APING

Nama lengkapnya Aprilia Maharani, tapi kami biasa memanggilnya APING. Ia berusia sekitar 8 tahun, anak ke 3 dari 5 bersaudara. Kakak petamanya duduk di kelas 5 sekolah dasar. Sedangkan aping sendiri sekarang menjalani pendidikan di kelas 2.

Saya mengenalnya lewat anak saya. Gadis kecil ini adalah teman bermain anak saya yang baru berusia 2 tahun. Sebenarnya saya sudah mengamati gadis kecil ini ketika tanpa sengaja melihatnya bermain busa sendirian didepan rumah neneknya. Dia gadis kecil yang unik dan mempesona.

Ibu dan ayah aping adalah teman bermain saya ketika kecil dulu. Ayahnya buruh serabutan, ibunya, ibu rumah tangga seperti saya. Dengan lima anak yang masih kecil-kecil, hidup mereka tentulah sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah neneknya, jadi satu dengan dua keluarga lain. Ayahnya terkadang tidak bekerja, tapi taukah apa yang membuat hidup mereka terlihat indah??? Mereka ga pernah mengeluh. Sesekali saya melihat ibu si aping mengaduk pasir dan semen, sementara ayah Aping memasang bata ketika mendapat pekerjaan sebagai kuli bangunan. Atau ayah dan ibu membuat ketupat dan anak-anak yang menjualnya. Soal makan? Anak-anak ini sungguh anak-anak yang luar biasa, mereka makan apapun yang dimasak ibunya. Mulai dari sayur asem, daun singkong, sampe jengkol, semua makan dengan lahap. Wow, itu pemandangan yang indah bagi saya.

Lewat Aping pula lah akhirnya saya kembali ke sana. Ketempat dimana saya mengabiskan sebagian masa kanak-kanak saya. Sekolah saya…

Seminggu lalu saya mengantar aping dan kakak-kakaknya ke sekolah. Sekalian ngajak jalan anak saya maksudnya. Pfyuhf…baru nyadar ternyata udah hampir 20 tahun saya tidak pernah ke sana. Dan sekolah saya pun sudah almarhum aliyas sudah berganti nama. Dulu SDN Pangkalan Jati II sekarang menjadi SDN Jatiwaringin IX. Berada di wilayah Bekasi Jawa Barat. Kami menyebutnya SD Ayeng. Malah beberapa temen SMP saya menyebutnya SD Areng karena dindingnya yang menghitam.

Aping atau saya bisa saja bersekolah di sekolah lain di wilayah Jakarta, karena wilayah tempat tinggal kami masih menjadi bagian dari wilayah Jakarta. Jika saat itu saya dihadapkan pada sedikitnya pilihan sekolah, di mana sekolah dasar yang terdekat dari tempat tinggal saya hanya SD Ayeng, sedangkan sekolah yang lain jauh. Sedangkan Aping dan saudara-saudaranya dihadapkan pada keterbatasan biaya. Emang sih, dimana-mana sekolah SD gratis, tapi setidaknya kalo sekolah di SD Ayeng mereka ga perlu ongkos untuk sampai ke sekolah.

Menginjakan kaki disana lagi, jadi terbayang rentetetan kenangan 20 tahun lalu. Inget Pak Momo, inget Bu Zubaedah, inget Mang Ndang, Lia Adistia, Prio Hadi, Wisnu Fajar, Netta, Mamay yang gak naek-naek kelas, juga Nanang Kosim yang sudah tiada. Huh kayak ga ada abis-abisnya. Banyak yang berubah dalam 20 tahun ini. Sekarang sekolahnya sudah bertingkat, nama sekolah juga udah berubah, guru-gurunya juga udah berubah. Yang ga berubah??? Tempat jajannya. Masih ditanah kosong depan sekolah yang kalau panas berdebu dan kalau ujan beceknya minta ampun.

Yang membuat saya sedih sekaligus bangga??? Hm…

Hampir sebagian besar murid-murid di sekolah ini berasal dari keluarga yang tidak mampu, anak-anak dengan latar belakang keluarga seperti Aping. Jauh dari jemputan mobil-mobil mewah, jauh dari gaya anak-anak gaul. Mereka dekil-dekil, tapi terlihat semangat. Saya baru tersadar, anak-anak tetangga saya yang orang tuanya memiliki penghasilan lumayan menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah negeri maupun swasta di Jakarta, sedangkan mereka dengan penghasilan pas-pasan meyekolahkan anaknya di SD Ayeng.

SD Ayeng, sebuah sekolah di pinggir kota Bekasi yang becek, terkesan kumuh, semerawud, tapi bias bertahan lebih dari 20 tahun. Menampung ratusan murid dari keluarga biasa-biasa saja, Tanpa Aping, mungkin saya tidak akan pernah menyadari, betapa saya bangga pernah menjadi bagian dari sekolah ini, sekolah yang sudah membesarkan saya, mengajarkan saya membaca dan menulis, mengajarkan saya berteman, mengajarkan saya menjadi ibu yang baik saat ini.

Bravo ya SD Ayeng, maju terus ditengah gempuran globalisasi, Saya bangga pernah sekolah disana. That’s way kenapa saya cinta Bekasi, karena disanalah SD Ayeng berada…

1 comment on this post.
  1. Bapaoisicinta:

    Jadi terharu mba……. dengan ceritanya
    Kota Bekasi memang tiada duanya……..

    [Reply]

Leave a comment