Amprokan Blogger 2011 (5): Diskusi Santai Tentang Kebebasan Berekspresi & Peran Netizen
Artikel Monday, September 26th, 2011 49 views Print Artikel IniMalam minggu (17/9) di aula Asrama Haji terlihat begitu romantis. Ada bulan menggantung dan sembunyi malu-malu di balik awan. Saya menyaksikan pemandangan itu dari lantai 2 tempat penyelenggaraan Amprokan Blogger 2011 sembari menikmati santapan makan malam. Seusai sholat maghrib dan membersihkan diri, saya sudah siap memasuki babak berikutnya acara perhelatan akbar blogger Indonesia itu berupa Sarasehan Blogger.
Sebelum acara digelar, sang tuan rumah Blogger Bekasi memberikan hiburan “Live Music” kepada para peserta yang datang satu-satu sambil menikmati hidangan makan malam. Diiringi petikan gitar mas Sheed, beberapa penyanyi dadakan naik ke atas panggung menyumbangkan suaranya. Biar Fals yang penting nekad. Tak ayal, selain saya, tampil pula Pak Dian Kelana menyanyikan lagu-lagu tempo doeloe. “Seperti menyaksikan tembang kenangan ya?”, ujar seorang peserta nyeletuk sambil tertawa.
Acara Sarasehan dalam format informal dan lebih santai ini dimulai pikul 08.30 malam. Dipandu oleh Blogger senior dari Solo, Blontankpoer, sesi ini menghadirkan kembali aktifis Internet Sehat Donny BU dengan pembahasan tentang kebebasan berekspresi di internet serta pemaparan lebih komprehensif tentang “Dokumen Tebet” sebagaimana yang dibahas dalam acara pagi harinya.
“Sama seperti pergaulan nyata pada umumnya, interaksi di internet memerlukan etika yang mesti senantiasa kita-sebagai penggiat online-pertimbangkan. Menggunakan media internet secara bijak dan kreatif akan membuat kita tidak hanya eksis didunia maya namun juga membuat kita lebih yakin pada apa yang kita lakukan,” demikian ujar Donny BU membuka diskusi santai malam itu sambil duduk lesehan diatas panggung..Aktifis Internet Sehat ini juga memaparkan bagaimana peran Netizen dalam era sosial media sebagai penyeimbang berita serta informasi dari Media Mainstream.
Yang menarik adalah diskusi ini menghadirkan pula Akhmad Nasir, aktifis Jalin Merapi yang menguraikan bagaimana mereka menggalang bantuan untuk musibah meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta dengan memanfaatkan teknologi internet dan sosial media. “Kunci kesuksesan kami adalah konsistensi dan kredibilitas. Informasi yang kami sajikan dapat dipertanggungjawabkan serta memiliki akuntabilitas tinggi dan Bantuan yang disalurkan kami laporkan secara transparan. Tak ada yang ditutup-tutupi. Informasi yang kami sajikan berasal langsung dari lapangan, dengan sumber masyarakat setempat dan jaringan relawan. Masyarakat jadi tahu persis apa yang kami lakukan meski itu melalui update lewat jaringan sosial media,” kata Nasir dengan antusias.
Pada kesempatan yang sama hadir pula ikut sharing Bung Almascatie yang menceritakan bagaimana peran blogger dan netizen sebagai media penyeimbang atas media mainstream. Blogger asal Ambon ini menguraikan pengalamannya ketika terjadi kericuhan Ambon yang terjadi tak lama sebelum ia berangkat ke Jakarta. Banyak hal-hal yang diberitakan di media secara bombastis ternyata sesungguhnya dilapangan tidak “seseram” yang terjadi di lapangan.
Almas, bersama teman-temannya di Komunitas Blogger Ambon Arumbai, melakukan “live report” dari lokasi kejadian melalui jaringan sosial media dan menjelaskan kejadian sesungguhnya di Ambon. Langsung. Tanpa rekayasa. Masyarakat akhirnya menjadi tahu dan tidak terpancing pada provokasi media yang terkesan melebih-lebihkan suasana. “Apa yang kami sampaikan bisa dipertanggungjawabkan karena kami berada disana, jadi saksi atas kejadian itu. Syukurlah, laporan kami ini mendapat apresiasi karena sedikit banyak telah mencegah timbulnya aksi anarkis yang lebih luas,” katanya bersemangat.
Acara Sarasehan yang berlangsung penuh nuansa kekeluargaan, interaktif dan santai ini berakhir pukul 22.30 malam.
(bersambung)
Print Artikel Ini