Presiden Sebaiknya Naik Helikopter

Iringan-iringan mobil pengawal presiden bila presiden lewat di satu tempat ternyata sering menimbulkan masalah. Ketika Presiden SBY baru saja menjabat di periode pertama, iringan-iringan mobil tersebut menimbulkan kecelakaan beruntun yang meminta korban jiwa keluarga yang hendak berwisata ke Kebun Binatang Ragunan. Kemacetan lalu lintas akibat menunggu rombongan presiden lewat sudah jadi hal biasa. Berita terakhir, seorang pengendara yang juga tetangga pak SBY di Cibubur mengeluh di Koran Kompas karena diperlakukan dengan tidak pantas oleh petugas pengawal rombongan presiden.

Masalah kemacetan lalu lintas akibat rombongan presiden lewat tentu bukan hanya di masa pak SBY saja. Pada masa presiden Soeharto, setiap hari Rabu biasanya, beliau memiliki jadwal main golf di Ramawangun. Maka bila saat keberangkatan ke Rawamangun tiba, seluruh jalanan dari Cendana ke DIponegoro menuju Salemba langsung dibersihkan. Tidak boleh ada kenderaan yang lewat hingga mobil Sang RI1 lewat. Yang lucunya, ketika mobil tersebut lewat, para polisi yang berada di pinggir jalan harus membalikkan badan. Mungkin malu kalau dia dikenali presiden atau aturannya memang begitu,entahlah.

Namun ternyata tidak semua presiden dunia mengabaikan dampak kemacetan yang timbul bila rombongannya lewat.. Presiden baru Philipina Benigno Aquino kabarnya tidak mau dikawal konvoi pengawal. Sang presiden memilih diperlakukan sebagaimana rakyat umumnya, termasuk ikut terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Pilihan tersebut mungkin diambil secara sadar oleh sang presiden untuk turut berempati dengan penderitaan rakyatnya. Memang seperti itulah seharusnya seorang pemimpin.

Untuk menghindari kemacetan lalu lintas dan berbagai resiko akibat rombongan presiden lewat, sebaiknya dicari solusi lain yang lebih mudah. Salah satunya adalah presiden SBY menggunakan transportasi udara yaitu dengan naik helicopter dari Cikeas ke Istana Negara dan sebaliknya. Pilihan ini memberikan beberapa manfaat baik untuk presiden maupun untuk masyarakat umum..Pertama, presiden bisa menempuh perjalanan ke istana dalam waktu yang lebih singkat. Bila dengan menggunakan iring-iringan mobil mungkin membutuhkan waktu setengah jam, dengan helicopter mungkin hanya butuh 10 menit. Kedua, lalu lintas akan lebih lancar karena tidak terganggu iring-iringan mobil presiden walau tanpa kehadiran rombongan presiden pun sesungguhnya sudah macet. Jadi persisnya adalah tidak menambah kemacetan yang ada.

Sebenarnya penggunaan helicopter sudah umum digunakan para petinggi perusahaan di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dengan pembangunan helipad di puncak gedung-gedung tinggi yang ada di kawasan bisnis Jakarta. Tujuannya tentu untuk menghindari kehilangan waktu mereka yang sangat berharga akibat tejebak kemacetan lalu lintas. Jadi, bila para petinggi perusahaan tersebut sudah memilih helicopter sebagai alat transportasinya, mengapa tidak untuk presiden?

7 comments on this post.
  1. aura pelupa:

    Perlu perubahan dalam perjalanan Presiden, jangan malah menjadikan jalan macet!

    [Reply]

    Rihat Hutagalung Reply:

    @aura pelupa, Setuju pak aura, thx tanggapannya

    [Reply]

  2. Tutorial Admob:

    semoga ada pejabat keprisidenan yang baca postingan ini…

    nitip berita bung cara menentukan arah kiblat sholat untuk umat islam.

    [Reply]

    Rihat Hutagalung Reply:

    @Tutorial Admob, Semoga pak,thx

    [Reply]

  3. ilhammi:

    ada bner’a jg tuh !!! klo di suruh naik helicopter,,
    klo gmao naik helicopter mesti’a ngikutin presiden baru dari Philipina, biar ngerasain gmna khidupan di tengah jalanan ibu kota !!!
    emang yg punya kperluan cuma presiden doang !!!
    mentang2 kpala negara tapi jgn seenak’a saja,,
    saiia harap SBY dan pejabat2 tinggi lain’a jg baca nih postingan…

    salam…

    [Reply]

  4. komik upnyk:

    waduh..anggarannya tambah mahal gak tuh?ha mbok mending si presiden itu bermalam di istana saja..gak usah pulang ke rumahnya yang jauh yang pastinya slalu bikin macet.

    [Reply]

  5. komik upnyk:

    yo

    [Reply]

Leave a comment