Jum’at, Hari Berdoa Sedunia dan AKherat……

Jum’at, Hari Berdoa Sedunia dan Akherat!

Duhai saudara-saudaraku yang disayangi Allah,

Di Jum’at ini marilah

kita dedikasikan sebagai hari untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita.

Karena itu maka ketika khutbah berlangsung beberapa menit lagi, upayakan untuk mendengarkan dengan penuh antusiasme dan khidmat.

Jangan tidur! Perhatikan apa yang dikatakan khatib. Tatap matanya. Cecapi dengan lidah iman apa yang disampaikan sang khatib. Pahamilah baik-baik. Dengungkan dalam hati perbaikan perilaku baik ucapan, tingkah laku maupun pikiran.

Saudara-saudara rahimakumullah,

Berdoa. Melakukan aktivitas ini merupakan bagian dari Tauhid. Yakni, keyakinan tentang keesaan Tuhan. Tauhid sama dengan ‘wahid’ yang berarti “satu’ atau “esa” atau “tunggal”. Tauhid berarti “meyakini bahwa Allah adalah satu atau esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Tidak ada yang menyamaiNya. Baik dalam Dzat-Nya maupun dalam perbuatanNya menciptakan alam semesta. Tidak ada sekutu bagiNya.

Tidak ada Tuhan-tuhan lain selain Dia. Dialah satu-satunya yang memiliki kekuatan lebih dari apa pun dikolong jagat ini. ‘Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia.” (QS al ikhlas (112) : 1-4)

Tauhid telah menjadi cabang tersendiri dalam Islam, yaitu ilmu yang memelajari tentang kesaan Allah swt. Jika seseorang memiliki keyakinan (aqidah) mengenai keesaan Allah maka keyakinan itu merupakan titik tolaknya.sedangkan, tauhid merupakan titik akhir yang hendak dicapai. Pengakuan realirtas dan pengucapan ikrar meyakini Allah swt sebagai Tuhan yang Esa diungkapkan secara tegas dalam kalimat syahadat,: la ilaha illah, yang berarti “tiada Tuhan selain Allah.”

Berdoa merupakan perwujudan dari sikap tauhid. Doa adalah seruan dari bawah ke atas, dan tidak dihadapkan kecuali kepada Dzat dengan kekuasaan melebihi kekuasaan yang berdoa. Yang namanya meminta, akan selalu terjadi dari yang ‘tidak punya’ kepada ‘yang punya’. “dari seorang yang lemah’ mengharap bantuan kepada ‘Dzat yang Maha Kuat’. “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS al Baqarah [2] : 255]

Pada saat kita mendapatkan sesuatu. Ujian yang terasa berat dan membeban. Atau, cobaan yang mengoyak hati, perasaan dan pikiran. Kita pun merasa tidak kuat. Saat itulah keyakinan kita akan tauhid, keyakinan adanya ‘Dzat Yang Maha Hebat’. Yang sanggup memberikan jalan keluar terbaik. Yang menguasai segala sesuatu. Dan, kita pun berdoa, “Duhai Rabbi, wahai Tuhanku…..”

Ketika kalimat diatas terucap, pada saat itu kemudian yang terjadi adalah pengakuan. Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan berkuasa atas segala sesuatu. Ia mampu menghadirkan segala sesuatu yang manusia tidak mampu menghadirkannya. Berdoa, meminta padaNya. Meneguhkan diri bahwa manusia itu lemah. Hanya Allah-lah yang memiliki kekuatan ini. Maka tak patut sombong dan arogan. Tak patut pula kita berputus asa, karena langit Allah sedemikian luasnya. Anugerahnya melebihi luasnya langit. Karena Dia-lah Sang Pencipta. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (al Baqarah [2] : 117)

Ketika berdoa, pada saat itu kita yakini, Allah-lah yang mengizinkan semua ini terjadi. Dan, ia mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. “Ia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak memunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (al An am (6) : 101)

Page 1 of 2 | Next page