- Komunitas Blogger Bekasi - http://bloggerbekasi.com -
Tolong Tunjukkan dimana Pasar Madinah itu
Posted By leni On March 24, 2010 @ 11:09 AM In Ekonomi-Bisnis | 8 Comments
[1]“Ah, kayaknya aku mending dirumah sajalah, banyak2 tafakur di masjid, toh rizkiku tak akan lari dan pasti datang”. Kawan, kau pasti lupa, manusia yang paling dicinta adalah umat-NYA yang terus berjuang. Rizki tidak jatuh dari langit hanya dengan takdir dan doa, tapi juga ikhtiar yang ulet. Bahkan ampunan utama diberikan bagi orang yang kelelahan karena mencari nafkah dan gigih bekerja. “Allah jadikan rizkiku di bawah kilatan pedang” demikian sabda rasul.
“Lalu usaha apa dong, kayaknya semua usaha udah ada dimana-mana, mana bisa laku bersaing”. Tuh kan, memakai kata kayaknya saja berarti kan tidak yakin. Bila tidak yakin berarti tak punya ilmu. Usaha sih ya apa saja, yang penting terus dicari ilmunya hingga tahu usaha apa yang dicinta Allah, yaitu usaha yang sesuai kaidah dan prinsip agama, tidak menzalimi, ada misi syiar, jauh dari riba. Bahkan sekalipun kita tahu, janganlah saling mencela mencela dan merendahkan jalur-jalur usaha apapun yang halal dan tidak melalaikan ibadah.
“Tapi misal kalau aku jadi ngelapakin barang yang ditawarkan itu, duh gengsi banget, gimana kalau nanti ketemu teman-teman, tetangga, saudara, kan malu”. Ingat sejarah agama, kita belajar bagaimana para Rasul adalah manusia pilihan dan mulia, apakah lantas mereka duduk di singgasana emas? tidak, mereka tetap hidup sederhana, tekun usaha menjemput rizki dan tetap berdakwah menyebar risalah. Zakaria jadi tukang kayu, Idris jadi penjahit pakaian, Daud jadi pembuat baju perang, Muhammad jadi saudagar sukses. Mereka mandiri, hidup bukan dari transferan upeti, tapi berpeluh keringat menjemput nafkah keluarga dengan berniaga, bertani, ternak dan lainnya.
Betul mereka dicemooh dan dihina tapi oleh para musuh umat. Ikhtiar mereka tidak bertentangan dengan sikap tawakal, tidak dianggap menjatuhkan martabat mereka sebagai khalifah yang mulia, tapi justru mereka bertambahlah kemuliaan mereka. Biar saja orang mencemooh usaha kita hina dan tidak bermartabat, tapi sepanjang kita yakini itu halal dan dijalan yang benar.
Terus tekuni jalani saja dengan sungguh-sungguh penuh suka cita, Lawanlah godaan perasaaan rendah diri. Kejar terus daya tarik diri dalam memberi manfaat bagi orang lain, hasil pekerjaan dan kualitas ibadah kepada Sang Pencipta dan sesama, bisa hidup berkecukupan hingga mudah menuntut ilmu, bersosialisasi dan berdakwah, dan jangan lupa untuk semakin pintar menyembunyikan tangan kanan dari tangan kiri.
“Teman-teman kita bisanya cuma pamer gembar gembor sukses buka usaha ini itu, tapi mana ada yang mau bantu kita, modalin gitu atau gimana. males lah aku kumpul-kumpul dengan mereka lagi. Gara-gara krismon nih semuanya jadi aneh”. Hey, itu namanya patah semangat bung! Sibuk menunjuk kekurangan orang lain daripada intropeksi diri sendiri. Mau bantu atau tidak itu urusan ibadah masing-masing orang, berbaik sangka saja karena kepentingan cara pandang setiap orang itu berbeda atau menyangkut tingkat kepercayaan. Mereka mungkin tidak memberi manfaat untuk kita, tapi boleh jadi mereka begitu sangat bermanfaat bagi banyak orang yang tidak kita ketahui.
Sukses diri bukan berada pada orang lain, tapi muncul dari dirimu sendiri dan ridha Allah. Kendala dan hambatan apapun adalah janji realita hidup, harus percaya jika semua ujian itu tak akan melebihi kemampuan kita. Semua hanya dapat diselesaikan dengan tawakal dan ilmu yang terus dicari. Tidak pantang menyerah, sabar, ikhlas, tidak pengecut, pandai mengolah kelemahan menjadi kekuatan. “Tak ada makanan seseorang yang lebih baik dari makanan dari usaha tangannya sendiri’, demikian sabda Rasul.
Keadaan krisis dan lingkungan pula yang disalahkan. Padahal ujian kesempitan adalah bagian roda hidup yang berputar, bergantian dengan keluangan yang sepertinya lebih banyak kita dapat dan harus disyukuri. Kesempitan adalah cambuk agar kita lebih bangkit, lebih semangat berikhtiar, banyak bersilaturahmi mendapat ilmu dan kawan, mencoba aneka usaha yang halal bukan justru menghalalkan segala usaha.
Teringat cerita saat Abdurrahman bin Auf harus meninggalkan seluruh hartanya di Mekkah karena konsekuensi hijrah ke Madinah. Tapi dalam waktu singkat dia kembali menjadi saudagar kaya, dermawan, pandai menyembunyikan amalan, rendah hati, makin sederhana dan zuhud dalam kehidupan. Mengapa? Karena ketika ia mendapatkan tawaran bantuan saat hidupnya penuh keterbatasan dan kesusahan, malah justru berkata “ Tolong tunjukkan dimana pasar Madinah itu”.
t.e.h.l.e.n.i.
Article printed from Komunitas Blogger Bekasi: http://bloggerbekasi.com
URL to article: http://bloggerbekasi.com/2010/03/24/tolong-tunjukkan-dimana-pasar-madinah-itu.html
URLs in this post:
[1] Image: http://bloggerbekasi.com/wp-content/uploads/2010/03/membangun-hubungan-baik-investasi-yang-tak-ternilai-untuk-bisnis-internet-anda.jpg
Click here to print.
Copyright © 2009 Komunitas Blogger Bekasi : http://www.bloggerbekasi.com. All rights reserved.