Sedikit Cerita Tentang Penyakitku
Kira-kira sehari setelah lebaran 3 bulan yang lalu saya merasakan sakit di bagian kiri bawah perut saya. Posisinya hampir dekat pangkal paha. Awalnya sakit itu bisa diabaikan, hanya dia selalu ada. Lama-kelamaan karena rasa sakit itu selalu ada, akhirnya menjadi sangat mengganggu untuk keseharian saya.
Sempat beberapa kali terpikir untuk memeriksakan ke dokter. Namun karena kesibukan sehari-hari mengurus anak dan keluarga, akhirnya kebutuhan itu saya kesampingkan. “Toh, sakitnya tidak seberapa,” pikir saya waktu itu.
Sampai akhirnya tiga hari yang lalu, sakit itu makin mengganggu dan makin bertambah. Kali ini rasa sakit yang menekan di perut kiri bawah saya itu sudah sampai ke pinggang belakang saya, sehingga saya tidak bisa membungkukkan badan dan terasa sangat menusuk saat saya bersin atau batuk. Alarm saya baru berbunyi saat itu. Harus ke dokter!
Berangkat ke dokter dengan perasaan cemas yang besar, mau tidak mau harus saya lakukan. Sebab rasanya sakit ini sudah membuat saya demam hari itu. Saya memeriksa suhu tubuh saya yang tiba-tiba saja meninggi. Kenapa saya merasa cemas? Seperti seorang perempuan dewasa lainnya, sakit di sekitar area perut memang selalu saja memberi kecemasan berlebih. Pikiran buruk saya sudah berkelana kemana-mana. Saya begitu takut dokter akan menemukan sesuatu di rahim atau perut saya. Apapun itu harus saya hadapi.
Saya menemui dokter spesialis kandungan yang biasa menangani saya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. USG menunjukkan keadaan rahim yang sehat dan tidak ada gangguan. Karena sudah ada di dokter tersebut, sekalian saya meminta untuk dilakukan Pap Smear untuk mendeteksi ada atau tidaknya sel-sel kanker serviks. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam. Untuk para perempuan dewasa (terutama yang sudah menikah dan memiliki anak) tentunya sudah sangat paham apa yang dimaksud dengan periksa dalam ini. Intinya sang dokter masih berupaya untuk mencari sumber sakit yang saya rasakan itu. Ternyata dari hasil periksa dalam sekitar area mulut rahim pun tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan.
Lalu apa penyebab sakit saya ini? Dokter kemudian menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya. Apakah saya sering ke kamar mandi untuk buang air kecil? Apakah saya selalu merasa anyang-anyang (perasaan ingin selalu buang air kecil)? Apakah saya merasakan nyeri atau rasa sakit seperti menekan di kiri perut bawah saya? Semua pertanyaan tersebut saya jawab dengan ya, ya dan ya.
Konsultasi berakhir dengan sang dokter yang memberikan saya resep antibiotik untuk tiga hari. Azithromycin 500mg. Dokter saya mengatakan kalau kemungkinan besar saya terkena Infeksi Saluran Kencing (Cystitis). Sangat sering dialami oleh kaum perempuan. Kalau berkelanjutan dan tanpa pengobatan akan berakibat fatal bagi organ ginjal saya. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari kurang minum air putih, sampai cara bebersih daerah genital yang salah arah. Bisa juga karena aktifitas seksual dan juga sering menahan kencing dalam waktu lama.
Apapun itu, saya sedikit merasa lega karena akhirnya penyebab rasa sakit saya akhirnya ditemukan. Begitu saya hendak membayar obat di kasir farmasi, saya terbelalak. Tiga butir antibiotik untuk tiga hari harus saya bayar sebesar Rp 200.000. Ya Tuhan, memang benar sakit itu tidak murah padahal untuk sehat itu sesungguhnya tidaklah mahal. Hanya karena saya malas mengkonsumsi setidaknya 8 gelas air putih sehari seharga Rp 10.000/galonnya, saya harus keluar jumlah yang lebih besar untuk mengobatinya. Mencegah memang lebih baik daripada mengobati.
Artikel rujukan tentang Infeksi Saluran Kencing (Cystitis) bisa dilihat di sini.
(Artikel ini juga dimuat di Kompasiana)
Sedikit Cerita Tentang Penyakitku | Komunitas Blogger Bekasi - Website Kumpulan Dongeng:
November 23rd, 2010 at 8:45 AM
[...] Read More… [...]