Seperti Apa Durhaka Orang Tua?
Agama Wednesday, January 9th, 2013 128 views Print Artikel IniJum’at kali ini (04/01/13) saya shalat di masjid yang letaknya dekat tempat saya tinggal. Beruntunglah karena masih libur sehingga saya bisa jum’atan serta silaturahim dengan tetangga yang lain. Maklum kalau sudah aktif masuk kerja sudah dipastikan saya tidak bisa jum’atan bareng warga karena tidak memungkinkan dengan keberadaan saya di kantor, kecuali jika saya pas kebagian jadwal khatib (menyampaikan khutbah). Khatib kali ini seorang ustadz muda yang Ramadhan kemarin saya sempat berjama’ah juga dengan beliau saat shalat tarawih di musholla kavling.Menariknya tidak seperti khatib-khatib pada umumnya yang menyampaikan materi khutbah tentang tahun baru karena Jum’at ini termasuk Jum’at pertama di bulan pertama (Januari) di awal tahun baru 2013. Sang khatib justeru menyampaikan tema tentang “Maut” (kematian).
Dari awal mukaddimah khatib saya sudah bisa menerka tema itu karena ayat yang dibacakan tentang tujuan adanya kehidupan dan kematian adalah untuk melihat siapa yang amalnya paling baik (Q.S. Al-Mulk ayat 2). Hal ini seakan korelatif dengan situasi dan kondisi dimana beberapa hari di awal tahun baru ini banyak tetangga yang mengalami kematian anggota keluarganya. Lebih kontekstual lagi karena pada level isu nasional baru saja ada kejadian seorang anak pejabat menteri di negeri kita ini mengalami kecelakaan yang berakibat hilangnya nyawa 2 orang. Mungkin karena itulah khatib menyampaikan tema yang sangat kontemplatif (perenungan) tersebut. Selain itu juga sebetulnya kematian memang hal yang harus selalu kita renungkan di akhir atau awal tahun, meski setiap tahun baru kita bergembira karena umur kita juga baru padahal sejatinya umur kita kuotanya terus berkurang.
Lalu kematian seperti apa yang dibahas khatib?. Bukan proses atau timingnya yang dibahas melainkan prepare untuk menghadapi kematian yang indikasinya sudah di”bocorin” sama Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya yang cukup populer. Mengapa demikian?, karena ketika kita mati maka akan dihadapkan pada pertanyaan seputar pertanggung jawaban saat hidup di dunia yang kulminasinya pada satu pertanyaan tentang shalat kita di dunia. Amal yang pertama kali dihisab adalah shalat, begitulah para khatib sering mengingatkan. Namun dalam hadits yang disampaikan khatib ini memuat lima pertanyaan. Menurut guru saya waktu belajar dulu sebetulnya memang pertanyaan yang diajukan kepada kita banyak, ada beberapa hadits shahih yang memberikan indikasi pertanyaan sebagai kisi-kisi buat kita di dunia agar mempersiapkan tanggung jawab di dunia sejak dini. Lima pertanyaan tersebut tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang validitasnya dinilai shahih oleh Imam Tirmidzi.
“Dari Abdullah bin Mas’ud (semoga Allah meridhoinya), dari nabi Muhammad SAW beliau bersabda: Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya pada hari kiamat akan ditanya tentang lima perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya; tentang masa mudanya, apa yang dilakukannya; tentang hartanya, dari sumber mana dia peroleh dan untuk apa harta tersebut; dan tentang ilmunya, yaitu apa yang telah ia lakukan dengan ilmu tersebut” (HR. Ahmad).
Kelima pertanyaan tersebut adalah: 1. Umur, 2. Masa muda, 3. Harta (dari mana), 4. Harta (dan kemana), 5. Ilmu.
Sudah sepatutnya kita bersyukur dengan kabar (hadits) tersebut di atas karena kita bisa mempersiapkan diri dan bekal kita untuk di akhirat. Saya sangat menggaris bawahi kepada pertanyaan tentang harta, karena diantara kelima pertanyaan yang 3 (umur, masa muda, dan ilmu) hanya mengandung satu pertanyaan tapi harta ada dua pertanyaan yakni dari mana harta diperoleh dan kemana dihabiskan. Masya Allah… harta yang haram akan berpengaruh kepada mental (psikis) keturunan kita. Bahkan sang khatib mengatakan, “bukan hanya anak yang bisa durhaka melainkan juga orang tua, ketika orang tua memberikan harta haram atau memasukkan sesuatu yang haram kepada anaknya, maka orang tua tersebut sudah berbuat durhaka terhadap anaknya”. Na’udzu bilaah min dzalik..
Semoga kita semua senantiasa terhindar dari sifat, perilaku dan harta yang haram serta dimudahkan dalam mencari dan mengeksplorasi yang halal. Mari senantiasa persiapkan diri kita agar mudah menjawab kelima pertanyaan di hari kiamat. Berdasarkan hikmah hadits di atas maka mari habiskan Umur kita untuk hal-hal yang positif dan bernilai ibadah, lewati masa muda kita yang kata bang Rhoma Irama masa yang berapi-api dengan senantiasa beribadah kepada Allah, raih harta yang halal dan baik serta kita infakkan ke jalan yang benar, dan gunakan ilmu yang sudah kita peroleh untuk hal-hal yang berguna, bermanfaat dan menginspirasi banyak orang.
Wallahu a’lam bis showaab…
Salam Hikmah
http://abuabbad.wordpress.com
Print Artikel Ini
Terima kasih share ilmu dan pengalamannya. Jadi tenang hati ini setelah membaca tulisan ini. Semoga kita semua mampu menjadi org yg takwa dan menemui kematian dalam keadaan yg baik
salam
Omjay
[Reply]
Sy cukup salut dg Blogger Bekasi yg mnurut sy cukup aktig menggelar event2 platihan bog…. yg kurang sy lihat pd komunitas blog lainnya.
[Reply]
Salam kenal buat blogger bekasi. meskipun saya bukan orang bekasi tapi saya rajin melihat2 ke sini
[Reply]
subhanalloh, ilmu yang bermanfaat, suatu pencerahan bagi kita semua. terimakasih sudah mau sharing disini.
[Reply]
Alhamdulillah… terima kasih smuanya.. semoga kita selalu bermuhasabah diri yg umurnya senantiasa berkurang ini.. keep sharing.. moga bermanfaat..
Salam,
Abu Abbad
[Reply]