Lancar Kaji Karena Diulang
Sosial-Budaya Monday, April 9th, 2012 83 views Print Artikel Ini?????? ????? ????? ???? ??????
Sahabat pengunjung yang Insya Allah senantiasa mendapat curahan Rahmat Allah SWT.
Hari ini saya teringat dua kalimat pepatah yang dulu sering saya tulis dengan tulisan arab melayu. yaitu :
“Lancar jalan karena ditempuh, lancar kaji karena diulang”
“Berburu kepadang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi”
Kalimat pertama sengaja saya tebalkan karena ini yang menjadi fokus saya dalam tulisan ini.
Yah… point pentingnya adalah “lancar kaji karena diulang“. inilah kata nasehat yang sering disampaikan oleh guru ngaji saya dulu ketika kecil. Nasehat yang disampaikan secara halus agar rajin belajar dengan mengulang-ulang pelajaran agar lancar dan lebih faham. Kehalusan bahasa orang-orang tua kita dulu dalam memberikan arahan dan nasehat kepada anak-anaknya begitu cepat dimengerti sehingga mengikutinya pun kita menjadi semangat bagai menerima sebuah inspirasi baru, bukan karena terpaksa. Saya tidak merasa didikte, tapi diminta untuk mencerna pesan dan manfaat yang terkandung.
Sayapun diminta oleh guru ngaji saya waktu itu untuk menuliskannya di buku catatan, waktu itu buku saya tipis sekali namanya buku leces dan Bintang Obor. wal hasil Alhamdulillah sampai sekarang saya masih ingat dan Insya Allah terus menjalankan nasehat beliau dengan senang hati karena sangat bermanfaat. Semoga Allah SWT mencurahkan banyak keberkahan sebagai amal jariyah kepada guru-guruku dulu.
Mari kita bandingkan dengan realita kondisi kekinian, banyak orang tua yang begitu “(apa kata yang tepat ya..?)” memberikan arahan kepada anaknya. Misalnya dalam hal belajar, “Udah, sana belajar. besok mau ujian” atau “Hey..Belajar, Belajar” atau mungkin bisa lebih to the point lagi.
Ternyata ada perbedaan bahkan pergeseran gaya budi bahasa orang dulu dengan zaman sekarang, terutama dalam hal nasehat-menasehati. Orang tua dulu sangat kental dengan budaya asli ketimuran berbicara dengan petatah-petitih, banyak yang hafal pepatah dan kata bijak lalu disampaikan dengan tutur kelembutan dan kasih sayang, orang tua terlihat berwibawa di hadapan anaknya, guru berwibawa di hadapan murid-muridnya, hasilnya luar biasa…. nasehat yang disampaikan melekat sepanjang hayat. Lembut dalam tutur, tegas dalam kata, kaya dalam makna. itulah istilah yang saya sematkan untuk guru-guruku ketika itu.
Sekarang…? Zaman serba canggih ? adakah yang bisa memberikan pandangan..?
Mari, kita berpantun menutup jumpa kita hari ini : Kemumu di dalam semak, jatuh melayang selaranya. Meski ilmu setinggi tegak, tidak sembahyang apa gunanya. “Hafalkan pantun ini ya, ananda sekalian..” Ujar Guru.
???? ???? ?? ???? ??. ??? ??? ??????
Wassalam
*Artikel ini juga ditulis di blog pribadi yulef.blogspot.com
Print Artikel Ini
Terimakasih Infonya
artikel yang bagus,
sangat bermanfaat..
Perkenalkan saya mahasiswa Hukum di UII Yogyakarta
twitter : @profiluii
[Reply]