- Komunitas Blogger Bekasi - http://bloggerbekasi.com -
PLBB (2) : Orang Bekasi Kebanyakan Betokaw, Masa Muloknya Sunda?
Posted By komar On February 14, 2010 @ 10:58 AM In Artikel,Sosial-Budaya | 7 Comments
Bojong Koneng, dua belas tahun lewat.
Sebagai aktivis PII (Pelajar islam Indonesia) saya dan beberapa teman menyelenggarakan SIAM (studi islam awal mula). Tiga hari , tiga malam. Tempatnya di sekolaan al Imaroh, kampung Bojong Koneng, Cibitung, Kab. Bekasi.
Mulai Jumat sore hingga malam senin. Ada kejadian menarik. Walau training udah jalan semalam, mereka masih kagak berubah. Gak ada dinamika kelas. Cicing wae. Diam saja.
Gak ada satupun yang ngacung. Baek nanya atawa usulan. Atawa apa keq…..
Berkumpulah kami para instruktur. Kami mencari jawaban mengapa mereka tidak berani tampil. Bicara dan aktif merespon apa yang disampein. Lalu, dibentuklah Pansus, eh, Team investigasi.
Selidik punya selidik ternyata, anak-anak Bojong Koneng itu malu ama logat dan bahasa mereka sendiri. Mereka rata-rata bocah kampung aselih Bekasih.
“Kita bikin materi baru : LINGUISTIK…..’ teriak laki-laki keriting, rada-rada sipit, Khairul Fuad MA. Oh, belom S2 masih mahasiswa. Sekarang dosen di UNAS dan narasumber DAKTA. Doi Bekasi tulen…..
“Linguistik? Maksud lo….?” Teriak nyang laen. Mata melotot. Menanti jawaban dari Fuad.
“Bahasa…..ya, bahasa…..bahasa asli kita bahas jadi tema!” katanya semangat.
“Setuju…..” kata saya sumringah. Saya ampe turun dari bangku, sembari bediri saya peragakan seperti orang mukul tapi pake bawah telapak tangan. “Ente liet neh…..posisi tangan ketika memukul itu punya terminologinya sendiri…….”
“Ini nonjok….” Kata saya memperagakan seperti seorang petinju yang melepaskan hook.
“Ini gamparrr……” tangan saya buka. Dan saya arahkan ke muka saya sendiri.
“ini dodog……..” tangan saya kepalkan. Saya pinjam punggung belakang Fuad. “Biasanya kalo aki-aki keselek…ini bukan untuk menjatuhkan lawan. Lebih untuk ngilangin yang seret….”
“Ini jitak……” tangan saya saya peragakan tidak menggenggam penuh.
“Kita berikan pemahaman mereka bahwa bahasa ibu kita juga adalah kekayaan yang tak ternilai…..” giliran Widi Banu Santoso yang bersemangat. Biar kata secara gen dia orang Jawa, cuman karena saking lamanya di Bekasi, dia udah bersenyawa dengan Bekasi.
Singkat cerita, jadilah kami menyampaikan materi bikinan sendiri. Linguistik : Bahasa Bekasi.
Saya masuk ruang training dengan cengengesan. “Halo apa kabar?”
“Baiiiik……..” jawab mereka agak pelan.
“Mana suaranya…..?” saya balikin lagi sengaja….
Mereka menjawab, ini kali lebih semangat…”baeee…….’
Saya langsung mendekat ke salah seorang diantara mereka. Memintanya untuk berdiri. “Coba kamu berdiri…..”
“Nama kamu siapa dik?”
“Saya Satiri ka……” ngomongnya sembari goyang-goyang dengan tangan ditutupin ke mulut.
“Jawabnya nyang bener apa….jangan kayak batang kayu ninjo, diinjek ngemplad…….” Sengaja saya pilih kalimat pake bahasa aselih.
Walaupun sayaharus mengernyit. Maklumlah, sekolaan dan lingkungan saya emang gak terlalu make entuh bahasa. Jadi kudu mikir. Gak spontan. Apalagi kalo jaman mahasiswa dimana saya dikepung ole ide-ide Ali shariati, Hasan Hanafi, Emha Ainun Najib dan laen-laen sehingga susah sekali ngeluarin bahasa asli Bekasi. Hadooooh…!
Yang denger ketawa semua. Yang namanya Satiri masih nutup muka. Dirinya kagak jejeg. Plantar-plintir.
“Oke…Satiri…lihat saya. Santai saja yah….tangannya di lepas dari mulut…..tarik nafas……” saya mengomandoinya. Dia mulain tenang. Tangannya di sisi kanan.
“Nama Sayah….Satiri….”
“Naaah…bagussss…..tepuk tangan buat Satiri…..” potong saya memberi semangat.
Dalam keadaan yang bersemangat itu, saya masuk langsung ke tujuan. Ibarat petarung saya langsung menohok uluhati mereka. Biar sekalian nampol. “Saya ingin kalian menghargai bahasa kita sendiri….mari kita buktikan bahwa bahasa kita gak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia….”
Langsung saya tulis. Pake kapur tulis. Ke papan tulis yang berwarna item. “Coba apa bahasa Indonesianya…PLANTONGIN….’
Semuanya gak bisa jawab. Karena memang ada peristiwa unik yang dimunculkan dalam sebuah bahasa. Plantongin itu bukan sekadar dilempar pake benda tajam. Tapi, lebih daripada itu. Diplantongin itu dilempar menggunakan benda, gak mesti parang, yang agak panjang kira-kira 50 cm. Ketika dilempar kea rah anak-anak yang nyuri semangka. Benda itu dilempar berputar. Dan arahnya ke kaki. Sekadar untuk melumpuhkan. Buka untuk mematikan.
Begitulah ceritanya. Dengan riang mereka pun bicara. Awal-awalan dibumbui ketawa-ketiwi. Lama-kelamaan muncul keberanian untuk bicara pake bahasa aseli mereka.
Kejadian diatas bukan imajinasi. Ini true story. Akibat apa? Karena muloknya Bahasa Sunda!
Buat yang deket ama Dinas Pendidikan inpormasiin hal ini. JADIIN BAHASA BEKASI MULOK!
[komar from bekut]
Article printed from Komunitas Blogger Bekasi: http://bloggerbekasi.com
URL to article: http://bloggerbekasi.com/2010/02/14/plbb-2-orang-bekasi-kebanyakan-betokaw-masa-muloknya-sunda.html
Click here to print.
Copyright © 2009 Komunitas Blogger Bekasi : http://www.bloggerbekasi.com. All rights reserved.