SD-ku Malang, SD-ku Hilang
Bekasi-Ku, Sejarah, Sosial-Budaya Tuesday, October 20th, 2009 615 views Print Artikel IniAssalamu’alaikum wr. wb.
Bekasi, 19 Oktober 2009, 22:12
Termenung. Tadi siang anak saya yang kedua bertanya ‘Aku besok masuk SD yah ? Aku udah gede ya ? Ayah sekarang umurnya berapa ?’. Waks, kenapa ujungnya harus nanya umur sih ? Yang mengingatkan bahwa sekian detik berlalu maka berkurang pula umur ini.
Ngomongin tentang SD adalah tentang masa kecil yang penuh canda dan tanpa rasa takut, dimana kalimat ‘nothing is imposible’ yang kini gencar disuarakan para motivator benar2 memiliki makna yang sebenarnya dan menjadi praktik sehari-hari bocah2 kecil.
Mandi di kali malang dengan riang gembira padahal bapak kuatir abis jika anaknya hanyut. Jalan kaki menyusuri rel kereta api dari daerah proyek sampai ampera sambil sesekali berhenti ketika kereta lewat dan memasang paku besar diatas rel sehingga ketika tergilas akan menjadi pisau2-an ninja tanpa takut paku itu mental dan melukai tubuh. Bahkan naik ke atas truk hanya sekedar agar uang ongkos angkot bisa buat beli es.
Yap, kini usia sudah kepala 3. Tapi kenapa keberanian ketika kecil dulu semakin menyusut ya ?. Gak mungkin donk sekarang mandi lagi di kali malang, nanti dikira kuda nil lepas. Gak mungkin juga nyusuri rel kereta api dan masang2 paku, iseng be-ge-te gitu. Atau nekat naek2 truk, kan udah ada Carry tercintah. Alasan . Tapi jujur kangen juga sih melakukan itu semua.
Pada suatu hari memang saya ingin mengenang satu masa kecil dulu yaitu ketika masih di sekolah dasar alias SD. Pas hari itu saya ada perlu di sekitar daerah tersebut. Sambil bersepeda dari bulak kapal saya susuri kali malang, masuk ke lapangan serbaguna, lalu ke jalan Dewi Sartika.
Singkat kata sampailah di jalan menuju sekolah itu. SDN Bekasi Pasar 2.
Tapi tunggu dulu, kemana sekolah itu ?!. Hilang. Hanya tembok yang menutupinya. Apakah pintu masuknya pindah ?. Apakah saya salah liat dan salah tempat. Tidak, ini benar lokasinya. Di depan kali kecil. Itu dia lapangan tanah tempat saya dan teman2 dulu bermain aduan biji karet dan tak galasin. Di pojok jalan itu saya dulu menemukan uang 5000 perak dan langsung merasa jadi anak paling kaya di dunia karena uang jajan harian hanya 100 perak .
Ternyata sekolah itu memang benar2 sudah tidak ada. Telah digusur untuk memperluas gedung di depannya. Entah lupa namanya.
Oh SD-ku malang SD-ku hilang. Untung beberapa tahun yang lalu ketika sehabis reunian saya sempat menyambanginya sebelum raib. Saya masuk ke lapangan upacaranya dimana ketika dulu pernah jadi komandan upacara bendera atau ketika menjadi ketua regu pramuka dengan bendera gambar kuda terbang. Saya masuk ke ruangannya dan betapa kecilnya kursi dan meja itu saat ini dimata saya, mencoba mendudukinya dengan sedikit ilmu meringankan tubuh agar tidak ambruk oleh badan nan besar ini, meresapi dan menghirup udara kelas yang membawa saya ke masa kecil dulu.
Ada satu hal yang membuat saya tertawa saat ini dalam mengenang masa itu. Dulu saya suka jajan cimol di tukang depan sekolah, persis sebelah tukang nasi uduk. Eh ndilalah sekarang malah jadi tukang cireng yang punya gerobak jualan di depan SD .
Ah, SD-ku, walau engkau kini hilang tapi kenangan akan dirimu akan selalu ada dan hadir.
Wassalam.
-Eko June-
0816102452
www.jilbab-balita.com
www.cirengbandungisi.com
http://ekojune.blogspot.com
facebook, twitter : ekojune
Wah… klo punya fotonya jaman dulu, bisa buat kenang-kenangan tuh Pak. Turut berduka….
[Reply]
Turut berduka cita pak.
Saya memang cuiga pemkot dan pemkab gak peduli dengan masa lalu. Mereka lupa dengan perkataan Bung Karno…”JASMERAH….!”
JANGAN SEKALIKALI MELUPAKAN SEJARAH…..
[Reply]
ya beginilah kalo kita hidup di negara tanpa sejarah…
[Reply]
sedih juga ceritanya,
[Reply]