Mimpi Bekasi 2013

Oleh : Majayus Irone*

Aku cinta Bekasi

Aku Bekasi Cinta

Cinta aku Bekasi

Bekasi cinta aku

Cinta Bekasikah aku?

Sepenggal puisi bergaya hampir sama dengan guratan maestro puisi Sutardji Colzum Bahri menyeruak hening dalam tempurung kepala kita: bicara tentang cinta, kecintaan dan kedalaman cinta pada motherland? Melambungkan kenisbian antara realita atau tengah mimpi. Coba kau cubit kulit pipimu atau kau tampar pelan,…aw sakit juga! Rupanya kita tidak sedang bermimpi tetapi sedang dipermainkan dengan lamunan dan halusinasi imajiner yang berusaha menyandingkan antara kenangan dan harapan.

Kata orang bijak, mimpi itu ibarat koin yang kita simpan dalam saku, semakin banyak mimpi itu maka semakin berat koin yang bergayut dalam saku tersebut. Kemudian satu perbuatan yang paling bijaksana adalah bahwa dari seribu mimpi itu kita mampu mewujudkan salah satunya. Bukankah sejarah mengajarkan pada kita bahwa semua yang terwujud sekarang ini berawal dari sebuah mimpi? Lihat mimpi besar manusia abad 19 yang ingin menginjakkan kakinya kebulan. Neil Armstrong dan Yuri Gagarin adalah manusia pertama yang mampu menjejakan kaki dibulan pada sekitar tahun 1969 dengan menggunakan Apollo 11.

Apakah itu mimpi? Tentu bukan lagi sebuah mimpi meskipun berawal dari sebuah mimpi. Begitupun teori gravitasi yang populer itu menyatakan bahwa semua benda yang berada di atas permukaan bumi akan kembali jatuh kebumi. Berawal pula dari sebuah mimpi ketika seorang bocah duduk dibawah pohon apel kemudian salah satu buahnya terjatuh dan bocah itu terkagum-kagum melihat peristiwa tersebut. Bukan lagi sebuah mimpi.

Pemutaran film buatan Amerika yang mengangkat tema Kiamat 2012 telah menyentakan mata dunia termasuk anda barangkali yang sudah melihat pemutaran film itu dibioskop 21. Sebauh science fiction movie – serupa dengan sebuah mimpi yang menyuguhkan berbagai rekam jejak bagaimana ketika dunia diombang-ambing perusakan maha dasyat seperti earthquake, landslide, hurricane, tsunami – gempa bumi atau lini – lindu menghancurkan seluruh jagat raya. Sebuah imajinasi yang tersusun amat memukau mengembalikan ingatan kita semua bahwa gempa bumi di Padang, tsunami di Aceh longsor diberbagai dusun adalah sebuah realita yang getir perihnya belum lekang dari hati sanubari saudara-saudara kita. Mereka bukan sedang bermimpi.

Lalu sekarang apakah kita semua sedang bermimpi seperti mimpi Bekasi 2013. Apakah gerangan yang sedang dimimpikan Bekasi. Ibarat wanita hamil yang sedang mengidam, mimpi itu kadang datang serta merta dan hasrat untuk mencicipi segala yang diinginkan oleh wanita hamil yang sedang ngidam tentu bukan perkara main-main. Eksesnya mewajibkan seorang suami meskipun tengah malam buta ditingkahi hujan lebat dan mati lampu “kudu nyari” yang diminta sang istri ngidam itu! Berlarian “ngalor – ngidul” keselebar pelosok tempat hanya sekedar menemukan sesuatu yang sangat sepele tetapi bernilai amat kuat : pelampiasan ngidam.

Bekasi memang bukanlah wanita hamil yang sedang ngidam ataupun sang suami yang kebingungan, melainkan strategic area yang dihuni oleh jutaan smart people yang tengah dirundung mimpi besar, mimpi besar untuk mewujudkan kota Bekasi yang unggul dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa Ihsan, kemudian dalam short time target ingin mewujudkan kota Bekasi Cerdas, Bersih dan Ihsan tahun 2013. Duet H. Mochtar Muhammad dan H. Rahmat Effendi sebagai the couple leaders kota Bekasi saat ini tentunya harus direspon oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menggoalkan mimpi besar tersebut. Mimpi beliau-beliau yang dituangkan dalam visi dan misi kota Bekasi adalah mimpi besar kita berasama. Mimpi seluruh masyarakat Bekasi.

Sekarang ketika era otonomi dan pembangunan, atau sebelumnya dimana buldoser, truk tronton, paku bumi, semen, batu , pasir dan batako meninggalkan jejaknya dibumi menandakan peradaban baru mulai lahir. Modernisasi dan kemajuan menyeruak hebat keseluruh pelosok dusun tidak terkecuali wilayah Bekasi yang luas. Bekasi berubah total. Bekasi menjelma jadi sebuah wilayah industri jasa, perdagangan, pemukiman dan penyangga ibukota Jakarta yang lebih dulu bersolek mempercantik diri seperti para selebriti, menjadikan dirinya impian, buruan harap, tempat penaklukan dan melarungkan angan banyak anak kampung dari pelosok tanah air.

Page 1 of 5 | Next page