Home » Film » Jumping The Broom (film)

Jumping The Broom (film)

Tak sengaja aku nonton film #JumpingTheBroom di HBO saat menginap di sebuah hotel ketika aku dalam perjalanan dinas ke Sulawesi Utara.

Film yang sangat sederhana ini menceritakan sebuah perkawinan dari keluarga yang tidak “sekufu”. Seorang laki-laki dari keluarga menengah ke bawah menikah dengan seorang cewek cantik yang kaya raya.

jumping-the-broom-1

Pesta pernikahanpun dilaksanakan dengan sangat meriah dan tentu saja mewah. Di acara inilah konflik mulai dibangun sedikit demi sedikit dan makin lama makin hangat dan akhirnya sangat panas. Begitu panasnya konflik ini, sehingga membakar semua tokoh utama film ini.

 

Suasana yang begitu romantis sontak berubah menjadi neraka bagi kedua keluarga mempelai. Keluarga miskin merasa tradisi leluhur telah diinjak-injak oleh modernisasi keluarga kaya. Sementara keluarga kaya merasa sangat terhina dengan sikap ibu mempelai pria yang begitu sinis memandang kehidupan orang kaya.

Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi menit demi menit. Semakin lama semakin rumit dan membuat sepasang mempelai yang tadinya sudah berjanji sehidup semati terpaksa memikirkan kembali kalimat mereka terhadap makna kata CINTA.

Sebuah kata yang sudah muncul sejak jaman Adam Hawa dan sampai saat ini masih menjadi penyebab hancur luluhnya kekerabatan atau bersatunya perpecahan keluarga.

Film ini mencob amenunjukkan bahwa CINTA bisa beraneka wajah dan bisa beraneka penyebab. Film ini juga menggambarkan betapa rapuhnya CINTA bila sudah mulai bersinggungan dengan keluarga, terutama ibu.

Suasana menjelang pesta perkawinan yang tadinya diharapkan meriah dan khidmat awalnya sudah diganggu dengan adanya isu selingkuhnya ayah mempelai wanita. Hal ini dipicu dengan adanya wanita lain yang hadir dalam acara itu padahal tidak diundang.

Tradisi pernikahan yang biasanya ada adegan melompati sapu #JumpingTheBroom ternyata tidak ada dalam susunan perencana perkawinan. Inilah konflik awal yang memanas sampai ke menit-menit selanjutnya. Adegan terus memanas ketika ternyata mempelai wanita bukan anak kandung dari sang empunya hajat.

Pernikahan terancam batal ketika suasana sudah semakin kacau. Namun masalah terus muncul. Ayah mempelai wanita akhirnya menyampaikan uneg-unegnya di hadapan sang istri ketika akhirnya mereka berkesempatan berduaan.

“Aku mengalami bangkrut dan kekayaan kita smeua habis, tinggal rumah yang kita tinggali saat ini. Bahkan untuk membayar pesta pernikahan besok saja belum tentu aku mampu membayarnya, apalagi berlibur ke Cina “, ucap sang suami sendu.

Pagi hari ketika rahasia anak adopsi terbuka, maka larilah sang calon pengantin wanita. Meledaklah semua yang tadinya tersimpan di dalam hati masing-masing. Pesta yang tinggal menghitung menit akhirnya harus tidak jelas nasibnya.

“Apakah undangan perlu diberi tahu hal ini?”, tanya perencana perkawinan ketika waktu terus berjalan dan tempat pernikahan sepi karena semua orang mengejar calon mempelai wanita yang lari.

Layaknya film mimpi, maka tuntutan happy ending menjadi mutlak adanya, tetapi dengan kondisi yang sudah separah ini, mampukah sutradara mengakhiri film ini dengan akhir bahagia?

Penonton masih bertanya-tanya tentang ending film #JumpingTheBroom ketika adegan sudah sampai ke pamitnya ibu mempelai pria karena merasa menjadi penyebab bubarnya perkawinan anak tersayangnya.

Sang Ibu merasa semua ini terjadi karena salahnya yang terlalu usil dan suka mencampuri urusan orang lain. Sang Ibu merasa tak berharga lagi di depan sang anak dan keputusan sudah tetap, pamit dari acara yang dihadiri oleh orang yang tidak mengharapkannya.

Malu dan sedih campur aduk di hati Ibu mempelai pria. Dinaikkannya semu akopernya ke mobil dan pergilah dia meninggalkan tempat perkawinan.

Sampai disini sutradara masih merasa perlu untuk mengocok perasaan penonton dengan membuat adegan larinya lagi sang calon mempelai wanita tanpa alasan yang jelas. Orang-orangpun dibuat sibuk dan silahkan tonton akhir film #JumpingTheBroom ini dengan pop corn di tangan kanan dan tangan kiri sebuah sapu tangan atau handuk juga perlu kalau anda masuk kategori cengeng.

+++

Foto diambil dari FB film #JumpingTheBroom

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by on Oct 22 2012. Filed under Film. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Login

Login Anggota
Lost Password?

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara

Banner Komunitas

Komunitas Blogger Bekasi

Copykan Kode dibawah ini ke Blog/Website Anda!

© 2014 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in - Designed by Gabfire Themes