Pemilukada Kabupaten Bekasi; Perhitungan Kwalitas Atau Kwantitas?
Politik Saturday, March 10th, 2012 479 views Print Artikel IniKota Bekasi merayakan hari jadinya yang ke 15 hari ini (Sabtu/10/03/12) dan besok (Minggu, 11/03/12) akan disusul perhelatan hajat kakak kandungnya (Kabupaten Bekasi) yang akan menyelenggarakan pemilukada calon bupati dan wakil bupati. Sebetulnya saya tidak terlalu interes memperbincangkan konstelasi politik di kabupaten (jadi kayak pengamat), dikarenakan sudah kurang tertarik dengan dunia politik sejak mengabdikan diri di dunia pendidikan. Selain itu juga saya tidak akan memilih mereka karena saya warga Kota Bekasi bukan Kabupaten. Namun, adanya beberapa sharing dan komunikasi dengan teman-teman di kabupaten sehingga membuat saya ingin berbagi opini.
Incumbent saat ini adalah Dr. Sa’dudin sebagai bupati dan Drs. Darip Mulyana sebagai wakil bupati. Keduanya merupakan pemenang hasil pilkada sebelumnya dengan nomor urut satu. Saat ini, keduanya memilih “bercerai”. Dr. Sa’dudin menggandeng Dr. Jamalulail Yunus mendapatkan nomor urut 2 yang diakronimkan SAJA. Sedangkan Drs. Darip Mulyana menggandeng Jejen Sayuti nomor urut 3 diakronimkan DAHSYAT. Di bagian nomor urut 1 ada pasangan dr. Neneng H. Yasin dengan Rohim Mintareja (NERO) nomor urut 1.
Dilihat dari ketiga pasangan nampaknya secara kredibilitas akademik pasangan nomor urut 2 lebih diunggulkan. Pasangan ini keduanya bergelar doktor. Sedangkan nomor urut 3 punya pengalaman cukup mumpuni di bidang birokrasi, sehingga banyak asumsi masyarakat kabupaten Bekasi yang mengatakan bahwa Darip sang birokrat handal. Benarkah? Nanti dulu jawabnya. Untuk pasangan nomor urut 1, masyarakat masih menilainya terlalu muda. Namun apakah berarti yang muda tidak punya kompetensi?
Berdasarkan hasil dari tayangan live event Debat Kandidat di Metro Tv Rabu kemarin (07/03/12), banyak hal yang bisa ditarik kesimpulan. Namun debat kemarin juga belum mencerminkan seutuhnya kredibilitas dan integritas semua pasangan. Bahkan sang moderator (host) Fessy Alwi sempat mengatakan kepada mereka sebelum jeda iklan, “tolong jawab yang serius karena ini ditonton masyarakat anda”. Hal tersebut mengindikasikan jalannya acara terkesan main-main, kurang matang, tidak ada perdebatan disitu.
Penilaian saya pun persentase terbesar jatuh ke pasangan SAJA (nomor urut 2). Dari beberapa paparan, pertanyaan dan jawaban yang disampaikan keduanya mempunyai kekuatan komunikasi politik yang berbeda dibanding kedua pasangan lainnya. Hal itu mungkin karena keduanya adalah doktor, atau karena Sa’dudin yang sekarang menjabat Bupati sehingga bisa dengan mudah berdialog.
Debat biasanya membutuhkan keahlian khusus disamping menguasai program yang dia susun. Namun juga harus bisa menyampaikan secara singkat, cepat, padat dengan waktu yang ditentukan. Pasangan SAJA unggu dalam aspek itu. Sedangkan pasangan NERO dan DAHSYAT masih gamang dalam berdebat. Bahkan Darip Mulyana sempat meminta pertanyaan dari Jamalulail Yunus untuk diulang ketika menanyakan tentang MDGs. Muncul spekulasi apakah karena dia tidak tahu apa itu MDGs? Padahal katanya dia birokrat handal. Atau mengulur waktu agar bisa mencari jawaban yang pas. Jelas itu point yang merugikan bagi pasangan. Terkesan tidak siap dengan pertanyaan dan gagap dalam menjawab. Bahkan yang lebih menggelitik adalah ketika calon wakilnya, Jejen Sayuti malah mempermasalahkan kegiatan golf sang Bupati bukannya menanyakan yang berkaitan dengan program pemerintahan. Satu point lagi tercuri oleh pasangan SAJA. Sehingga dengan tenang dan pembawaannya yang kalem pasangan SAJA dengan mudah mematahkan pertanyaan tersebut.
Pasangan nomor urut 1, NERO juga tidak lebih unggul dibanding SAJA. Bahkan terkesan hanya mengkritisi kebijakan bupati sekarang dengan menanyakan beberapa problem klasik seperti macet. Sedangkan ketika ditanya balik oleh Sa’dudin tentang karya apa yang sudah dihasilkan Neneng sejak di DPRD Provinsi Jabar, dia menjawab hanya aspek pendanaan untuk pembangunan. Apakah ukurannya pendanaan sehingga itu bisa disebut karya? Neneng merupakan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat periode ini dari partai Golkar. Dia lebih dilihat masyarakat sebagai bayang-bayang bapaknya yaitu H. Yasin yang masih berpengaruh di wilayah Pebayuran dan sekitarnya.
Tapi bukan berarti saya pro dengan salah satu pasangan. Saya juga punya pengalaman dengan bupati sekarang, Sa’dudin yang kurang komunikatif menurut saya. Ketika masih aktif di Ikatan Keluarga Mahasiswa Bekasi (IKAMASI)-Jogjakarta seringkali kami mengundang beliau pada acara kemahasiswaan daerah Bekasi di Jogja, namun tak pernah kunjung datang. Padahal itu sangat mendukung proses dialektika untuk perkembangan daerah. Ketika mengajukan permohonan audiensi pun tak ada konfirmasi, hanya dari ajudannya yang mendisposisikan kepada bidang lain. Dibanding dengan pejabat Kota Bekasi yang lebih aktif berkomunikasi dengan mahasiswa di daerah, Sa’dudin kurang dalam aspek ini.
Namun terlepas dari semua nilai masing-masing calon, semoga siapapun yang menang besok mampu lebih baik membawa kabupaten Bekasi ke arah perkembangan yang visioner dan transformatif. Kepada masyarakat kabupaten, selamat memilih pemimpin baru.
Salam,
Abuabbad
Print Artikel Ini