Home » Laporan Warga » Pengalaman Berobat di RSUD Bekasi

Pengalaman Berobat di RSUD Bekasi

RSUD Bekasi

RSUD Bekasi

Kamis, 17 Februari 2011 saya diantar oleh istri tercinta berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi. Kaki sebelah kanan dari kemarin sakit (snut-snut), dan kata dokter umum yang memeriksa saya di sekolah (kemarin), saya harus berobat ke dokter syaraf. Di sana akan dilihat apakah ada syaraf yang kejepit atau kecentet. Sebab kalau sudah digerakkan, rasanya sakit banget. Kayak disayat-sayat atau ditusuk-tusuk pisau. Pokoknya sakit sekali. Padahal hasil pemeriksaan general Check up kemarin, saya sehat-sehat saja. Kolesterol normal, asam urat pun normal. Saya pun mendapatkan surat rujukan dari dokter untuk berobat ke rumah sakit terdekat.

Hari kamis ini saya mohon izin ke kepala sekolah untuk tidak masuk, dan berobat ke RSUD Bekasi. Sekitar Pukul 10.00 pagi saya dan istri tiba di rumah sakit. Banyak sekali orang berobat di rumah sakit umum itu. Inilah rumah sakit umum kebanggaan kota Bekasi yang dikelola oleh pemerintah.

Istri dan saya langsung menuju loket pendaftaran, dan kami pun diarahkan untuk menuju poli syaraf. Tak ada senyum sedikitpun dari petugas pendaftaran yang menyambut kami. Selesai pendaftaran kami langsung diminta ke kasir untuk membayar administrasi sebesar Rp.20.00o (dua puluh ribu rupiah).

Betapa kagetnya saya, kaki rasanya tambah sakit. Belum diperiksa dan belum juga ketemu dokter sudah harus bayar administrasi kartu hijau. Saya geleng-geleng kepala dibuatnya. Pelayananpun kurang memuaskan. Setelah istri membayar kartu pendaftaran, kami diberikan kuitansi. lalu kami disuruh ke poli syaraf tanpa diantar. Kami pun kebingungan dimana tempat lokasi pemeriksaannya. Petugas loket kurang begitu jelas memberitahukannya kepada kami.

Setelah tanya sana-sini, (kebetulan ada petugas informasi) akhirnya kami temukan juga lokasi poli syaraf. Letaknya di belakang, dekat toilet umum dan kantin. Kalau mau ke toilet kita harus bayar 1000, dan kalau mau jajan sambil menunggu kita pun bisa. Banyak jajanan pasar dijual di tempat ruang tunggu yang kumuh itu. Pedagang dan pasien berjajar tiada beda. ” Oh My God”

Sudah sekitar 1 jam saya dan istri menunggu. Tapi kok belum dipanggil juga. Kaki kanan di bagian pantat sudah bertambah senut-senut sampai ke otak. Tak dapat tempat duduk pula. Oh sedihnya. Hampir satu jam kami berdiri, dan alhamdulillah ada yang meninggalkan tempat duduknya, dan duduklah saya di tempat kosong itu. Sementara istri duduk di bangku kantin yang kosong bersama anak-anak yang sedang jajan pop mie. (ngiler.com)

Sambil menunggu itu, iseng-iseng saya bertanya kepada bapak tua di sebelah kiri saya. Saya menanyakan kepada beliau, sudah dari jam berapa beliau menunggu. Ternyata beliau sudah menunggu dari jam 8.00 pagi, dan sampai pukul 11.oo siang ini belum juga dipanggil. Padahal menurut ceritanya beliau baru saja sembuh dari stroke, dan sekarang sedang check up untuk ketiga kalinya. Gubrak!!! Kepala saya pun semakin senut-senut saja.

Astaghfirullah, saya sudah tak kuat lagi menunggu. Hidung tersumbat karena pilek. Kaki saya sudah semakin sakit sekali bila digerakkan. Saya panggil istri saya untuk menanyakan ke bagian informasi apa ada pelayanan eksekutif di RSUD Bekasi ini. Alhamdulillah, ternyata ada. Istripun langsung menggandeng saya menuju poly eksekutif itu. Ruangannya ber-AC. Tempat ruang tunggupun nyaman. Bayarnya memang lebih mahal dari pendaftaran umum. Kami harus membayar Rp. 80.000,- (Delapan puluh ribu rupiah). Para pelayanpun sangat baik sekali dengan senyum di bibir. Beda sekali dengan petugas loket umum yang tarifnya Rp. 20.ooo (Dua uluh Ribu rupiah).

Saya langsung ditangani dengan sepenuh hati oleh mereka. Saya langsung diperiksa tensi darahnya, dan pelayananpun serba cepat. (saing cepatnya susternya lupa mencatat hasil tensi darah saya yang rendah). Kami benar-benar dilayani layaknya orang yang istimewa. Beda banget dengan pelayanan umum satu jam lalu. Ternyata uang membuat pelayanan rumah sait eh rumah sakit berbeda ya…….Check..check….check……..

Setelah kartu eksekutif saya yang berwarna kuning jadi, kami pun diantar oleh petugas ke tempat saya antri tadi. Poli Syaraf. (Bukan tempat orang gila loh!, hehehe)

Tapi kini saya tak lewat pintu depan lagi, tapi saya langsung lewat pintu khusus kelas eksekutif, dan sayapun langsung dilayani oleh seorang dokter spesialis syaraf. Orangnya ramah, dan cantik. Sayapun menyampaikan keluhan-keluhan saya dengan lancarnya.

Melihat dokternya saja saya langsung sembuh, lalu sayapun diperiksa dengan cepat. Sementara saya lihat pasien yang tadi menunggu hanya melongo melihat saya diperiksa lebih dulu. Rasanya sedih juga melihat mereka, dan malu juga saya karena tak mengantri. Namun apa boleh buat. Kaki ini sakitnya bukan main, dan saya sudah tidak kuat lagi untuk menunggu. Mungkin baru 3 jam kemudian saya akan dipanggil karena banyaknya pasien yang berobat hari itu.

Dari dokter yang cantik itu saya mendapatkan resep obat, dan saya diarahkan ke ruang radiologi untuk di rontgen. Lagi-lagi saya mendapatkan senyum manis dari petugas radiologi. Mungkin karena kartu berobat saya warnanya kuning, dan bukan hijau. Sayapun mendapatkan pelayanan cepat untuk dirontgen dengan membayar lebih dahulu sebesar Rp. 110.000, - (Seratus Sepuluh Ribu rupiah).

Saya menjadi teringat bapak tua yang duduk di sebelah saya. Saya tak bisa bayangkan pengorbanan waktu bapak tua yang duduk di sebelah saya tadi. Sudah menunggu lama, harus rontgen pula. Bayarnya cukup mahal pula, dan itu semua harus dilakukan sendiri. Untunglah saya dibantu oleh istri tercinta yang gesit kesana kemari. Terima kasih ya istriku. Engkau bukan hanya cantik, tetapi engkau adalah bidadari yang baik hati. Mau melayani saya dengan sepenuh hati, di saat-saat saya tak berdaya menahan rasa sakit yang luar biasa di bagian kaki kanan ini.

Kini saya sadari kenapa orang kecil lebih percaya ponari daripada dokter. Mereka tak punya uang banyak untuk berobat. Dengan membeli air dengan harga murah dari Ponari mereka percaya langsung sembuh. Mungkin mereka lebih percaya terapi alam daripada dokter spesialis.

Rumah sakit ternyata masih milik orang berduit. Rumah sakit belum sepenuhnya berpihak kepada si miskin. Sayapun bersyukur kepada Allah diberikan rezeki yang berlebih sehingga bisa mendaftar di kelas eksekutif. Sebagai orang normal, hati kecil saya menangis. Sebab masih banyak orang miskin yang ingin berobat, tapi tak punya uang. Merekapun bingung bagaimana caranya berobat murah karena proses birokrasi membuat mereka prustasi. jadi jangan heran bila orang-orang kecil lebih percaya pengobatan terapi, dan ponari daripada dokter.

Semoga pengalaman saya hari ini berobat ke RSUD Bekasi menjadi pengalaman berharga buat para pembaca. Semoga pula para pengelola rumah sakit membaca tulisan saya ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada petugas dan dokter yang telah melayani kami dengan sepenuh hati di RSUD Bekasi. Semoga Allah membalas jasa baik kalian. Besok jumat saya akan balik lagi ke RSUD Bekasi. Pukul 11.00 hasil rontgen sudah bisa diambil. Semoga tak ada apa-apa dengan kaki kanan saya. Mohon doa dari pembaca, semoga kaki saya sembuh seperti sediakala.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Print Artikel Ini Print Artikel Ini

Posted by on Feb 17 2011. Filed under Laporan Warga. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

8 Comments for “Pengalaman Berobat di RSUD Bekasi”

  1. Om Jay semoga cepat sembuh ya.

    Benar sekali pernyataan Om Jay kalau rumah sakit hanya untuk orang berduit. hal itu bisa terjadi karena sistim pelayanan kesehatan di negeri ini belum berjalan baik. meski sudah ada subsidi untuk orang kecil tapi masih jauh dari memuaskan.

    salam

  2. saya malah kagak tau tempatnya gan =))

    sundulanya gan download mp3 terbaru 2011

  3. Hampir semua rumah sakit seperti itu,yaa namanya jg indonesia hihi

  4. Yang saya ketahui RSUD itu mendapatkan subsidi dari pemerintah,,,
    dahulu tetangga saya sempat tak sadarkan diri dan di bawa ke RSUD, karena pelayanannya begitu lambat, dan dokter di sana pun terlihat santai, alhasil mengambil inisiatif langsung memindahkannya ke RS Bela di samping Ramayana Bekasi… daripada kehilangan satu nyawa orang tua… lebih baik untuk pidah RS…

    yang saya dengar hal spt ini sering terjadi di RSUD, spt pelayanan’a kurang dan tidak senyum sama sekali akibat biaya yang murah atau bersubsidi…

    Semoga cepat sembuh ya om Jay…

    salam…

  5. seperti hal seorang dokter, jika ia praktek di rumah sakit yang biayanya murah dan dengan biaya mahal, cara memberikan pelayannya akan berbeda.

  6. download mp3 gratis terbaru 2011

    moga cepet sembuh ya gan

  7. kbaikan dan keiklasan seseorang bisa dibeli dengan duit ya, entah kenapa mendengar nama RSUD Bekasi, pikiran saya langsung terbesit kumuh dan kotor, padahal saya sendiri belum pernah kesana hehehehehe

  8. www.download.kar-tana.co.cc

    itung2 sebagai pengalaman mas,,,,,

Leave a Reply

Login

Login Anggota
Lost Password?

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara

Banner Komunitas

Komunitas Blogger Bekasi

Copykan Kode dibawah ini ke Blog/Website Anda!

© 2014 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in - Designed by Gabfire Themes