Gantungkan Cita-citamu setinggi gantungan
Intermezzo Thursday, March 24th, 2011 2,293 views Print Artikel IniWaktu kecil pasti banyak yang menanyakan cita-cita kita, baik guru, tukang sayur, ataupun ibu kita dirumah, tapi tau gak sih kalau segala cita-cita itu bisa saja hanya basa-basi untuk menjawab pertanyaan “adek cita-citanya apa?”, kalau kita jawab dengan jawaban tidak tahu otomatis ibu kita yang malu karena merasa anaknya kurang atraktif, dungu atau memang kurang pendidikan luar. Syukur-syukur tidak di masukkan kedalam golongan madesu, masa depan suram. Sama seperti anak-anak sehat lainnya, saya pun punya cita-cita.
Saya selaku anak kecil normal dengan tatapan nakal, mempunyai cita-cita awal sebagai seorang astronot. Kenapa saya pengen menjadi seorang astronot?, karena waktu saya kecil suka banget memakai helm honda warna putih yang ada tulisan RX, dengan memakai itu saya merasa menjadi astronot seperti gambaran video klip sheila on 7 “itu aku”. Ibu dirumah selalu menyemangatiku untuk menjadi seorang astronot kelak nanti ketika aku menjadi seorang dewasa, segala pendidikan motorik ataupun sensorik di lakukan agar saya bisa menggapai cita-cita. Namun saya harus menghilangkan niat menjadi astronot karena saya sendiri suka muntah kalau naik taksi, takut ketinggian dan suka sesak dengan baju yang tebal (semi asma).
Apalagi saya belum pernah melihat, mendengar, membaca negara Indonesia mengirimkan astronot ke bulan, saya lebih sering mendengar banyak produk-produk astor yang ada di pasaran. Padahal bisa saja saya menjadi orang pertama dari bangsa Indonesia yang bisa menduduki bulan, namun rasanya saya lebih mendingan naik taksi daripada harus naik kapal kolang kaling meninggalkan bumi selama bertahun-tahun, pasti kangen berat sama bunda .
Semangat saya untuk bercita-cita tidak lantas kendur, saya ingin menjadi dokter, kali ini niatnya betul-betul nyata. Setiap ada tayangan televisi tentang pendidikan ilmu pengetahuan alam, saya tonton dengan mata terbuka walaupun lebih sering liat tayangan binatang makan bintang dan orang makan binatang (ini sih acara kuliner). Sampai SMP tekad semakin bulat, saya sudah menghitung anggaran kuliah apabila masuk ke jurusan kedokteran, saya pun ingin berada di antara mahasiswa kedokteran jaket kuning (universitas Indonesia). Apalagi saya ini memiliki nilai tinggi dalam pelajaran biologi dan fisika namun nilai matematika jeblok, akibat kelemahan saya dalam mengingat angka dan rumus phytagoras. Ah itu sih tidak masalah, banyak penemu-penemu di dunia yg tidak bisa matematika malah justru dapat gelar doktor.
Sayangnya, cita-cita itu harus saya kubur kedalam tanah ketika menonton video tentang pembunuhan sadis. Tangan dipotong, kepala digorok pake pisau dapur cap stainless steel dan tabrakan maut yang menyebabkan tubuh korban ampar-amparan bentuknya. Saya muntah gak karuan, pusing sampai 5 hari dan kalau mengingat itu rasanya mau tidur seharian tapi saat tidur saya mimpi adegan-adegan tersebut lalu terbangun dan tidur lagi begitu terus sampai akhirnya kapok liat adegan disturbing begitu. Mencoba menjadi dokter hewan namun saya paling takut sama anjing dan kecoa, bagaimana kalau ada orang yang pengen operasi kecoak peliharaannya?, apakah saya harus menjerit “ih jijik?”, memalukan pastinya.
Bagaimana dengan dokter gigi?, ide bagus tapi rasanya mustahil karena gigi saya gisung kaya kelinci serta tidak rata dan bagian gerahamnya bolong-bolong sehingga saya bisa menyimpan sisa makanan di gigi untuk dikunyah nanti. Apalagi untuk mendapatkan gelar dokter, saya harus membayar mahal banget kuliahnya, bisa sampai jual sawah dan hutan. Kalau saya adalah orang kaya yang mempunyai pabrik duit, mau jadi apa juga bisa selama ada duitnya. Akhirnya urung deh jadi dokter dan mencoba menjadi seorang aktor hahahaha
Becanda?, tidak kok, saya beneran pernah jadi figuran. Beberapa kali ikutan casting film layar lebar namun hasilnya nihil, kata sang penguji muka saya terlalu datar tanpa ekspresi dan tidak bisa membedakan akting sakit dan akting senang. Waktu SMA ikutan ekskul theater, lumayan juga ikutan beginian, waktu bikin film indie dapet peran utama ke tiga terus dan jadi anggota yang paling bisa berakting dingin. Kalau kata temen, saya ini cocok banget buat akting film-film psikopat atau film pembunuh berdarah dingin, im sooo coool.. niat jadi aktor atau selebritis saya hilangkan jauh jauh karena masa depannya suram tidak terbaca dan tidak ada pensiunannya, kalau sakit harus pake biaya sendiri buat berobat tanpa jaminan jamsostek.
Saya ada bakat menulis, membuat sebuah cerpen horor yg tidak seram dengan mesin ketik dan beberapa kali membuat cerita romantis di sebuah buku tulis kosong. Ah… apalagi semenjak belajar jadi blogger, semua tulisan saya banyak dipuji namun tak sedikit membuat mata orang pembaca menjadi rabun ayam. Saya ingin jadi wartawan, jurnalis dan tukang ketik sebuah cerita serta dicampur menjadi pembuat film. Itulah cita-citaku terakhir, dari bakat menulis menjadi beberapa cita-cita yang ujung-ujungnya menulis. Cuma lagi-lagi sayang, orang tua tidak mengijinkan saya menjadi seorang jurnalis, mungkin masih banyak orang tua yang berpikir, kerja enak itu dikantor sambil menunggu jabatan tinggi hingga menjadi orang kaya di perusahaan orang.
Sekarang saya menjadi seorang karyawan di perusahaan swasta namun hobi saya menulis tidak bisa terlepas begitu saja, tetap menjadi jurnalis lepas, blogger, dan pembuat cerita walaupun tidak bisa selalu fokus. Kalau ada yang mau membuat film bareng, dengan senang hati akan saya bantu untuk penulisan cerita tetapi saya tidak akan mau menuliskan sebuah cerita mesum untuk umum karena menurut saya, penulis itu sama seperti pelukis, setiap gambar yang ia torehkan pada selembar kain harus dipertanggung jawabkan. Klo kita menulis tulisan mesum ya sama saja dengan kita membuat film porno entah pake henpon, kamera digital atau kamera mahal skalipun.
Menjadi penulis tanpa ikatan sebuah perusahaan memang tidak ada jaminan dibayar tapi iseng-iseng berhadiah, hobi menulis review kuliner dapet tiket nonton gratis sebagai upah atau diajak ke sebuah restoran sambil makan gratis hehehehe.. belum lagi hadiah voucher menikmati hasil yang saya tulis. Terkadang cita-cita memang hanya sebuah basa basi, kenyataannya lebih banyak orang menjadi pekerja kantoran dengan hasil bulanan tapi tak sedikit juga yang mendapatkan cita-citanya. Intinya adalah cita-cita itu direstuin oleh kedua orang tua sehingga untuk mewujudkannya bisa lebih mudah dibandingkan tidak direstui sama sekali. Apapun cita-cita kita, selama memiliki nilai kebaikan bersama, dijamin akan bisa terwujudkan.
Jadi ingat kutipan sebuah kalimat di dalam novel, kesuksesan itu berawal dari mimpi kalau memang tidak ingin menjadi orang sukses jangan pernah bermimpi. Berarti orang-orang yang tidak mau sukses adalah orang yang jarang tidur karena tidak pernah bermimpi hehehehe, orang yang sukses itu karena keseringan tidur…
Print Artikel Ini
Yg lebih penting mimpi yg ga pake tidur.
Klo suksesnya orang yg banyak tidur kyknya sukses jadi gendut tuh
[...] Posted by tawvic Intermezzo Thursday, March 24th, 2011 141 views Print Artikel Ini [...]