Istriku, Kamulah Awan Putih itu………
Artikel Thursday, February 4th, 2010 656 views
Halo, apa kabar dinda?
Semoga baik-baik saja ya. Alhamdulillah……doaku bersamamu istriku….
Saat kutulis surat ini, aku sedang di Langsa, Aceh. Bersama Pak Supardi Lee dan Pak Ucu. Walau jauh, tetap saja bayanganmu ada di pelupuk. Gak ke mana-mana koq….he..he…he…
Hm…tadi aku naek Lion Air. Dari Bandara Soekarno Hatta ke Polonia, Medan. Pas di udara melayang, kau menyaksikan berjuta-juta awan putih. Berarak. Putih-putih. Awan putih itu bergerombol. Bergerak dengan tenang. Mengumpul dengan berbagai bentuk dan variasi. Ada yang seperti pulau Sulawesi. Ada yang seperti kuda. Ada yang seperti gunung. Ada juga ngumpul yang tidak jelas. Tranjal-tronjol di sana-sini. Wuiiiih….indah nian!
Andaikan awan putih bisa kuraih,
Kuambil setangkup untukmu cinta,
Bersama tanggungjawab dan komitmen,
Kan kukalungkan ke mahligai rumahtangga yang kita bangun,
oh,
aku jadi inget lagunya Katon Bagaskara, Negeri di Atas Awan. Kau mainkan untuku/sebuah lagu/tentang negeri diawan/dimana kedamaian/menjadi istananya…..
Begitulah sayang,
Aku mau mengabarkanmu tentang awan putih. Yang mampu terbang di ketinggian. Karena ia putih. Penuh keikhlasan menjalani hidup. Ia ikhlas menjalani segalanya. Seperti kamu. Ikhlas menjalani prosesi apa pun sebagai wanita. Peran ganda.
Satu ketika kamu menjadi pelayan terbaikku. Memilihkan warna celana yang pas dengan kemeja. Memilah baju yang masih layak pakai dan tidak. Menyingkirkan yang sudah tak layak. Membeli yang memang dibutuhkan. You are my styles. Wow luar biasa. Cara berpakaianku berubah. Sebelum menjadi suami dan setelah. Before and after.
He..he..he…jadi ingat sebelum menikah. Aku terbilang cuek. Baju merah maroon yang agak mengkilap. Mereneng-mereneng. Persis penyanyi dangdut. Celana levis ngapret dengan ujung bawahnya sudah tinggal benang. Asyik aja dipake buat ngaji dan aktif di oraganisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Pikirku waktu itu, biarin sajalah yang penting kan di mata Allah, saya tidak berbuat dosa.
Belum lagi wajah. Yang penuh dengan komedo. Jenggot dan kumis yang gak beraturan. Kadang dicukur. Seringnya malah gak. Singkat cerita, dekil!
Dan, setelah ada kamu…..mulailah perubahan terjadi. Kalau kata Obama, The Change, We Need. Aku ingat di hari pertama menikah. Yang kamu lakukan adalah melakukan facial. Mengeluarkan komedo dari kulit hidungku. Hadooooh…suakit! Tapi karena pengantin baru…….kagak dirasaiiiin….!
Ketika, anak pertama kita lahir. Kamu menjadi baby sitter sempurna. Penuh cinta, kamu rawat anak-anak sehingga tumbuh dengan subur dan cerdas. Kamu berfungsi ganda. Kadang jadi suster perawat. Kadang menjadi dokter. Kadang juga guru untuk anak-anak. Uh, kagak kebayang deh..kalau semua itu harus aku yang mengerjakan. Gak bisa! Ampuun deh. Bahasa Bekasnya, Give up!
Kamu yang tadinya seorang mahasiswa. Aktivis kampus. Ternyata bisa juga menjadi seorang ibu ya….
Tak kenal lelah, ketika aku pulang membawa segembolan kekesalan dari kantor. Kamu datang menentramkan. “Sudahlah bang, tenang saja. Sabarrrr…..biar mereka bicara apa pun. Yang penting kamu kerja dan tunjukan prestasi….” katamu. Duh, seeer…….terasa di hati yang panas. Jadi adem. Padahal tadinya dada ini mendidih. Bergolak. Bila di atasnya ditaruh telor bebek, pasti mateng. Saking panasnya.
Dan, ketika aku tak bekerja. Tabungan tak ada. Kamu pun terjun ke lapangan mencari maisyah. Pada masanya selalu ada, ketika roda nasib ada di bawah. Itu biasa dalam hidup. Alhamdulillah, ada kamu…..dengan kegigihan kamu menjadi sales asuransi, kau bisa menutupi kebutuhan bulanan kita.
Oh, itulah kamu….
Awan putih berkekuatan ikhlas menjalani hidup. [artikel ini akan menjadi bagian dari buku SEKUNTUM CINTA UNTUK ISTRIKU edisi Revisi]

How sweet…
[Reply]
So sweet Mas Komar
Saya juga pernah bikin surat cinta terbuka buat istri tercinta. Bisa dibaca disini
[Reply]
hmmm… begitukah rasanya klo sudah menikah??? hoho… kabuur ah… *aku kan polos bang… sumpah dech… aku masih anak kecil… belum tahu apa2… (lho?)*
[Reply]