- Komunitas Blogger Bekasi - http://bloggerbekasi.com -

Mati sajroning urip

Posted By Kigendengpol On August 12, 2010 @ 8:03 AM In Agama | 1 Comment

Mati sajroning urip, mati di dalam hidup, atau lebih jelasnya di dalam literatur jawa adalah melepas ruh dari raga atau ngrogo sukmo

Sembah-jiwo itu ditempuh dengan cara selalu mendekatkan diri pada Allah. Bekal yang dibawa adalah bersih lahir-batin.

Kala sembah-roso itu dilakukan hingga tingkat heneng dan hening (diam dan tenang) timbul perasaan nikmat menyerupai rasa kantuk yang sangat mendalam. Dan yang terpenting adalah eling atau ingat. Kesadaran ini harus dipegang teguh. Jika tidak, akan hanyut atau terperosok ke alam tidur. Begitu yang terurai di buku Wedho Tomo.

Orang Barat menyebut ngrogo sukmo sebagai out of the body experience disingkat OOBE.

Begitulah jika kesadaran roh seseorang sudah tinggi. Ia dekat dengan Allah, Ia bisa shalat dan berzikir di depan Ka’bah, sementara raganya di Tanah Air. Perjalanan spiritual ribuan kilometer itu ditempuh dalam hitungan tak masuk akal, cuma beberapa saat.

”OOBE tak boleh diamalkan secara sembrono, gegabah, sembarangan dan tanpa aturan. OOBE perlu energi banyak, bukan energi yang diperoleh dari makanan. Tapi energi halus yang dihasilkan dengan jalan puasa, zikir (meditasi, semadi). Energi premana ini yang digunakan untuk mendorong nafs keluar dari jasad.

Terkadang saat telah sampai, banyak pula yang tidak ingin kembali karena nikmat yang tiada tara sehingga jika telah melampaui waktu tertentu maka sukmo dan jasad akan mati.

Untuk mendapatkan ilmu sejati, manusia harus sunyi dari pamrih. Tak boleh dengki, bebas dari kekalutan dan kecemburuan. Hati dan pikiran jadi satu, tak ada konflik batin. Hening atau diam adalah usaha manusia untuk tidak menimbulkan riak kenegatifan dalam hidup.

Bila manusia sudah mampu mewujudkan pribadinya seperti itu, dia tak akan merasa lelah atau sakit dalam menempuh kehidupan. Suka-duka yang dialami, itu karena manusia kehilangan jati dirinya. Jiwanya lagi kosong, belum bersih dan pasrah

Orang yang pasrah kepada Allah tidak pernah mengklaim bahwa dia yang berbuat baik. Kalaupun ada kebaikan, alhamd li Allah, yaitu Allah yang diberi kredit. Ucapan itu untuk memupus egoisme.

Rasulullah pernah bersabda, tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat seberat atom dari perasaan sombong.

Menurut Siti Jenar, ”kitab suci” di dalam diri manusia itu harus ”dibaca”. Sedangkan Kitab Suci yang tertulis itu merupakan penerang. Lampu itulah yang digunakan menerangi ”kitab suci” yang ada di dada, agar kita tidak membaca dalam kegelapan. Agama apa saja bagi Siti Jenar, tidak berbeda, karena sama-sama berfungsi sebagai pelita.

Makna ”iyyaka na’budu” (hanya kepada Engkau kami menyembah) betul-betul dipahami, dihayati, dan diamalkan bukan hanya sekedar diucapkan dengan lemah lembut ataupun keras saat sholat atau saat berdzikir.


Article printed from Komunitas Blogger Bekasi: http://bloggerbekasi.com

URL to article: http://bloggerbekasi.com/2010/08/12/mati-sajroning-urip.html

Copyright © 2009 Komunitas Blogger Bekasi : http://www.bloggerbekasi.com. All rights reserved.