Benarkah “Fly Over Ahmad Yani”, Sebuah Solusi Bagi Masyarakat Kota Bekasi?
Bekasi-Ku Wednesday, January 11th, 2012 234 views Print Artikel IniBeberapa waktu yang lalu saat melintas sepanjang jalan A. Yani di Kota Bekasi setelah cukup lama tidak melintas disana, nampaknya ada banyak perbedaan yang cukup signifikan. Wacana pembangunan Gedung Olah Raga (GOR) Kota Bekasi sejak beberapa tahun yang lalu yang lokasinya hanya bersebrang-sebrangan dengan kantor dinas Walikota Bekasi, kini sudah terlihat geliat pembangunannya.
Yang tidak kalah mencoloknya dengan pembangunan GOR Kota Bekasi adalah wacana pembangunan Fly Over Ahmad Yani dari sebuah pengembang swasta ternama di Jakarta, PT Summarecon Agung Tbk., yang juga sudah mulai terlihat geliatnya, walaupun terkesan agak lama sejak diresmikan peletakan batu pertamanya oleh Walikota Bekasi, Mochtar Mohammad, lebih dari setahun yang lalu (10 Maret 2010).
Tidak penting kapan wacana itu dilontarkan atau dijanjikan, baik itu oleh pihak Pemerintah maupun oleh pihak Swasta, yang penting bagi masyarakat Kota Bekasi adalah kapan pembangunannya dimulai dan kapan bisa dipakai atau benar-benar bisa bermanfaat pembagunannya bagi masyarakat Kota Bekasi secara keseluruhan.
Saya tidak sedang ingin membahas pembangunan GOR yang tentunya diharapkan akan menjadi sebuah kebanggaan (icon) bagi Kota Bekasi, terutama dalam bidang Olah Raga. Tulisan saya ini hanya ingin menyoroti atau fokus terhadap pembangunan infrastuktur (fly over) yang kabarnya akan menelan biaya sekitar Rp. 170 miliar tersebut dan saat ini sedang dilakukan oleh pihak pengembang, yang katanya akan menjadi “Sebuah Solusi Bagi Masyarakat Kota Bekasi”.
Pertanyaan menggelitik yang muncul kemudian adalah, benarkah pembangunan “Fly Over Ahmad Yani” ini akan menjadi “Sebuah Solusi bagi Masyarakat Kota Bekasi” ataukah hanya merupakan sebuah solusi “Parsial” dengan mengatasnamakan masyarakat Kota Bekasi?…” ini yang perlu kita gali lebih dalam jawabannya.
Jika kita kaji lebih dalam, memang dalam setiap pembangunan sebuah wilayah tentunya akan memiliki dampak-dampak sosial yang mengiringinya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Pilihannya adalah mana yang lebih dominan, jika nilai-nilai positifnya lebih banyak, maka pembangunan tersebut layak untuk dilaksanakan, namun jika justru akan berdampak negatif terhadap wilayah atau area sekitarnya ada baiknya untuk ditinjau ulang, bukan untuk dihentikan tapi kembali dikaji lagi secara ilmiah agar dampak-dampak negatif tersebut bisa diminimalisir.
Ada banyak contoh pembangunan infrastuktur di Jakarta misalnya, wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Bekasi saat ini, yang justru pembangunannya memberikan dampak-dampak sosial yang cukup memprihatinkan, meskipun kajian ilmiahnya sudah memenuhi syarat untuk dilaksanakan.
Kajian ilmiah, terutama bagi pihak swasta idealnya tidak selalu menghasilkan keuntungan (profit) yang sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan aspek-aspek sosial pembangunan dan sisi lain yang berkembang dimasyarakat disekitar wilayah pembangunan tersebut, apalagi jika kajian ilmiah tersebut ditujukan untuk kepentingan Pemerintah.
Kembali kemasalah “Fly Over Ahmad Yani”, secara prinsip memang idealnya pembangunan tersebut akan membawa banyak manfaat bagi sebagian masyarakat Kota Bekasi, terutama masyarakat dari wilayah Utara, apalagi jika akses dari arah utara tersebut (seperti: Teluk Buyung, dan sekitarnya) jadi dibuka aksesnya oleh pengembang untuk menghubungkan arus lalu-lintas dari arah Utara tersebut melintasi perumahan Summarecon Bekasi, kemudian tembus ke “Fly Over Ahmad Yani” menuju jalur Kalimalang atau langsung masuk pintu Tol Bekasi menuju Jakarta atau Cikampek, sesuai rencana awal dari Pengembang.
Seperti kita ketahui, sejak menjamurnya pemukiman (perumahan) di wilayah Bekasi Utara satu dekade terakhir ini, kondisi kemacetan yang ditimbulkannya tidak kalah dengan Jakarta, terutama pada saat jam-jam sibuk dihari kerja. Semua masyarakat Bekasi dari arah utara (mulai dari arah Babelan, Teluk Pucung, Wisma Asri, hingga Teluk Buyung) bergerak ke-arah Jakarta disaat yang bersamaan, meskipun sudah ada beberapa jalur alternatif misalnya yang menuju Pondok Ungu dan Rawa Bebek (Kranji), namun tetap saja tidak mengurangi tingkat kemacetan sepanjang jalur tersebut, terutama yang menuju jalur perlintasan Kereta Api pada Stasiun Kota Bekasi.
Pembangunan “Fly Over Ahmad Yani” saat ini, tentunya tidak lepas dari “Aspek Komersial” secara komprehensif bagi Pengembang, dengan kata lain pengembang jauh lebih memiliki kepentingan terhadap “Fly Over” tersebut, ketimbang pemerintah setempat. Dengan adanya “Fly Over” tersebut, maka akses lalu lintas dari arah Bekasi Utara melalui perumahan tersebut akan terbuka dan secara ekonomis pasti akan meningkatkan nilai properti serta membuat area sepanjang jalan yang memang rencananya akan dijadikan sentra bisnis oleh Summarecon Bekasi tersebut menjadi tumbuh dan berkembang cukup signifikan.
Contoh konkritnya, lihat saja bagaimana pesatnya perkembangan perumahan Summarecon Kelapa Gading saat ini, karena akses jalur lalu-lintas utamanya yang tembus kesegala arah, mulai dari Rawamangun, Pulogadung, Tanjung Priok hingga Sunter. Seolah-olah Kelapa Gading telah menjadi medan magnet dan sentra bisnis dari segala penjuru tersebut.
Dampak selanjutnya adalah meningkatnya harga properti secara signifikan, meskipun sebagaimana kita ketahui bahwa Kelapa Gading adalah salah satu wilayah yang cukup parah terkena dampak banjir, namun seolah-olah efek banjir tersebut tidak mengurangi keinginan investor untuk memiliki aset di sekitar Kelapa Gading, lebih tingginya tingkat permintaan (demand) ketimbang tingkat penawaran (supply) adalah sebuah alasan utama mengapa nilai properti di wilayah Kelapa Gading semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Berangkat dari keberhasilan Summarecon Kelapa Gading, bisa diprediksi bahwa konsep pengembangan Summarecon Bekasi juga akan serupa, walaupun tetap diperlukan beberapa penyesuaian, mengingat market untuk Summarecon Kelapa Gading tentu saja memiliki perbedaan karakterikstik dengan market untuk Summarecon Bekasi.Ya, ternyata jika kaji lebih dalam lagi, bisa saja “Fly Over” tersebut merupakan “Nilai Jual” dan merupakan bagian “Marketing Strategy” dari pengembang untuk menjual properti-properti pada kawasan tersebut, yang rencananya membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk mengembangkan kawasan Summarecon Bekasi tersebut secara keseluruhan.
Lihat saja hasilnya, belum genap 2 (dua) tahun mengembangkan properti di wilayah Kota Bekasi, peningkatan harga properti (rumah) di Summarecon Bekasi yang awalnya hanya berkisar 700-800 juta-an, saat ini sudah mencapai nilai 1 miliar bahkan lebih. Sebuah investasi properti yang sangat menjanjikan tentunya dengan tingkat pengembalian investasi (Return on Investment) mencapai angka antara 30-40% dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun (atau sekitar 15-20% pertahunnya), padahal “Fly Over”-nya saja belum selesai dibuat.
Coba saja anda bandingkan, jika anda hanya menyimpan uang atau ber-investasi pada deposito bank yang tingkat pengembaliannya hanya berkisar antara 5-7% per tahunnya. Investasi pada bidang properti di Summarecon Bekasi tentunya lebih menjanjikan dan secara otomatis akan meningkatkan pundi-pundi investasi anda hingga 2 kali lipat nilainya.
Tidak ada yang salah jika Summarecon Bekasi saat ini, tampaknya telah berhasil merebut market masyarakat Kota Bekasi dengan cepat, karena konsep pengembangan kawasannya yang cukup jelas dan memang sangat menjanjikan bagi para investor untuk berinvestasi.
Bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam menyikapi perkembangan dan pertumbuhan kawasan tersebut adalah dengan menyelaraskan atau menyeimbangkan kepentingan pengembang (swasta) tersebut dengan kepentingan masyarakat dan pemerintah Kota Bekasi agar dampak-dampak sosialnya, terutama yang berdampak negatif menjadi prioritas utama dan diberikan solusi yang terbaik.
Contoh yang paling sederhana misalnya, bagaimana nasib perekonomian masyarakat sepanjang jalan Teluk Buyung hingga bulan-bulan (stasiun Kota Bekasi) yang sejak dulu sudah ada, dimana jika akses jalan tembus melalui “Fly Over” tersebut dibuka, dapat dipastikan tingkat kepadatan arus lalu lintas pada lintasan ini akan jauh berkurang bahkan cenderung mati, karena terserap jalur baru yang lebih mulus aspalnya, lebih lebar jalurnya, dan lebih enak pemandangannya.
Contoh konkrit kebijakan Pemerintah Kota Bekasi yang menyebabkan matinya perekonomian bisa kita lihat pada jalur sepanjang jalur setelah proyek Bekasi hingga jalur pasar Baru yang dibuat satu arah, ada banyak usaha sentra bisnis perekonomian tadinya (misalnya Rama, dsb) yang terpaksa harus gulung tikar karena berkurangnya tingkat kepadatan lalu lintas dari dua arah menjadi satu arah.
Peran Pemerintah Kota Bekasi tentunya sangat diperlukan bagi masyarakat Kota Bekasi yang kebetulan terkena dampak negatif dari pembangunan wilayah Summarecon Bekasi. Selain potensi matinya perekonomian pada jalur sebelumnya, bagaimana dengan Lahan Terbuka Hijau atau sawah-sawah yang dulunya berfungsi sebagai serapan air bagi sebagian masyarakat Bekasi Utara, jangan sampai efek pembangunan wilayah tersebut menyebabkan kesusahan pada masyarakat sekitar yang notabene lebih dulu tinggal dan menetap di Bekasi atau lagi-lagi kaum proletar yang harus dikorbankan, kembali digusur, dipinggirkan serta tertindas oleh derasnya pembangunan kaum Kapitalis.
Ditulis oleh: Yulyanto
Hore, mas yul ngeblog lagi. Mantap
Sebuah krtikan yang sangat bagus.
salam
Omjay
[Reply]
yulyanto Reply:
January 12th, 2012 at 5:17 PM
mantap omjay!
thanks dan lanjutkan…..
salam juga
yy
[Reply]
welcome back mas Yul. Tulisan yang mantab sebagai mana biasa. ternyata meski menghilang, ilmu menulisnya tetap keren, komrehensif, faktual disertai data pendukung yang keren. Selain itu penyampaiannya yang mengalir membuat tulisan panjang ini enak dibaca. Semoga substansinya bisa menjadi perhatian para pengambil keputusan di kota Bekasi. Dan teknis penulisannya bisa menjadi pelajaran bagi teman2 BeBlog yang lebih mudah untuk bisa membuat tulisan yang keren seperti ini.
Salam
[Reply]
yulyanto Reply:
January 12th, 2012 at 5:18 PM
Thanks atas sambutan positifnya mas:-)
Semoga saja bisa belajar nulis lagi nih sama mas AHU dkk beblog, setelah sekian lama bertapa di goa….
Semoga bermanfaat buat semua…
Salam
yy
[Reply]
Selamat Datang lagi, Mas Bro…
Artikel seperti ini yang selalu saya rindukan dari seorang Mas Bro Yulyanto.. Tetap menulis, Mas Bro..
[Reply]
yulyanto Reply:
January 12th, 2012 at 5:20 PM
Selamat datang juga mas bro!
Gantian sekarang saya sudah bisa nagih janji mas bro ngeblog di mari juga donk??…he..he..
Thanks again:-)
yy
[Reply]
tidak menampik memang segala pembangunan infrastruktur swasta memang alasan uatama adalah profit, tapi kalau dampak itu juga mendorong bagi kemajuan daerah sekitarnya itu yang diharapkan,mudah mudahan pembangunan fly over Ahmad Yani merupakan win win solution bagi pengusaha,pemerintah kota dan masyarakat bekasi utara khususnya
[Reply]
yulyanto Reply:
January 12th, 2012 at 5:21 PM
Salam kenal buat pak Mardianto,
Betul pak, semoga saja fly over tersebut bisa bermanfaat bagi semua masyarakat bekasi..
Salam
yy
[Reply]