Guru Harus Pandai membuat Soal Evaluasi
Artikel, Pendidikan Friday, October 16th, 2009 1,018 views
Omjay
Di setiap tengah atau akhir semester, biasanya para guru diminta untuk membuat soal-soal ulangan tengah semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal-soal yang dibuat tentu harus mengacu kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah dibuat oleh guru mata pelajaran dalam perangkat pembelajaran.
Membuat soal-soal evaluasi yang digunakan sebagai instrument punguji (tes) kemampuan siswa tidaklah mudah. Diperlukan analisis butir soal yang tingkat validitasnya tidak diragukan, sehingga komposisi soal mudah, sedang dan sukar menyebar secara proporsional sesuai dengan materi pelajaran yang diujikan. Soal itu akan dapat menyeleksi secara alamiah, mana siswa yang cerdas, dan mana siswa yang kurang cerdas. Sehingga hasil belajar siswa dapt dibuktikan secara ilmiah.
Sebagai seorang guru, tentu saya dituntut untuk membuat sebuah soal yang mampu mengisi kompetensi siswa. Guru harus pandai membuat soal evaluasi.Oleh karena itu, keterampilan pembuatan soal-soal harus dikuasai guru. Guru pun harus kreatif dalam membuat soal-soal baru. Bila guru TIK terampil dan kreatif dalam pembuatan soal-soal, maka guru akan kesulitan membuat soal yang berbobot dan benar-benar mampu menguji kemampuan siswa. Akan terlihat siswa yang pandai dan siswa yang lemah dari pengujian soal-soal itu. Guru pun akan segera melakukan tindakan untuk siswa yang lemah itu.
Adanya pembuatan soal dengan sistem multiple chois atau pilihan ganda (PG) sekarang ini membuat guru termudahkan dalam pengoreksiannya. Apalagi bila didukung dengan peralatan canggih berupa scanner pemeriksa soal, maka para guru dapat dengan cepat mengetahui soal-soal mana yang sulit, sedang, dan mudah dari analisis butir soal yang telah diproses secara cepat oleh mesin scanner. Di sinilah terbukti kehebatan teknologi.
Kehebatan teknologi tentu membawa dampak positif dan negatif. Adanya scanner pemeriksa soal membawa dampak positif, dimana lebih cepatnya guru mengetahui hasil pekerjaan siswa. Namun, di sisi lain ada dampak negatif yang harus kita renungkan bersama. Guru menjadi malas dalam membuat soal-soal essay atau uraian sehingga bentuk soal yang dibuat hanya berbentuk soal pilihan ganda (PG) saja. Jarang kita temui di persekolahan kita, para guru memberikan soal essay pada saat UTS dan UAS. Kurangnya soal essay yang dibuat, membuat kemampuan menulis dan bernalar siswa kurang teruji dengan baik.
Guru harus pandai membuat soal evaluasi. Dari sinilah guru akan mendapatkan umpan balik atau feedback dari apa yang telah disampaikannya kepada para peserta didiknya. Guru harus benar-benar teliti dalam pembuatan instrumen evaluasi. Bila tidak, alat ukur atau pemberian nilai dari guru menjadi tidak baik.
Saya pernah bertanya kepada para anak didik saya. Lebih mudah mana, soal PG atau soal Essay? Lantas para siswa pun menjawab dengan lantangnya bahwa lebih mudah soal PG daripada soal essay. Ketika saya tanyakan kenapa soal PG lebih disenangi oleh anak-anak sekarang ini, mereka mengungkapkan alasannya. Soal essay lebih sulit pengerjaannya, sedangkan soal PG lebih mudah dalam pengerjaannya. Bila dalam soal PG anak-anak tak bisa menjawab, maka mereka tinggal hitung kancing saja, dan berharap jawaban yang dipilih benar. Sedangkan bila soalnya berbentuk essay, anak-anak yang tidak bisa menjawab akan mengalami kesulitan dalam menuliskan apa yang harus dituliskannya. Mereka bingung jawaban apa yang harus dituliskan.
Sebenarnya, mutu pendidikan kita akan terlihat dari para guru dalam membuat soal-soal evaluasi itu. Guru harus mampu merencanakan, melaksanakan proses, dan mengevaluasi pembelajarannya. Semakin baik para guru membuat soa-soal evaluasi, maka semakin baik pulalah kualitas pembelajaran dari mata pelajaran yang diampunya. Oleh karena itu, para guru di sekolah seyogyanya telah mampu membuat soal-soal evaluasi pembelajaran dengan baik, dan memasukkan soal-soal terbaiknya dalam bank soal. Semakin banyak soal dibuat, semakin banyak pula para siswa berlatih dalam menjawab soal-soal. Namun, jangan pula dilupakan soal essay atau soal uraian masih diperlukan untuk mengatasi dan menguji kemampuan bernalar siswa dalam bentuk tertulis. Dengan menulis itu akan terlihat kecerdasan siswa dalam menganalis permasalahan.
Percayalah, anda akan merasakannya setelah anda melakukannya!.
Salam blogger persahabatan
Omjay


Setuju dengan OmJay.. Soal Evaluasi sebagai salah satu indikator keberhasilan Guru dalam proses transfer ilmu ke murid muridnya…
Salah satu cita - cita (mimpi) saya memang membuat lembaga pendidikan berkualitas di desa OmJay! agar didaerah juga terlahir potensi generasi baru yang berkualitas dan mumpuni.. Kapan - kapan kita musti ketemu dan berbicara mengenai dunia pendidikan nih Om Jay… (secara kita ketemuannya cuma pas makan2 aja ya… hehehehe
)
Terima kasih banyak atas pencerahannya… Insya Allah berguna bagi saya dan bagi banyak orang khususnya yang berprofesi sebagai Pendidik…
Salam hangat…
[Reply]
selamat untuk Blogger Bekasi
maafkan saya tak dapat ikut acara launching 17 okt ini.
salam Blogger Bertuah Pekanbaru
[Reply]
pekerjaan yang sangat mulia.,,.,sudah berapa ribu juta orang yang menjadi sukses berkat didikan dari omjay.,.,sukses selalu omjay
[Reply]
AsLmkm,, salam blogger bekasi,,
saya pemula nih, jdi saya hanya ingin tahu saja,, saya juga mw ikut ya,,?
[Reply]
Assalamu’alaikum Pak Guru…….
Kalo anak TK atau SD mungkin Masih mending kalo PG atawa ngejodoin, yang kelewat mah Anak Kuliah en Dosennya S2, ngerjain Soal Pilihan Ganda,……..
kurang dalem analisanya……..en gampang jiplak kiri kanan……..
Wassalam
[Reply]
berarti biasakan menulis sejak dini agar cara menganalisa kita bisa bagus dan otak tidak akan mati…
hidup blogger…. hidup guru….
[Reply]
Photonye kagak nahan:-)…..
[Reply]
Omjay, saya setuju dengan ide pokoknya bahwa guru sebaiknya bisa mengukur progessivitas siswa. Tapi, tidak hanya sisi kuantitas dengan angka-angka saja. Juga sisi kualitasnya. Apalagi angka pun bisa menipu dan dimanipulasi. Terimakasih sharing tulisannya. Sepaham dengan mas Yulyanto, fotonya itu loh, ndak nahan. Ha ha. Sampai ketemu esok Kamis di ultah Kompasiana, Om! Salam menulis!
http://katakataku.com blogging for humanity
[Reply]
beeeuhhhh tuh poto pak guru…
bedewe ngajar dimana pak??saya di mabhak…
sharing sesama guru…
[Reply]
wijaya kusumah Reply:
October 17th, 2009 at 9:08 PM
@rama, saya di smp labschool jakarta
[Reply]
memang benar ! sdh jadi guru pun hrs byk belajar
[Reply]
yup benar mbak, guru harus belajar sepanjang hayat.
salam
Omjay
[Reply]