antara gaya Kepemimpinan Presiden Pinera dan SBY
Respon seorang pemimpin atas peristiwa yang menimpa masyarakatnya bisa berbeda-beda, tergantung gaya kepemimpinannya. Hal itu bisa dicermati dari perbedaan sikap dan tindakan yang diambil oleh Presiden Sebastian Pinera dalam penyelamatan 33 orang pekerja tambang di Cile dan juga respon Presiden SBY atas peristiwa banjir bandang yang menewaskan lebih dari 150 orang dan 160 orang lainnya hilang di Wasior,Papua Barat. Hal ini menarik disimak karena kedua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan, sama-sama menarik perhatian publik, namun dengan hasil yang jauh berbeda.
Dalam teori kepemimpinan dikenal dua gaya kepemimpinan. Pertama adalah kepemimpinan bersifat Membantu (Supportive Behaviour). Pemimpin tipe ini selalu bersifat mendukung warganya, memberikan semangat, pujian dan melibatkan timnya dalam mengambil keputusan. Kedua, pemimpin yang bersifat Mengarahkan (Directive Behaviour). Pemimpin tipe ini bersifat mengarahkan segala sesuatu secara rinci, apa yang harus dilakukan, kapan dilaksanakan dan bagaimana melaksanakannya. (Terobosan Kepemimpinan, Ari Retno Habsari,2008).
Presiden Pinera tergolong pemimpin yang bersifat Membantu. Dia mendukung upaya penyelamatan korban sejak awal peristiwa terjadi di bulan Agustus 2010. Dia menghubungi Badan Antariksa Amerika NASA untuk memberikan bantuan karena mereka berpengalaman dalam pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Pinera juga meminta perusahaan tambang Cile untuk ikut membiayai upaya penyelamatan yang bernilai milyaran rupiah. Dia juga memberikan semangat bagi mereka. Presiden juga memberikan pujian kepada pemimpin tim yang berhasil memotivasi seluruh anggotanya untuk tetap bekerja dan mengatur system jadwal makan untuk menghemat perbekalan.
Hal yang mendorong Presiden Pinera untuk ikut terlibat aktif dalam upaya penyelamatan tersebut adalah karena ada rasa empati presiden bagi ke 33 warganya yang terancam kematian di perut bumi. Dia menganggap penderitaan warganya adalah penderitaannya juga sehingga dia berjanji akan melakukan apapun yang bisa dilakukan manusia untuk menyelamatkan mereka. Dan ketika akhirnya mereka berhasil diangkat satu persatu ke permukaan, Presiden Pinera hadir di sana tanpa simbol-simbol kenegaraan, tapi hadir sebagai sosok pribadi bersahaja berpakaian seperti pekerja tambang umumnya tanpa pengawalan.
Presiden SBY sebaliknya tampil dengan gaya kepemimpinan yang mengarahkan. Ketika hadir di Wasior 2 minggu setelah kejadian, presiden SBY lebih banyak memberikan instruksi agar para pengungsi ditempatkan ke tempat yang lebih layak. Dalam memberikan pidatonya, Presiden juga didampingi oleh sejumlah pengawal berseragam lengkap sehingga suasananya terlihat sangat formal-struktural. Sebelum berangkat ke Papua, presiden masih menyempatkan waktu menonton pertandingan sepakbola antara Indonesia melawan Uruguay. Presiden juga sempat menunda kunjungannya dengan pertimbangan tidak ingin merepotkan pemerintah daerah setempat untuk menyambut dan mempersiapkan kunjungannya.
Sesungguhnya, akan lebih indah bila presiden hadir sebagai sosok seorang bapak yang menyentuh, menyapa anak-anaknya yang terluka batin dan raganya. Presiden SBY dapat langsung ke sana tanpa harus khawatir merepotkan pemda setempat. Kehadiran Presiden sebagai pribadi tanpa simbol-simbol keneragaraan akan lebih meresap dalam sanubari rakyatnya yang melihat pemimpinnya perduli (berempati) dengan derita mereka. Justru dari empati yang lahir dari melihat langsung kondisi lokasi itulah masyarakat berharap presiden membuat keputusan yang tepat dan mendesak.
Perbedaan gaya kepemimpinan antara Supportive dan Directive dan kombinasinya bukanlah sesuatu yang menetap dalam diri pemimpin. Kedua hal tersebut dapat dipergunakan sesuai kondisi dan kepentingannya. Dalam kasus yang hampir sama, Presiden Pinera dan presiden SBY memilih pendekatan yang berbeda. Hasilnya, Presiden Sebastian Pinera dipuji dan menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia Sementara pendekatan kepemimpinan yang diambil SBY dalam kasus Wasior, dan juga kasus Lapindo, malah mendatangkan kritik dan tidak simpati dari warganya sendiri. Semoga kita bisa belajar dari kasus ini.
Page 1 of 2 | Next page