Puisi : Desau Angin dan Perempuan Yang Merindu
Puisi Sunday, July 8th, 2012 349 views Print Artikel IniAgaknya, urat sejarah dan gurat kenangan yang membeku dalam ingatanmu
telah membuat semuanya menjadi tak sama, seperti dulu..
laksana sebatang pohon kesunyian yang tumbuh enggan dari perih luka atau
mata air pegunungan yang kehilangan kesejukan bahkan saat tetes pertamanya tercurah
“Aku telah menadah rinduku padamu di telapak waktu, lalu membiarkannya berada disana,
basah, hingga tercecer satu-satu lewat sela-sela jemari, menjelma embun, dan merangkak ke langit
bersama terik mentari, menjumpaimu, entah dimana,” kata perempuan itu, dengan nada pilu
Sebaris sajak sejatinya, telah rampung ditiupkan sang lelaki bersama desau angin di beranda
dan harapan yang menggema dalam benak, serupa derap kuda pasukan penyerbu bergerak riuh
dengan gumpalan debu, melerai angkara, menebar asa hingga ke angkasa
Segalanya menjadi tak penting, katanya lirih
karena tunas cinta yang telah kita semai menghadirkan ngilu pada tiap helai kangen didahannya
dan kita kemudian sadar bahwa pada akhirnya, tak ada yang kekal pada setiap keindahan
seperti kita yang menjadi tiada, dalam keheningan senjakala
Cikarang,22 Juni 2012
Catatan:
- Foto diambil dari koleksi foto mas Eko Eshape di Facebook, Terimakasih ya mas
- Nikmati koleksi puisi-puisi cinta romantis saya dengan membeli buku Kumpulan Puisi “Menyesap Senyap”, lihat cara ordernya disini
Print Artikel Ini
Wah ini rupanya jadinya ya mas.
Hehehe.. saingannya mbak Irma nih
Salam sehati
[Reply]
bagus mas
[Reply]
Mantap
[Reply]