Elegi Keadilan

Sebuah ironi keadilan di negeri yang dalam lagu-lagu sering disebut sebagai negeri gemah ripah loh jinawi, makmur dan sejahtera rakyatnya dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat menjadi rohnya

sumber: febriansyah.wordpress.com

Senin sore, 30 November 2009, saya merasa sangat beruntung dapat tiba di rumah lebih cepat, mengingat kemacetan yang luar biasa mulai keluar pintu kantor sampai rumah di Bekasi. Tiba di rumah langsung menonton TV One yang sedang menayangkan acara Jakarta Lawyers Club. Acara ini dipandu oleh Karni Ilyas. Acara kali ini tidak hanya dihadiri oleh para lawyer, namun juga para “terdakwa kontroversial” yang beberapa minggu terakhir ini pernah menjadi headline di beberapa media massa.

Kata kontroversial tidak merujuk pada sekelompok orang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mempermainkan hukum atau menjadikan hukum semata-mata sebagai alat permainan untuk melampiaskan nafsu kekuasaan atau melindungi kepentingan sekelompok kecil orang. Kata kontroversial merujuk pada kasus-kasus yang menyita hati nurani keadilan publik yang seringkali berbeda jauh dengan rasa keadilan para penegak hukum. Bagi mereka ini hukum menjadi beban, bukan alat yang dapat mewujudkan keadilan.

Beberapa “terdakwa” yang dihadirkan, antara lain Ibu Minah yang didakwa mencuri 3 buah kakao, Istri dari Aguswandi Tanjung yang dituduh mencuri listrik gara-gara men-charge HP di selasar apartment, terakhir adalah Khoe Seng Seng yang dituduh mencemarkan nama baik sebuah perusahaan besar gara-gara surat pembaca.

Mereka adalah sebagian kecil rakyat Indonesia yang “terjebak” dalam hukum yang kaku dan jauh dari rasa keadilan bagi orang-orang kecil. Gara-gara perkara yang sepele, mereka harus mendekam di penjara. Mengapa ? karena mereka tidak memiliki akses kekuasaan dan uang yang banyak untuk membeli pasal-pasal dalam hukum. Coba lihat bagaimana Anggodo yang telah mengobrak-abrik bangunan hukum masih bisa melenggang bebas dan kasusnya sampai sekarang tidak jelas juntrungannya.

Tragedi keadilan yang mengusik hati nurani ini tidak hanya menimpa mereka bertiga. Misalnya, kasus Prita yang menghadapi emperium bisnis kesehatan gara-gara email yang tersebar. Prita dimejahijaukan karena dianggap melakukan pencemaran nama baik dokter yang bertugas di Rumah Sakit Omni. Kasus lainnya menimpa Basar dan Kholil, dua orang petani miskin dari Kediri, harus menghabiskan waktu di balik terali besi gara-gara memakan satu buah semangka tanpa izin pemilik kebun. Mungkin harga semangka itu tidak lebh dari Rp. 5.000. Basar dan Kholil menjadi pesakitan di meja hijau karena diadukan oleh adik pemilik kebun yang kebetulan berprofesi sebagai polisi.

Kasus tragedi hukum dan keadilan di negeri yang menganut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini, umumnya terjadi karena mereka menghadapi sebuah kelompok yang memiliki akses kekuasan dan tentunya uang untuk melampiaskan syahwat atas nama keadilan.

Para penegak hukum berdebat panjang bahwa apa yang mereka lakukan sudah seusai dengan pasal-pasal dalam KUHP dan peraturan lainnya. Dalam penegakan hukum, terkesan tidak ada kitab kebenaran lainnya yang dapat menjadi pertimbangan. Seolah-olah KUHP menjadi kitab suci yang mutlak dan tidak ada kebenaran lain selain itu. Alasan yang sering dikemukakan adalah bahwa semua sudah sesuai prosedur hukum yang ada dalam undang-undang. Begitukah hukum bekerja ?

Tentu tidak. Kasus yang menimpa mak Minah, Aguswandi, Khoo Seng Seng dan lain-lain, terjadi karena para penegak hukum hanya mengeja teks-teks normatif yang ada dalam KUHP tanpa mempertimbangkan etika sosiologis yang berkembang dalam masyarakat. Kekuasaan hukum seolah-olah dilaksanakan tanpa pendekatan akal sehat, nurani dan etika.

Kalau hukum hanya disandarkan pada teks-teks normatif perundang-undangan, maka keadilan yang diperoleh hanya bersifat formalistik yang jauh dari rasa keadilan yang substansial. Ini lah ironi drama keadilan yang tergelar di negeri tercinta ini. Sebagai warga negara, saya merasakan banyak kasus korupsi yang menghisap darah rakyat milyaran bahkan trilyunan rupiah raib entah ke mana. Kalau pun ada yang digelandang ke pengadilan, banyak koruptor yang lolos dari jeratan hukum.

Namun, di sisi bumi yang lain, rakyat kecil menjerit tanpa daya karena harus menjalani proses hukum hanya karena ”memungut” suatu barang yang nilainya tidak seberapa. Bismar Siregar mengatakan Innalillahi wa inna lillahi rojiun. (Ketika Bismar diminta bicara oleh Karni Ilyas, tampak semua hadirin terdiam menyimak nasehat bijak yang keluar dari mulut yang lembut. Tapi saya kok…merasa haqul yakin nasehat itu hanya efektif dalam ruang diskusi. Setelah keluar, pasal-pasal hukum tetap menjadi alat permainan untuk melindungi berbagai kepentingan orang-orang besar saja)

Mengapa ? Walaupun bumi Indonesia telah diluluhlantakkan oleh bencana demi bencana yang hebat, bahkan kita disadarkan adanya kiamat melalui Film 2010, belum ada sebuah gerakan revolusioner dari pemangku negeri ini untuk memperbaiki perilaku menyimpang yang melanggar hukum. Bencana tidak dilihat sebagai media penyadaran dan peringatan dari Illahi, tapi lebih sebagai tontotan. Bencana saja tidak berpengaruh terhadap perbaikan perilaku, apalagi nasehat yang datang dari orang arif bijaksana yang hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Kalau ini yang terjadi maka gawat lah negeri ini.

Dengan peranan dan kekuasaan yang besar adalah masuk akal bila hukum yang tidak direformasi akan korup, seperti kata Lord Acton “power tends to corrupt and absolute power tends to corrupt absolutely”. Wallahuallam


1 Response for “Elegi Keadilan”

  1. ediwicak says:

    artikel ini sangat menarik…apa boleh kami publikasikan di media alternatif yg kami kelola….mohon izinnya.

    [Reply]

Leave a Reply

RSS Planet Aggregator

  • Rahasia Seorang Blogger Handal
  • FREDDIE TAMAELA DAN KENANGAN YANG IKUT “BERLARI” BESERTANYA
  • “Iseng Ngeblog, Ehh…. Hasilkan Buku”
  • VMWare Mengakuisisi Zimbra
  • Gerhana Matahari CinCiN
  • Membuat Toko Online dengan Wordpress

Komentar Terbaru

Rekanan

  • Mailing List Komunitas Blogger Bekasi
  • Planet Blogger Bekasi
  • Website Kabupaten Bekasi
  • Website Kota Bekasi

Sponsor

images-11 gaya dakta

Space Iklan : Blogger Bekasi

Hubungi KamiKomunitas Blogger Bekasi adalah organisasi non profit yang beranggotakan para blogger yang memiliki relasi dengan kota dan kabupaten Bekasi.

Komunitas Blogger Bekasi memiliki visi untuk menggunakan blog sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat berbagi (sharism) di kalangan masyarakat (citizen journalism) Kota Bekasi dan sekitarnya.

Switch to our mobile site

Log in - BlogNews Theme by Gabfire themes