Hikmah Dari banjir
Head Line Monday, January 21st, 2013 88 views Print Artikel IniSaya kira kita akan akan sampai pada konsesnsus bahwa hari-hari ini merupakan hari yang sangat merepotkan. Bagi pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, dan profesi lainnya yang terhalang aktivitasnya oleh banjir. Ya, banjir tahun ini (2013) disinyalir bahkan melebihi banjir 5 tahunan pada tahun 2002 dan 2007. Parahnya banjir kali ini ditambah dengan jebolnya Kanal Banjir Barat sehingga ada joke yang mengatakan ini sesuai dengan sila kelima dari butir pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Semua warga hampir terkena banjir bahkan pejabat (menteri), kantor pemda, kantor pemerintahan hingga istana presiden (termasuk pak presiden) tak luput dari kebanjiran.
Beberapa media meliput non stop dari mulai breaking news, headline news, sampai liputan live dari lokasi banjir komplit beserta para korban banjir. Hampir semua stasiun televisi memampang kalimat utama seperti “Jakarta Darurat Banjir”, “Banjir Kepung Jakarta”, “Ibu Kota Menjadi Kota Banjir”, dan yang lebih ekstrem adalah “Jakarta Tenggelam”. Dahsyatnya banjir yang juga menggenangi jantung ibu kota di bundaran Hotel Indonesia (HI) ini juga dirasakan di berbagai daerah sekitar (Jabodetabek).
Namun di tengah bencana nasional (kalau boleh dikatakan seperti itu) tentunya banyak hikmah yang selalu bisa kita petik sebagai pelajaran. Bagaimanapun juga banjir merupakan fenomena alam yang seharusnya manusia sebagai bagian dari alam bersikap eksploratif bukan eksploitatif. Sifat rakus manusia ditudung-tuding banyak aktivis koservasi alam sebagai bagian dari penyebab banjir tersebut, diantaranya sistem perairan yang kurang memadai, sampah yang tidak teratur, hingga terkikisnya bantaran kali yang banyak sudah menjadi bangunan permanen.
Tak bisa dipungkiri memang, karena Al-Qur’an sendiri sudah mensinyalir dengan tegas dalam surah Ar-ruum ayat 41 yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Alam seolah begitu murka dengan keserakahan umat manusia yang dengan rakus mengeksploitasinya tanpa henti. Setidaknya, peristiwa ini kita dapat memetik hikmah mengapa bencana (banjir) selalu saja menimpa kita. Mungkin kita akan menemukan banyak sekali pendapat mengapa ini terjadi. Para ahli geologi, barangkali akan mengatakan, “Ini hanya peristiwa alam biasa.” Mungkin para dukun juga akan mengatakan, “kejadian-kejadian tersebut adalah penanda pergantian zaman.” Namun yang demikian adalah pendapat, sah-sah saja jika kita percaya, namun tidak wajib kita imani.
Bencana menjadi teguran bagi mereka yang selamat, demikian pula bagi mereka yang berada jauh dari tempat kejadian. Orang-orang yang tidak terkena bencana, mendapatkan cobaan dari dampak bencana. Mereka yang berada berkewajiban menolong yang kurang mampu. Mereka yang hidup berkewajiban mengurus jenazah bagi yang meninggal. Mereka yang masih memiliki banyak harta, berkewajiban memberikan makanan dan pakaian serta menolong dengan segenap kemampuan kepada mereka yang kehilangan segalanya. Memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang dan memfasilitasi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Perbuatan manusialah yang selama ini banyak merusak ekosistem dan lingkungan. Manusia yang serakah, selalu mengeksploitasi alam dan banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Peringatan dari Allah yang berupa bencana menunjukkan bahwa Allah masih sayang kepada hamba-hamba-Nya dan menghendaki mereka untuk kembali ke jalan yang diridhoi-Nya sesuai koridor alam. Karena, kerusakan alam selalu mengakibatkan kerugian bagi warga di sekelilingnya, terutama rakyat kecilnya. Karenanya, siapa yang lebih kuat harus melindungi yang lemah. Mestinya kita takut jika tidak menolong, padahal kita mampu, mestinya kita malu kepad Allah jika tidak membantu saudara-saudara yang sedang kesusahan, padahal kita sedang banyak memiliki kelonggaran. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidaklah termasuk golongan kita, mereka yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan umat Islam”.
Semoga dengan adanya bencana banjir (lagi) tahun ini bisa menjadi bahan kontemplasi (perenungan) kita dalam menyikapi alam ini. Sebagai khalifah yang ditunjuk Allah setelah seluruh isi alam menolaknya hendaknya kita mengeksplorasi alam ini untuk keberlangsungan hidup dan hajat manusia. Bukankah alam sudah mengalah tidak menerima ketika ditawari Allah untuk menjadi khalifah dan manusialah yang siap menerimanya, sudah sepatutnya kita menjaga alam ini. Kita doakan para saudara yang meninggal di tengah bencana banjir diterima di sisi Allah sebagai husnul khotimah dan yang masih diberi kesempatan hidup walau berada dalam kesusahan agar bisa kembali membangun semangat hidup untuk bersahabat dengan alam. Wallahu a’lam bis showaab…
Salam Hikmah,
Abu Abbad
Print Artikel Ini
Salam.
Semoga kita mendapat hikmah dari peristiwa besar (lima tahunan) ini.
Amin.
Kebetulan akupun menulis tentang berprasangka baik pada banjir.
http://eshape.wordpress.com/2013/01/21/berprasangka-baik-pada-banjir/
Salam sehati
[Reply]
bhayusulistiawan Reply:
January 24th, 2013 at 8:02 PM
@Eko Sutrisno HP, salam jg mas eko… yaps, memang seyogyanya kita ttp berprasangka baik dg smua keadaan yg tdk kita hendaki.. lgsg ke TKP..
[Reply]