Meleset 1 derajat
Ekonomi-Bisnis Saturday, June 4th, 2011 85 views Print Artikel Ini
Sewaktu masih aktif di Mapala kampus, ada kegiatan yang paling saya senangi yaitu orientasi medan
Kerjaannya gampang banget, kita cukup jalan dari suatu titik menuju titik tertentu. Titik ini jaraknya bisa puluhan kilometer dengan medan yang beragam
Ada beberapa patokan agar kita bisa sampai tujuan, yaitu :
1. Melihat bintang di langit. Teknik ini dibutuhkan keahlian khusus karena bintang suatu saat pasti berpindah
2. Menggunakan media yang tinggi sebagai titik tujuan. Biasanya pohon, tower listrik, dll
3. Menggunakan peta dan kompas. Cara ini yang lebih enak dipakai karena dari awal kita sudah bisa melihat medan yang akan dilalui. Letak jurang, dataran rendah, sabana akan terlihat jelas di peta asalkan petanya masih keluaran terbaru
Dalam menggunakan peta dan kompas diperlukan sebuah penggaris, bolpoin/pensil ujung tajam dan ketelitian membaca derajat kompas
Setelah ditentukan titik tujuan dan derajatnya melalui “tembakan” kompas maka langkah selanjutnya adalah menarik dari titik awal menuju titik tujuan di peta menggunakan penggaris
Catatan, penggarisnya harus yang besi bukan yang kayu karena ukuran kayu bisa berubah terkena hawa panas dan dingin
Sampai disini semua kelihatan mudah dan sesuai skenario
Permasalahan akan muncul jika yang “menembak” kompas matanya kurang awas
Posisi 45 derajat bujur timur bisa jadi meleset menjadi 46 derajat bujur timur
Jika dilihat dari posisi awal tidak akan jadi masalah tetapi akan menjadi masalah besar jika kesalahan itu diteruskan dan perjalanan tetap dilanjutkan karena perbedaan derajatnya akan semakin lebar dan membuat kita semakin “tersesat”
Seperti tanda < yang kecil di ujung dan menjauh di ujung satunya
Saya pernah mengalami meleset 1 derajat yang akibatnya sangat fatal, tersesat seharian muter-muter di gunung
Waktu itu perjalanan turun dari puncak rinjani Lombok menuju desa terdekat, Bayan (kalau nggak salah sebut)
Jalur yang seharusnya rata seperti jalur pendakian akhirnya harus berubah terjal dan akhirnya perjalanan harus berhenti karena ketemu jurang. Ternyata jalur yang kita lewati adalah jalur air yang sangat terjal sesuai dengan sifat air yang selalu mencari tanah lebih rendah
Menerima apa adanya, pasrah dan sedikit mengomel adalah obat yang paling mujarab jika sudah “tersesat” dan yang lebih penting lagi adalah menikmati perjalanan, menikmati proses menuju suatu titik
Tersesat atau tidak hanya ada di pikiran dan hanya beda jalannya saja, yang terpenting adalah sampai kepada tujuan kita
Selamat menikmati proses……
Salam sukses dunia akherat
Rawi wahyudiono
http://www.prakom.com
http://rawiwahyudiono.com
http://www.facebook.com/rawi.wahyudiono
http://www.twitter.com/rawiPrakom