa yang terhampar luas. Bahkan sekitar tahun 1940 an – 1960 an, di Bekasi sering diadakan perlombaan perahu naga di sungai-sungai atau rawa-rawa. Sekarang ini banyak rawa yang hilang digantikan oleh perumahan dan mall-mall. Salah satu rawa tersebut berada di sekitar Jalan Cut Meutia yang sekarang menjadi bangunan mall dan apartment Blue Ocean atau lebih dikenal dengan Carefour. Saya tidak tahu persis berapa banyak rawa yang sudah dialihfungsikan menjadi bangunan. Risiko alih fungsi menjadikan Kota Bekasi rawan banjir karena penampungan alam sudah tidak ada lagi.

Dalam kenangan para sepuh Bekasi, sungai dan rawa juga menjadi habitat ikan gabus. Karena itu, Bekasi sangat terkenal dengan masakan ikan gabusnya yang sangat lezat. Sekarang ini warung yang mengkhususkan masakan ikan gabus dapat ditemukan di sekitar perempatan Gedung Perkantoran Pemerintah Kota Bekasi, sekitar 200 meter dari stasiun BBM (dekat Chevest), di jalan Pekayon pas belokan yang mau ke perumahan Century II atau di sekitar jalan Narogong Raya dekat pintu masuk Kemang Pratama III. Lokasi warung lainnya tidak saya ketahui secara persis.

Konon masakan ikan gabus sekarang ini tidak selezat tempo dulu. Hampir semua pasokan ikan gabus diperoleh dari kolam buatan bukan dari habitat aslinya. Karena itu dagingnya tidak lagi serenyah ikan yang diambil dari rawa-rawa. Namun bagi saya yang asli urban, tidak mengurangi kenikmatan menyantap sop ikan gabus. Mak nyuzzz, kalau kata Bondan. Coba lah, saya jamin anda pun akan ketagihan seperti saya.

Next time…….to be countinued


Article printed from Komunitas Blogger Bekasi: http://bloggerbekasi.com

URL to article: http://bloggerbekasi.com/2010/01/04/sejarah-panjang-bekasi-i.html

URLs in this post:

[1] Image: http://bloggerbekasi.com/wp-content/uploads/2010/01/Buku-Bekasi.jpg

[2] Image: http://bloggerbekasi.com/wp-content/uploads/2010/01/PRASASTI1.jpg

Copyright © 2009 Komunitas Blogger Bekasi : http://www.bloggerbekasi.com. All rights reserved.