Ketika Beras Tinggal 1 Liter dan Sisa Uang Tinggal 5 Ribu

“Bi, beras kita tinggal seliter” Ucap istriku. Aku yang sedari tadi asyik membaca beranjak dari kursi, “masa, mi?”

“Iya, duit kita juga tinggal 5 ribu…”

“Oh, gitu?”

“Trus kita makan apa hari ini?

“Yah masak yang sesuai dengan keuangan kita aja, beli telor seperempat juga cukup ‘kan?”

“Iya deh. Tapi buat besok gimana? Belum lagi ongkos sekolah Salsa?”

“Tenang mi, ketika uang kita menipis atau habis, itu artinya Allah akan kasih rezeki baru buat kita? Insya Allah …”

Ya, tentu. Allah tidak akan membiarkan makhluknya hidup di bumi ini tanpa tebaran rizki dan rahmatnya. Bila makhluk kecil seperti semut saja telah Allah tentukan rizkinya, apalagi manusia yang besar dan memiliki otak yang cerdas! Tinggal bagaimana manusia berusaha dan menjemput rizkinya!

“Umi, Abi berangkat dulu ya?”

“Loh kemana? Abi nggak makan dulu?”

“Nggak deh, Abi mau cari uang…”

Lalu akupun keliling ke toko-toko servis komputer temanku, “Ah, mungkin disana ada rizkiku”, pikirku. Satu demi satu aku kelilingi. Biasanya, dari salah satu toko temanku itu ada saja pekerjaan servis yang di oper ke aku. Atau, kadang bila mereka mencari barang pesan untuk dicarikan dan aku mendapatkan komisi dari barang yang mereka pesan. Tapi hari menjelang sore, dan aku belum mendapatkan apa-apa.

“Ah, saatnya pulang” pikirku, mungkin tidak sore ini. Mungkin nanti malam ada rizki untukku. Lagi pula aku lapar, saatnya untuk makan sepiring nasi dengan telor dadar!

Sampai dirumah, istriku telah menantiku di depan rumah kontrakan kami yang sekaligus aku gunakan sebagai tempat servis komputer.

“Assalamu’alaikum…”

“Wa alaikumussalaam”

“Mi, siapin makan ya?”

“Iya Bi. Oh, iya tadi Pak Herman titip uang 30 ribu untuk Install yang kemarin belum dibayar.”

“Alhamdulillah…” inilah rezeki itu. Allah tidak menyia-nyiakan hambanya yang berusaha.

“Iya Bi, tapi kita juga butuh bayar sekolah anak 80 ribu…”

“Insya Allah Mi, nanti malam kita dapat rizki…” Kataku bersemangat melihat ‘titik terang’…

Aku makan nasi dan telor dadar sore itu serasa lezat sekali … lebih lezat dari rasanya ayam goreng!

Selepas magrib, dan setelah membaca Al Qur’an beberapa ‘ain aku bersantai dengan segelas teh manis di depan rumah …

“Assalamu’alaikum …” Mbak Wiwid tetangga dan teman istriku datang beserta anaknya yang berumur sekitar 5 tahun.

“Wa alaikum salaam … mau ketemu Uminya ya Mbak? Ada tuh di dalam.”

“Iya, pak…”

“Mi…Umi…ada mbak Wiwid nih? Masuk aja mbak” Suruhku…

Dan mbak Wiwid pun masuk dan terlibat perbincangan hangat dengan istriku. Tak lama kemudian, istriku keluar menghampiriku dan membisikkan sesuatu…

“Bi, mbak Wiwid mau pinjam duit 20 ribu … tadi dia berantem habis dipukuli sama suaminya dan mau kerumah adiknya di Pamulang gak ada ongkos. Gimana?”

“Walah, gawat sekali… ya udah, kasih aja Mi…” Aku merasa kasihan.

“Tapi tadi duitnya udah umi beliin beras seliter yang 5 ribu…”

“Jadi …”

“Iya, kalo kita kasih berarti duit kita tinggal 5 ribu dan beras seliter …”

“Tapi mbak Wiwid butuh, kasih ajalah…”

“Trus duit kita habis dong?”

“Itu artinya Allah akan memberi kita rizki baru Mi…”

“Astaghfirullah, iya ya Bi.” Istriku menyadari kekeliruannya.

Malam semakin larut, dan beras seliter serta uang lima ribu adalah modalku malam ini. Dan aku masih harus mencari 80 ribu lagi untuk bayar sekolah anakku. Seandainya malam ini tidak ada yang datang untuk servis, artinya besok duit lima ribu itu hanya cukup untuk anakku berangkat sekolah. Tidak ada uang belanja, tidak ada duit bayaran…

Aku telah siap untuk menutup pintu rumah kami ketika jam menunjukkan angka 10. Alhamdulillah, kami bisa melalui hari ini dengan rizkiNya. Dan itu cukup bagi kami, meskipun beras tinggal 1 liter dan sisa uang tinggal 5 ribu. Tinggal meminta waktu kepada sekolah untuk menunda pembayaran…

“Assalamu’alaikum…” Aku lihat Badiar bersama seseorang yang tidak aku kenal datang.

“Wa’alaikum salaam …”

“Pak ada Pentium tiga gak? Ini teman saya lagi cari”

“Wah, kebetulan ada. Tapi belum dirakit. Kalo mau, besok pagi udah siap”

“Harganya berapa pak?”

“700 ribu”

“Baik deh pak…” Lalu kulihat Badiar bercakap-cakap dengan orang yang bersamanya. Tak lama kemudian orang yang bersamanya itu menghampiriku.

“Ini pak sebagai panjer 100 ribu dulu, besok komputernya datang saya bayar langsung”

“Boleh, trimakasih ya?” Aku mengambil uang panjer yang diberikan orang itu.

Page 1 of 2 | Next page