Adaptif
Assalamu’alaikum wr. wb.
Anak saya yang kedua baru bisa naek sepeda. Dulu saya rasakan sulit sekali mengajarkan dia naek sepeda, bukan saya malu sama anak2 lain yang seusia-nya, bahkan ada yang lebih kecil lagi, sudah mahir bermain sepeda, tapi saya khawatir dia-ya yang jadi minder ketika bermain bersama teman2-nya.
Berbagai cara mengajar sudah diberikan. Sepedanya sudah saya beri kayu pegangan, sudah saya cari jalanan turunan landai untuk mempemudahnya memulai, saya bela2-in ke taman rekreasi agar ia senang belajar naek sepeda disana. Hasilnya nihil. Ketakutan dirinya begitu besar, bahkan kadang bunda-nya terlihat kesal melihat sikap takutnya, bahkan untuk ke kamar mandi. Ia harus berani, karena ia seorang pria, jagoan kami satu2-nya.
Hingga pada suatu hari ia berlari kencang ke dalam rumah dan berteriak ‘ayaaaahhh, aku bisa naek sepedaaa !!!’. Ia menarik tangan saya dan langsung memamerkan gaya-nya naek sepeda. Saya tentu bahagia dibuatnya. Kebahagiaan yang lebih besar tentu dirasakan olehnya.
Yang membuat saya terharu, dan sedikit heran, dia bisa naek sepeda karena diajarkan oleh temannya. Dan hanya dengan metode yang sederhana. Temannya itu hanya memegang stang sepeda-nya sebentar di dorong lalu dilepas, jalan deh. Ampyun dah.
Sekarang ia bisa naek sepeda dengan berbagai gaya. Ngebut sana sini. Dengan kecepatan tinggi melewati polisi tidur. Setelah ia bisa bersepeda, saya malah khawatir dibuatnya .
Ada dua hal yang saya pelajari dari hal ini. Pertama, bahwa teman sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang dan kedua, begitu cepatnya ia berubah, begitu cepat ia beradaptasi.
Oleh karena berpengaruhnya seorang teman dan pergaulan maka perlu hati2. Seperti kata ajaran agama, jika kita bergaul dengan tukang minyak wangi maka akan wangi dan jika dengan tukang arang maka akan hitam.
Pengaruh pergaulan bahkan bisa mengalahkan pengaruh orang tua. Banyak kasus anak yang lebih mendengarkan apa kata temannya dibanding orang tuanya. Sangat berbahaya, apalagi kita tidak berusaha menjadi orang tua yang terbuka dan bersedia menjadi tempat mengadu bagi anak.
Lalu bahwa betapa adaptifnya kita sebagai manusia. Kita dikarunia sifat adaptasi yang luar biasa, terhadap hal maupun lingkungan baru.
Saya punya seorang teman yang harus pindah ke Jawa Tengah. Walau baru dalam hitungan bulan, ketika pulang ia sangat fasih berbahasa Jawa, bahkan ketika berbicara dengan saya menggunakan bahasa Indonesia, logatnya medok banget. Dan dia itu keturunan bule !. Kalah saya yang keturunan jawa, punya nama Jawa lagi !.
Ketika kursus nyetir mobil maka teorinya sangat singat, setelah itu langsung mencoba menjalankan mobil di jalan raya. Ya, karena memang menyetir mobil gak bisa hanya berteori aja, lebih cepat menangkap dan belajar klo langsung diceburin ke jalan raya.
Itulah kenapa banyak pakar psikologi, pengembangan diri dan motivator yang bilang : kesuksesan itu bukan dari bakat tapi paling besar adalah pembelajaran dan lingkungan.
Dan itu sebabnya Adam Khoo dalam bukunya Master Your Mind Design Your Destiny menekankan bahwa manusia bisa berubah. Dia yang tadinya dianggap super bodoh bahkan sampai di tolak oleh beberapa sekolah saking bodohnya, kini menjelma menjadi motivator termahal di Singapura. From zero to hero.
Seorang anak professor yang pintar bukan karena keturunannya, atau gen-nya, tapi karena pola mengajar dan lingkungan sang professor yang penuh buku itulah yang membuat anaknya juga pintar. Stimulasi dari sel2 otaklah yang akan merubah seseorang ingin dan akan menjadi apa, karena baik bobot, susunan dan jumlah sel otak tiap manusia itu sama
Saya juga jadi teringat lagi artikel dari pak Fauzi yaitu Genetika Pengusaha. Bahwa kita yang bukan keturunan pengusaha tidak semestinya minder jika memutuskan ingin membuka usaha. Karena itu bukan faktor keturunan. Tapi lingkungan, juga sifat adaptasi-nya.
Itulah juga sebabnya ketika kita memutuskan ingin menjadi pengusaha maka masuk dan bergaulah dengan para pengusaha. Ketika kita sudah masuk didalamnya, ternyata proses super adaptif itu bekerja. Pola pikir berubah, mudahnya muncul peluang2 bisnis, langsung mengerti istilah2 dan ilmu2 yang bertebaran didalamnya dll.
Selalu belajar, selalu bersikap open-mind terhadap hal baru, selalu tes and measure dalam mempraktekkanya, memilih lingkungan yang sesuai, lalu tidak lupa berdoa agar terkabul. Dengan begitu maka semua keinginan kita akan tercapai. Insya Allah.
Page 1 of 2 | Next page