Bekasi dan Masa Depan; Belajar dari Kitab Suci dan Ajaran Gadjah Mada
Artikel Wednesday, February 3rd, 2010 419 views
“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS: Ar-Ra’d:11)
Sebagian orang memaknai penggalan ayat suci al quran ini sebagai upaya Tuhan memotivasi manusia, agar senantiasa berpikir untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Secara jelas sang Pencipta ingin agar kita bisa menjadi orang yang senantiasa berpikir maju. Seperti juga yang pernah diungkapkan sang pemersatu nusantara di jaman kerajaan Majapahit, Mahapatih Gadjah Mada, “Ginong prati dina, ginong prati dina”, yang artinya dibuat besar setiap hari. Sang mahapatih yang terkenal dengan sumpah Palapa (tidak akan istirahat sampai nusantara bersatu)-nya ini ingin mengajarkan kepada kita bahwa dalam menjalani hidup harus ada perubahan ke arah yang lebih baik di setiap harinya.
Makna suci ayat suci serta ajaran penuh makna Gadjah Mada sudah selayaknya juga menjadi bagian penting bagi kita dalam menjalankan kehidupan keseharian kita, termasuk juga di dalam lingkup yang lebih besar seperti sebuah kota atau negara. Itu pun jika memang kita ingin bisa meraih sukses di kemudian hari.
Dalam lingkup sebuah kota, saya tertarik ingin mengulas tentang Bekasi setelah membaca sebuah majalah Info Bekasi edisi November 2009. Di dalam sebuah artikelnya yang berjudul, “Sepuluh SD di Kota Bekasi Rusak”, majalah ini mengungkap bahwa di dalam mewujudkan visi kota Bekasi menjadi kota cerdas, sehat, dan ikhsan, pemerintah kota Bekasi berusaha melakukan beragam upaya, salah satunya menyiapkan 36,95% dari total Anggaran Pendapatan Daerahnya (APBD) untuk anggaran pendidikan. Prosentase yang cukup fantastis bagi saya karena jauh lebih tinggi dibanding anggaran pendidikan di dalam Anggaran Pendapatan Nasional (APBN) negeri ini. Dan dengan prosentase seperti itupun ternyata masih ada beberapa SD di Bekasi yang dalam kondisi rusak!
Lalu apa hubungannya anggaran pendidikan kota Bekasi yang cukup fantastis ini dengan penggalan ayat suci dan petuah Gadjah Mada? Bagi saya, mungkin inilah strategi Bekasi di dalam menyongsong masa depannya. Berinvestasi sejak dini di dunia pendidikan agar di masa mendatang semakin banyak generasi unggulan lahir di Bekasi dan barang tentu ini menjadi awal yang sangat baik untuk perubahan Bekasi yang lebih baik di masa mendatang. Mungkin pemerintah Bekasi terilhami oleh ajaran kitab suci dan petuah sang mahapatih ulung di jaman Majapahit ini. Untuk menjadi Bekasi yang lebih baik di masa depan, tidak bisa tidak perubahan harus dilakukan sejak saat ini dengan upaya keras yang terus dilakukan secara konsisten.
Hubungan pendidikan dan nasib masa depan
Tidak bisa dipungkiri ada kaitan yang erat antara pendidikan generasi saat ini dan masa depan sebuah kota (bangsa) di hari nanti. Jika sebuah kota (bangsa) salah dalam mengambil kebijakan pendidikan di masa sekarang, hampir bisa dipastikan bahwa kekalahan sumber daya manusia di masa depan menjadi tantangan besar yang akan dihadapi. Akan banyak gerasi “hilang” yang muncul dan tentu menjadi momok menakutkan bagi siapapun.
Momok menakutkan karena generasi seperti ini adalah gambaran generasi yang kalah, generasi yang memiliki banyak kekurangan, dan yang paling terbesar adalah kelemahan intelektual. Generasi seperti ini akan semakin sulit bersaing di iklim dunia yang sudah sangat terbuka. Apalagi jika sampai generasi inilah yang menjadi pemimpin kita di masa depan. Sudah barang tentu kehancuran akan semakin nyata terlihat.
Oleh karena itu sudah sangat tepat apa yang dilakukan perintah kota Bekasi di dalam program peningkatan SDM-nya, yaitu dengan terus meningkatkan anggaran di sektor pendidikan. Namun tentu hal ini harus dibarengi dengan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaannya agar maksud mulia pemerintah tidak sampai disalahgunakan oleh segelintir orang yang tamak (koruptor). Dan kita semua bisa berharap di masa depan, Bekasi yang jauh lebih baik akan bisa kita rasakan bersama.
