Home » Sosial-Budaya » Sariban, Pahlawan Tanpa Bintang

Sariban, Pahlawan Tanpa Bintang

Mentari pagi telah menampakkan sinarnya yang begitu cerah. Dari sebuah gang sempit, keluar seorang pria tua berpakaian wearpack lusuh berwarna kuning dengan tulisan besar di bagian belakangnya, PETUGAS KEBERSIHAN KOTA BANDUNG. Melaju dengan menunggangi sepeda ontel klasik yang dilengkapi dengan berbagai jenis perkakas di bagian belakang, sayap kiri dan sayap kanan sepeda, nampak seperti seorang prajurit yang akan berperang ke medan pertempuran dengan seperangkat alat perangnya. Perkakas yang beliau bawa antara lain: sapu injuk besar dengan ratusan batang lidi yang tersusun rapi dalam satu ikatan; karung plastik besar bekas pembungkus beras; pengki yang terbuat dari kaleng bekas biskuit; linggis tebal; dan lain-lain. 15 menit telah berlalu, beliau pun sampai di sebuah tempat yang tak jauh dari rumahnya, yaitu Jalan Taman Makam Pahlawan, Bandung. Sepeda ontel pun dia parkirkan di sisi trotoar, lalu dengan segera diambilnya sapu injuk, pengki dan sebuah karung plastik untuk mulai menyisir sampah yang berserakan sepanjang jalan Taman Makam Pahlawan, Bandung.

“kan kalau lingkungan bersih, kita juga yang enak melihatnya.” ujar pak Sariban. Ya, itulah beliau, seorang Relawan Peduli Lingkungan Hidup Bersih (RPLHB) Kota Bandung yang hari-harinya diisi dengan aktivitas membersihkan sampah-sampah yang berserakan dari mulai trotoar hingga selokan dengan penuh semangat membara di hati. Tak hanya menyapu sampah saja, tetapi mencabuti paku yang menempel di pohon-pohon, mencabuti rerumputan di celah-celah pavin blok trotoar pun, tak luput digarap oleh tangan-tangannya yang masih kuat mencengkram. Sejak pukul 06.00 pagi, pria yang berumur 66 tahun ini telah mengayuh sepeda ontelnya lengkap dengan peralatan kebersihan. Hingga kurang lebih enam jam, beliau terus berkutat dengan sampah-sampah yang tumpah ruah di sepanjang jalan Taman Makam Pahlawan, Bandung yang merupakan tempat pertama kali beliau melakukan aksinya 27 tahun silam. Saat dzuhur tiba, beliau pulang kembali ke rumahnya yang berada di Gang Cikondang No. 30 kelurahan Sadangserang Bandung, untuk sejenak beristirahat melepas penat. Nuansa sejuk sangat terasa di teras rumahnya, karena puluhan tanaman hijau yang bersangkar di dalam pot berjajar rapi memagari bagian depan rumah. Selang satu jam kemudian, Pak Sariban kembali turun ke jalan dengan mengayuh berkilo-kilometer sepeda ontel yang merupakan inventaris dari rumah sakit tempat beliau bekerja dahulu, dan tak ketinggalan seperangkat alat perangnya untuk merazia sampah yang mengotori jalan protokol dan jalur hijau di kota Bandung hingga menjelang maghrib tiba. Sempat ada seseorang yang ingin memberikannya sebuah sepeda motor, dengan tujuan agar lebih meringankan pekerjaannya, namun pak Sariban menolaknya dengan alasan kalau menggunakan sepeda bisa membuat badan lebih sehat dan sekaligus bisa sambil mengkampanyekan penggunaan sepeda demi mengurangi polusi udara yang terasa semakin menyesakkan tenggorakan.

Beliau tinggal bersama keempat anaknya, yang tiga diantaranya sudah menikah dan kini mereka tinggal satu rumah dengannya, sedangkan setiap 2 bulan sekali Pak Sariban menengok sang istri yang tinggal di kampung. Kebutuhan hidupnya bergantung kepada anak-anaknya, karena beliau sebagai relawan yang bekerja atas dorongan hati, tentunya tak pernah menerima gaji ataupun tunjangan apapun secara berkala dari pemerintah kota Bandung. Namun kadang kala rezeki datang tanpa diduga, sering kali beliau menerima jentik-jentik rupiah dari warga yang iba terhadapnya. “saya tidak mengharapkan uang dari siapapun. Saya melakukan semua ini karena panggilan hati. Tetapi kalau ada yang memberikan, ya saya terima saja. Rezeki mah datangnya dari Alloh” ucap Pak Sariban dibalut tawa renyahnya. Sebelum memutuskan untuk menjadi relawan kebersihan, Pak Sariban adalah seorang pegawai kebersihan di Rumah Sakit mata Cicendo, Bandung. Tetapi sejak tahun 1983, pak Sariban memutuskan untuk menjadi RPLHB Kota Bandung, tak lain dan tak bukan atas keprihatinannya melihat kondisi lingkungan kota Bandung yang semerawut dengan sampah, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup serta polusi yang telah terlalu mencekik masyarakat, dan juga sebagai bentuk kecintaannya yang besar terhadap lingkungan hidup yang bersih.

“kita, kita yang harus memulai. kalau bukan kita, siapa lagi?”,itulah kata-kata yang terucap dari bibirnya, ketika saya bertanya tentang siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan, terutama di perkotaan. Beliau mengutarakan, bahwa sebenarnya menjaga lingkungan agar tetap bersih itu mudah, seperti yang beliau kutip dari perkataan seorang dai kondang KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), bahwa ada 3 langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan bersih, disingkat menjadi T.S.P :

  • Tahan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Simpan sampah pada tempatnya.
  • Pungut sampah sekecil apapun, itu merupakan ibadah.

Cara yang sederhana tersebut bila diterapkan, lambat laun akan menciptakan hubungan yang sinergis antara manusia dengan lingkungan hidupnya, yang dapat menghindari kemungkinan terjadinya banjir dan musibah lainnya yang diakibatkan oleh human error. Atas aktivitasnya tersebut, pak Sariban sering kali mendapatkan penghargaan dibidang lingkungan, antara lain: penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai pengelola lingkungan hidup terbaik tingkat propinsi Jawa Barat tahun 2002, penghargaan dari Walikota Bandung atas dedikasinya terhadap pelestarian lingkungan hidup di Kota Bandung tahun 2008, dan pernah menjadi bintang tamu dalam acara Kick Andy Metro Tv. Tak hanya itu, beliau pun kerap kali dipercaya untuk memberikan pelatihan tentang mengelola kebersihan lingkungan kepada instansi pendidikan dari mulai tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, instansi pemerintahan, dan swasta.

Semangat kepahlawanan, beliau tunjukkan lewat keikhlasannya dengan mendedikasikan diri untuk kebersihan lingkungan hidup. Sudah seharusnya kita dapat melakukan apa yang telah pak Sariban lakukan, minimal dimulai dari lingkungan rumah kita sendiri. Lakukanlah sekarang!!. Bahkan dalam agama Islam pun mengajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Karena begitu penting dan bermanfaatnya nilai dari kebersihan itu. Nah..sekarang timbul pertanyaan yang cukup dijawab dalam hati, apakah yang telah anda lakukan untuk kelestarian lingkungan hidup di sekitar anda?

Teks & Foto:

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by on Aug 31 2010. Filed under Sosial-Budaya. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

6 Comments for “Sariban, Pahlawan Tanpa Bintang”

  1. bgus ya atikelnya,,,,,

  2. sebuah reportase yg luar biasa. saya suka membacanya.
    Fotonya juga bagus-bagus euy!

    salam
    Omjay

  3. @wijaya kusumah, Hatur thank you omjay.!
    saya dapat nilai berapa ni pak guru omjay? :-D

    salam kenal

  4. @aries rachmandy, 10 mas, tapi dengan catatan ajak mjay ngpi bareng, hehehheeh :D

  5. @wijaya kusumah,
    makasih omjay tuk nilainya.
    ngopi2nya via e-mail aja ya, hehe.. :-D

  6. terima kasih postingannya ya..
    salam kenal…
    kunjungi juga blog saya fakultas teknik unand

Leave a Reply

Login

Login Anggota
Lost Password?

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara

Banner Komunitas

Komunitas Blogger Bekasi

Copykan Kode dibawah ini ke Blog/Website Anda!

© 2014 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in - Designed by Gabfire Themes