Membangun Brand Kota Bekasi
Saya tinggal di Kota Bekasi (tepatnya di desa Bojong Rawalumbu) sejak awal tahun 2004. Saya menikah di pertengahan tahun 2007 di Islamic Center Bekasi dengan seseorang (yang tentu saya cintai) yang mungkin bisa dikatakan ‘asli’ orang Bekasi karena sejak umur 1 tahun telah tinggal dan bertumbuh di kota Bekasi, sejak Pekayon dan Jakasetia masih gelap gulita katanya.
Di Bekasi pula saya membangun dan membesarkan seragam batik mereka. Tidak sedikit pelanggan yang heran, “ada juga batik dari Bekasi ya?” atau ada juga yang bertanya, “Bekasi itu sebelah mana?”. Itulah sebagian dinamika.
Tahun depan berarti memasuki tahun ke-enam saya tinggal di Bekasi dan belum terfikir untuk pindah ke kota lain. Sejauh ini saya cinta terhadap kota Bekasi ini, namun kebanggaan saya terhadap kota ini rasanya masih belum cukup bulat
Sorry to say, namun saya cenderung gagal untuk menumbuhkan kebanggaan yang mencukupi terhadap kota Bekasi ini karena saya juga selalu gagal untuk menemukan asosiasi yang positif terhadap kota tempat tinggal saya selama 5 tahun ini. Belum ada brand dan karakter yang kuat yang langsung tergambar ketika kita menyebutkan nama Bekasi.
Ketika kita menyebut Jogja, kita bisa langsung terasosiasi dengan bakpia, gudheg atau mungkin Malioboro.
Ketika kita menyebut Semarang, mungkin kita langsung terbayang lunpia atau gedung Lawang Sewu.
Ketika menyebut Belitong, kita bisa terasosiasi dengan eksotisme pantainya.
Ketika menyebut Bekasi, saya gagal membayangkan apapun untuk menggambarkan secara kuat mengenai Bekasi.
Yang tergambar malah mall-mall yang berjubel menyesaki tata kota, baliho disana-sini yang semrawut tidak tertata, angkutan kota yang susah diatur membuat kita mengelus dada, pengemis dan anak jalanan di setiap sudut kota, polusi industri yang menyesakkan dada, bau sampah menyengat dari truk yang menuju TPA dan berbagai asosiasi negatif lainnya. Dan aha, Bantargebang! Duh, kasian nian dikau Bekasi.
Kita semua berharap Bekasi bisa langsung terasosiasi dengan makanan khas sayur gabus pucung yang terkenal namun sayangnya makin sulit ditemukan itu atau camilan lain yang bisa kita bawa dan banggakan sebagai oleh-oleh khas Bekasi pas kita pulang kampung.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota yang teduh penuh dengan ruang terbuka hijau.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota dengan landmark pusat kuliner terpadunya.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota dengan industri kreatifnya.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota sejuta pengusaha muda yang sinergi.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota yang paling diinginkan sebagai tempat tinggal.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota dengan tingkat korupsi nol karena dukungan teknologi informasi yang transparan.
Bekasi kedepan bisa tergambar sebagai kota ….
Sejatinya masalah city branding ini bukan cuma tanggung jawab pemkot saja, namun tanggung jawab semua pihak untuk ikut membangun brand Bekasi yang lebih positif. Banyak potensi yang bisa kita gali, tidak kurang ide kreatif yang bisa kita ciptakan. Asal mau dan konsisten, kita bisa membuat Bekasi menjadi lebih baik.
Selamat menyambut tahun 2010 Bekasi-ku.
ps:
- Penulis adalah warga biasa. tulisan dibuat sebagai respon atas undangan dari walikota. Untuk lebih mengenal penulis, Anda bisa mengunjungi blog pribadinya.
- Gambar masjid Al Barkah diambil dari sini.
eMusic Review:
July 20th, 2010 at 8:54 AM
How To Download Music…
How to Download Music to My PC, Zune, iPod, PSP, Zune, Here Download Free Music…