Ngobrol Soal Pendidikan Bersama Wakil Ketua DPRD Jabar di Radio Dakta 107 FM
Pendidikan Friday, June 17th, 2011 796 views
Jum’at, 17 Juni 2011, omjay diminta Kang Harun (Penyiar Radio Dakta) dan pak Dahli Ahmad (Ketua IGI Bekasi) untuk mengisi acara talkshow bersama wakil ketua DPRD Jawa Barat, bapak Nur Suprianto dari pukul 07.30-09.30 WIB. Kami ditemani pula dengan teman-teman pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Bekasi, Pak Dahli, pak Taufik, dan pak Munif).
- Omjay di Radio Dakta Bekasi, 107 FM : Cerdas dan Bijak
Pagi itu, kami diminta ngomong soal pendidikan di Jawa Barat, dan problematika yang dihadapinya. Kami pun diminta pendapatnya tentang peran IGI dalam membantu program pemerintah dalam mempersiapkan SDM guru yang berkualitas. Kami juga diminta oleh Kang Harun untuk menjelaskan program-program apa yang kami jalankan untuk mensukseskan jalannya pendidikan di Bekasi khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Sebab IGI, yang sebentar lagi akan mengadakan konggres (21-23 Juni 2011) sangat disukai oleh para guru, dan kiprahnya banyak diapresiasi oleh berbagai media.
Saya banyak bercerita tentang gerakan guru melek internet, dan gerakan guru menulis yang dilakukan oleh IGI yang dipimpin oleh Ketua Umum IGI Pak Satria Darma, dan Pak Moh. Ihsan sebagai sekjennya. Kami pun berharap agar para guru bergabung di organisasi IGI. Baik guru PNS ataupun non PNS agar merapatkan barisan bersama IGI untuk meningkatkan mutu atau kualitas guru. Dengan demikian, kita berharap tenaga pendidik dan kependidikan menjadi lebih baik lagi, karena IGI bertekad meningkatkan profesionalisme guru. Guru Indonesia harus benar-benar profesional, dan mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri.
- Omjay, pak Munif, Pak Dahli, dan Pak Nur di Radio Dakta Bekasi
Dalam acara itu, wakil ketua DPRD Jabar pak Nur Suprianto (Fraksi PKS) mengatakan, ada 3 output dalam pendidikan yang menjadi fokus DPRD, yaitu:
- Penyiapan Sarana Prasarana Pembelajaran
- SDM tenaga pendidik dan kependidikan
- Kurikulum yang sudah disiapkan oleh pusat kurikulum kemendiknas
Dari ketiga fokus itu, mereka memfokuskan kepada penyiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Sebab menurut pak Nur, 50 % anak di Jawa Barat tidak sekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kesiapan sarana dan prasarana di wilayah jabar belum tersebar secara merata. Mereka pun telah bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi, dalam hal ini UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung utuk menyiapkan 160 orang guru yang bekerjasama dengan DPRD Jabar. Mereka berharap terjadi kolaborasi antara guru dan dosen di sekolah. Mereka pun berfokus untuk menyiapkan sekolah SMK lebih banyak dari SMA agar banyak peserta didik yang cepat terserap menjadi tenaga terdidik siap pakai untuk industri.
Sebagai penasehat IGI Bekasi, saya menyimak pernyataan demi pernyataan yang disampaikan oleh bapak wakil ketua DPRD Jabar ini. Nampaknya DPRD Jabar lebih condong menyiapkan sarana prasarana lebih dahulu ketimbang SDM guru yang berkualitas. Mereka pun seolah bangga memperkenalkan sekolah bertaraf Internasional (SBI) yang menjadi fokus utama mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan di Jawa Barat.
Bagi saya, apalah artinya sebuah sarana dan prasarana yang lengkap tanpa didukung oleh SDM guru yang profesional dan handal di bidangnya. Saya melihat terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hal ini terbukti dari suara telepon pendengar radio Dakta yang menelpon secara langsung tentang proses pendidikan yang terjadi di sekolah, khususnya sekolah-sekolah yang ada di Bekasi.
- Omjay di Radio Dakta 107 FM
Ibu Adiyanti misalnya. Beliau mempertanyakan janji pimpinan di SMAN 1 tambun utara yang akan memasang AC di kelas anaknya yang katanya sudah SBI. Orang tua diminta membayar uang sekolah Rp. 300.000 per bulan dan anaknya tak suka dengan cara mengajar guru yang kurang akrab dengan peserta didiknya. Terlihat sekali ada kasta dalam dunia pendidikan kita. Dimana si miskin nampaknya agak sulit masuk SBI. Tak salah bila SBI harus segera di evaluasi dalam pelaksanaannya. Sebab implementasi di lapangan sangat berbeda dengan apa yang menjadi harapan masyarakat.
Saya tersenyum-senyum sendiri mendengar pernyataan ibu Adiyanti. Apalagi ketika ibu Aisyah melaporkan tentang rusaknya sanitasi di sekolah anaknya di SD harapan Jaya 16 Bekasi. Bahkan ibu Nisa melaporkan ada sekolah yang tak memberikan kalender akademiknya kepada orang tua siswa. Sehingga banyak orang tua yang tak tahu informasi penting dari sekolah. Sedangkan pak Abu Zaki bicara tentang globalisasi dan berharap para guru mampu menguasai bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
- Pak Nur (Wakil Ketua DPRD Jabar) dan pak Harun (Penyiar Dakta)
Terus terang, mendapatkan masukan langsung dari masyarakat pendengar radio dakta yang terkenal ini membuat saya merasakan apa yang mereka rasakan. Suara rakyat yang harus didengar oleh wakil rakyatnya. Kami pun dari IGI mendapatkan kritikan dari pak Yono (salah seorang guru) yang menelepon ke radio Dakta. Katanya, kartu anggota IGI-nya belum terkirim, dan memberikan masukan tentang program kerja IGI untuk memberikan pelatihan budidaya ikan lele kepada para guru yang ingin meningkatkan penghasilannya.
Pak Dahli selaku ketua IGI Bekasi langsung memberikan tanggapan yang positif dan berharap para guru mampu meningkatkan kompetensinya dan mengekplore pengetahuannya. Pak Dahli juga bercerita tetang program-program IGI Bekasi yang langsung membumi seperti spanduk di bawah ini.
Akhirnya, saya harus menutup reportase saya selama di radio dakta 107 FM bekasi. Sebuah radio yang hari ini mendapatkan penghargaan sebagai radio dakwah yang semakin dikenal masyarakat di harian nasional Republika. Radio dakwah yang juga sangat konsen dengan dunia pendidikan dan lingkungan hidup atau penghijauan. Sebagai seorang guru, tentu saya berterima kasih diundang dalam acara talkshow yang sangat bermanfaat ini. Bahkan ketika saya dan pak Dahli langsung mengupload foto kami di facebook, banyak sekali teman-teman yang memberikan respon positif. Semoga obrolan santai di radio dakta bersama Wakil Ketua DPRD jabar, dan pengurus IGI Bekasi dapat memberikan sesuatu yang poitif bagi dunia pendidikan kita.
salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Setiap Hari dan buktikan apa yang terjadi salam blogger persahabatan Omjay


Reportase yang menarik om Jay. Senang melihat aktifitas guru yang terus mengikuti perkembangan jaman. Semoga dengan aktifitas ini dunia pendidikan di Indonesia, khususnya Bekasi akan terus tumbuh dan berkembang.
[Reply]
Amin, ya robbal alamin
salam
Omjay
[Reply]
Tantangan buat teman-teman guru memang luar biasa, Om Jay. masyarakat kita semakin kritis berkaitan dengan hak-hak mereka. Saya yakin, teman-teman guru masih banyak yang berpikir visioner ke depan, tidak hanya berpikir praktis dan jangka pendek. Sertifikasi, misalnya, akan menjadi bumerang bagi para guru ketika profesionalitas tidak berbanding lurus dengan angka-angka finansiil yang diterima. Belum lagi les-les yang diadakan di rumah guru yang cenderung sebagai akal-akalan teman-teman guru yang melukai pendidikan. Bagaimana tidak, materi yang selayaknya dikonsumsi oleh semua siswa, hanya dirasakan oleh mereka yang membayar uang ‘siluman’ ke guru. Sehingga mereka yang “memfasilitasi’ guru dengan amplop akan lancar dalam mengerjakan ulangan-ulangan yang dibebankan ke siswa.
[Reply]
wijaya kusumah Reply:
June 20th, 2011 at 11:13 PM
@Mas Mobit, setuju mas, oleh karena itu kita harus benar-benar profesional agar tak malu dengan julukan itu.
salam
Omjay
[Reply]
Sebenernya banyak yang pingin didengar dan di diskusikan lagi tentang pendidikan di bekasi,..ini,..mungkin lain waktu,..dibuat diskusi pendidiakn di mall gitu,..biar rame,..antusias,..banyak masukan dari masyarakat,.tentunya dengan mengundang pakar pendidikan, ulama, instansi pemerintah dll,.. biar lebih semarak
[Reply]
Setuju Mas, semoga kita bisa mengndang para pakar di acara itu.
salam
Omjay
[Reply]
semoga dengan ada nya reportasi ini….pendidikan di bekasi bisa lebih berkembang lagi……..
[Reply]