Home » Artikel » MAKNA LELUHUR/KARUHUN

MAKNA LELUHUR/KARUHUN

Lama tidak ada dorongan untuk menulis kembali, sampai suatu saat dorongan itu muncul kembali.

Dari banyaknya perbincangan dan diskusi dengan seorang teman yang cukup pancasila-is dan memberikan tulisannya kepada saya. Maaf kali ini saya tidak menulis tetapi saya hanya mempostingkan kembali tulisan yang cukup baik untuk kita mengkaji kembali nilai-nilai ke Indonesia-an kita berikut budaya-budaya yang memang bersumber dan mengakar dalam kehidupan kita di tanah air yang kita cintai ini —-> Indonesia.

Mungkin sebagian besar kita sudah tahu kata leluhur atau mungkin juga sedikit yang mengetahui kata karuhun. Semoga tulisan ini cukup bisa membawa untuk memahami dua kata tersebut tentang makna sesungguhnya yang mungkin saat ini banyak generasi muda yang kurang mengerti/memahaminya.

semoga tulisan ini bermanfaat buat kita dan bangsa ini…..

Terima kasih untuk temanku Semar Samiaji……

————————————————————————————————-

MAKNA KATA KARUHUN/LELUHUR

Di tengah kesibukan dalam keseharian, tiba-tiba terlintas kata karuhun atau leluhur…tergambarkan dengan jelas konteks yang ditampilkan dan disajikan dalam kilasan hati…ijinkan berbagi kepada rekan-rekan sebagai bagian warna dalam mengisi relung kehidupan perjalanan hidup manusia….

Bahasa Sunda menyebut para pendahulu dengan kata “karuhun” dan dalam bahasa Indonesia diberi nama dengan “leluhur”. Sering sudah kata ini terdengar dan terucapkan, yang menarik untuk dikaji apakah konteks karuhun atau leluhur….

Secara sederhana, makna kata karuhun atau leluhur adalah pada pendahulu kehidupan manusia yang masih hadir di muka bumi ini…semua manusia yang sudah mengalami proses kepulangan, disebut dengan kata karuhun atau leluhur…tidak ada yang membantah bahwa setiap manusia yang hadir PASTI melalui mereka sebagai pendahulu….dan dengan perantara kejadian tersebut, maka manusia satu akan menyebut dengan nama “ayah” atau “ibu” untuk tunjukkan jenis kelamin bagi manusia yang hadir di muka bumi ini….

Konteks kata karuhun atau leluhur akan semakin jelas terkaji saat di sisi lain kata keturunan pun dilahirkan….Sehingga ada benang merah yang dikenal dengan “regenerasi”….secara sederhana bisa dipahami adalah “penerus” satu mata rantai hidup dalam kehidupan berkesinambungan….Semakin menarik lagi kajian saat kata-kata tersebut ditambah kajiannya dengan “apa sejatinya yang diregenerasikan’…

Merujuk kepada fakta kehidupan manusia yang secara lahiriah dan batiniah memerlukan sarana dan prasarana dalam mengarungi kehidupannya, ternyata tidak ada manusia di muka bumi ini, yang tidak memerlukan apa yang disebut dengan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan…siapa pun manusia itu…berwarna kulit apa pun manusia itu….berbahasa apa pun manusia itu….beragama atau berkeyakinan apa pun manusia itu….Jika hal-hal di atas dibayangkan untuk dimasukkan dalam diagram venn, maka semua yang diperlukan manusia itu adalah potongan yang akan diarsir oleh semua manusia……

Lalu menjadi kajian, apa sesungguhnya hanya hal-hal demikian, maka kata ayah, ibu, keturunan, dan regenerasi dihadirkan di muka bumi ini? Jika “hanya” hal itu saja yang menjadi kebutuhan manusia dan sudah ada disediakan oleh alam ini, mengapa manusia satu dengan lainnya menjadi saling hisap….saling berebut untuk memenuhi itu semua…saling bersemangat untuk angkat-angkat dan jatuhkan….Dengan segala kepintaran, baik dalam tataran berpikir dan bertindak, manusia bisa menguasai sumber-sumber kebutuhan hidupnya….

Dengan memperhatikan bentuk kehidupan alam lainnya, seperti hewan dan alam semesta, ternyata manusia berupaya menata bentuk kehidupan antar sesamanya…dan ada bentuk atau pola yang senada atau pun berwarna….sehingga, manusia bisa menjalani kehidupan yang lebih mudah…lebih praktis…dan lebih-lebih lainnya….semua fakta kehidupan menunjukkan hal-hal ini….Maka, mulailah manusia “saling” mempengaruhi dalam warna-warna tatanan tadi….Ujud atau fakta demikianlah menjadikan manusia menyusun dan membentuk tatanan kehidupan….atau dalam bahasa disebut sebagai budaya….

Jika kata budaya digandeng dengan kata ayah, ibu, regenerasi, dan keturunan, maka lengkaplah manusia menjadi “penggerak” kehidupan itu sendiri….lho, ternyata hidup itu adalah demikian ya?

Beribu-ribu tahun manusia dengan segala konsepnya “menurunkan” kepada generasi manusia berikutnya, berupa tatanan kehidupan, baik dalam bentuk yang sudah ujud atau pun konsep….agar manusia itu sendiri bisa “survive” dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini….Menjadi kodratnya manusia yang sudah dari sononya diberikan pikiran dan hati untuk membangun dan memelihara tatanan kehadiran satu budaya…..Dan sungguh satu kehormatan kodrat manusia, mampu mengejawantahkan itu semua dalam tataran yang demikian luas jangkauan dan pengaruhnya bagi kehidupan manusia satu dengan lainnya…bahkan antar benua sekali pun….Dalam tatanan kehidupan demikian, manusia tinggal di dalamnya….berbuat, berpikir, dan menjalani bentuk-bentuk kehidupan lainnya…bersama-sama dengan makhluk lainnya….

Merujuk perjalanan kehidupan manusia yang melandasi kepada ujud-ujud budaya, maka manusia memberi nama dari satu kurun waktu tertentu beralih kepada tatanan berikutnya…semua itu diberikan agar manusia menjadi bergairah…memberikan nuansa yang tidak melulu sajikan “lelakon” kemanusiaan dalam tataran kehidupan tertentu saja….dalam jiwa kegairahan, ada pula “nafas” yang mengisinya….ternyata nafas inilah yang mampu memilah, mana tatanan yang selaras dan mana tatanan yang sebaliknya…Dalam kesederhanaan ujud nafas inilah bisa terbaca dan terasa ujud tatanan kehidupan manusia dalam kebudayaannya….Dari sini pulalah awal manusia menjadi terpecah….manusia menjadi terbelah dalam hembusan nafas budaya….dalam ujudnya yang bermacam-macam…Seakan-akan manusia lupa bahwa dalam keberbedaan cara pandang dan aspek budaya, ujung dari setiap tatanan tersebut adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan yang sama-sama diarsir dalam diagram venn-nya….

Merujuk gambaran singkat di atas, semakin jelas rangkaian kata karuhun atau leluhur, ayah, ibu, regenerasi, keturunan, dan budaya menjadi satu kebulatan TINDAKAN NYATA perbuatan manusia yang bernafaskan pilihan keyakinan diri menata hidup dalam kehidupannya….Kata keyakinan dimunculkan secara “tidak langsung” karena setiap manusia saat ini adalah penerus dari sekian banyak pilihan tatanan kebudayaan yang pernah hadir sebelumnya….dan dengan itu semua, manusia mulai menjalani dan mencapai kesujatian keyakinannya dari jalan kehidupan yang dilaluinya….

Dan muara dari itu semua adalah KESELAMATAN HIDUP….pemaknaan keselamatan hidup di sini adalah bentuk atau ujud kehidupan yang pernah memberikan kenyataan bahwa hidup dalam meyakini dan melakoni adalah memang membawa selamat setelah setiap diri melalui proses kehidupan itu sendiri saat ini dan ke depan….Maka, manusia pun akan selalu berupaya melalui bentuk pintu apa pun menemukan dan membuktikan bagi dirinya.

Hidup sejatinya dalam kesendirian, di dalamnya ada kebersamaan…bersama dalam tatanan merujuk suri tauladan para pendahulu yang sungguh-sungguh ujudkan amanah yang berkepribadian budaya di mana manusia itu dilahirkan, tumbuh dan berkembang, dewasa, tua, dan akhirnya kembali….

Selamat datang para leluhur / karuhun bangsa…selamat datang di tanah nyawanya dunia…beri kami anak-anak keturunan yang mampu menjaga dan memelihara keselamatan dalam hidup dan berkehidupan bagi tanah pusaka ini, merujuk tatanan yang para karuhun / leluhur pernah ujudkan dalam budaya indah bangsa ini – musyawarah dalam kewelasasihan -saling asah, saling asih, dan saling asuh….

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by on Nov 29 2011. Filed under Artikel. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Login

Login Anggota
Lost Password?

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara

Banner Komunitas

Komunitas Blogger Bekasi

Copykan Kode dibawah ini ke Blog/Website Anda!

© 2014 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in - Designed by Gabfire Themes