Meskipun demikian, “Bersih dan Hijau” tidak hanya terkait dengan isu lingkungan, juga berhubungan erat dengan mental masyarakat / penduduk kota tentang bagaimana menjaga bersih dan hijau, serta bagaimana menjadi sehat.
Hal inilah yang menjadi concern pemerintah Kota Bekasi saat ini, Mochtar Mohamad (Walikota Bekasi) dan Rahmat Effendi (Wakil Walikota) mengenai visi IHSAN tidak hanya diterapkan pada good governance. Tapi diterapkan juga di ranah masyarakatnya agar penduduk kota menjadi lebih aware terhadap Bersih dan Sehat.
Di tingkat nasional, Bersih dan Sehat dihargai oleh Menteri Lingkungan Hidup menjadi bagian dari penilaian Penghargaan Adipura (Program Adipura mulai diaktifkan kembali tahun 2002 setelah vakum tahun 1998 karena perubahan politik kekuasaan di Indonesia). Jika ingin mengikuti Program Adipura, maka Kota / Kabupaten yang siap bertanding untuk menjadi “terbersih” harus mendaftar terlebih dahulu di KLH (Kementerian Lingkungan Hidup). Jika telah mendaftar, maka Pemda harus siap untuk menganggarkan dana untuk melaksanakan program-program untuk mendapatkan piagam Adipura.
Dan Kota Bekasi telah mendaftar dari sejak tahun 2002 untuk mengikuti kontes Adipura ini.
Tapi kenapa Kota Bekasi berada di peringkat paling bawah as the dirtiest city untuk kategori Kota Metropolitan?? itu DULU.
SEKARANG berbeda.
Aktifitas mobilisasi sosial pun dijabarkan di berbagai kegiatan/program Adipura, salah satunya adalah gerakan MENANAM SATU POHON UNTUK SATU RUMAH. Program ini selalu saya dengar secara frequently di salah satu radio Bekasi.
Berhasilkah?
Meskipun hal kecil, semoga menjadi kontribusi agar Kota Bekasi menjadi hijau dan bersih (karena penghijauan juga turut membersihkan udara dari polusi kota).
Bukankah Adipura akan teraih oleh Kota Bekasi jika kita melakukannya dari hal yang paling terkecil?
Anggi Kusumah
http://ayankcantiq.multiply.com
ayo go green
[Reply]