Indahnya Puasa (2): “Sholat didalam Sholat”
Agama, Artikel, Bekasi-Ku, Laporan Warga Saturday, August 22nd, 2009 1,090 views
Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat, maghfirah, dan penyelamat dari api neraka. Hal ini sebagaimana terungkap dalam khutbah Rasulullah S.A.W., diakhir bulan Sya’ban, dan juga sebagaimana pernah diceritakan kembali oleh Salman Al-Farisi: “Dan ia (Ramadhan) adalah bulan yang awalnya merupakan rahmat, pertengahannya merupakan ampunan, dan akhirnya sebagai pembebas dari api neraka”.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sholat sunnat Tarawih adalah salah satu hal sunnat yang akan kita laksanakan sebelum menjalankan ibadah puasa pada keesokan harinya. Hari pertama menunaikan sholat sunnat Tarawih (21/08/09) di “Masjid Agung Al-Barqah” adalah yang pertama kali juga bagi saya memasuki ruangan dalam masjid yang saat ini telah menjadi salah satu kebanggaan religius (icon) bagi masyarakat Kota Bekasi.
Dengan tampilan yang cukup menawan dan artistik, terletak dipusat pemerintahan kota, tepatnya di Alun-Alun Kota Bekasi, tempat sebagian besar masyarakat Kota Bekasi menghabiskan waktu untuk bersantai, berolah raga atau (mungkin) hanya sekedar “cuci mata” saja, menjadikan Masjid Agung ini semakin terlihat sangat megah pada kawasan tersebut.
Sholat sunnat pada “Masjid Agung Al-Barqah” yang di-imami oleh Al-Hafidz (hafal 30 juz, Al-quran) Ustadz Abdul Rohman dilaksanakan sebanyak 23 (dua puluh tiga) raka’at, yang terdiri atas 20 (duapuluh) raka’at sholat sunnat Tarawih dan 1 (satu) raka’at-nya adalah sholat sunnat Witir. Namun demikian diberikan kebebasan bagi para jamaah yang hanya ingin melaksanakan 11 (sebelas) raka’at saja, dimana 8 (delapan) raka’at-nya adalah sholat sunnat Tarawih sedangkan 3 (tiga) raka’at lainnya merupakan sholat sunnat Witir.
Masalah perbedaan jumlah raka’at ini bukanlah sesuatu hal yang perlu diperdebatkan, karena Rasulullah SAW pernah melakukan sholat sunnat Tarawih hanya sebanyak 8 (delapan) raka’at saja, sementara itu Umar bin Khatab juga pernah mengerjakan sholat sunnat Tarawih hingga 20 (duapuluh) raka’at, dalam Islam keduanya sahih dan boleh dilaksanakan.
Yang seharusnya menjadi perhatian bagi kita sebagai sesama umat muslim adalah nilai ke-khusyukan dalam menjalankan ibadah sholat sunnat Tarawih menjadi sedikit agak terganggu. Coba saja Anda bayangkan, setelah salam terakhir pada raka’at kedelapan, sebagian jamaah masjid masing-masing segera bergegas meninggalkan shaft sholatnya untuk kemudian melanjutkan sholat sunnat Witir dalam shaft terpisah dalam satu masjid yang sama.
Jadi, ada banyak kelompok jamaah yang melaksanakan sholat sunnat Witir ditengah-tengah khusyuk-nya jamaah lain yang juga sedang melaksanakan sholat sunnat Tarawih. Hal inilah yang tampaknya terjadi pada “Masjid Agung Al-Barqah”, tempat saya singgah selepas pulang kantor, untuk menunaikan sholat sunnat Tarawih pertama sebelum menjalankan ibadah puasa pada hari ini (22/08/09).
Adalah hal yang salah (mungkin) jika pengurus “Masjid Agung Al-Barqah” mengharuskan jamaah-nya untuk ikut sesuai aturan mereka, yaitu melaksanakan sholat sunnat sebanyak 23 (dua puluh tiga) raka’at, namun tak ada salahnya juga diberikan semacam himbauan kepada para jamaah-nya untuk melaksanakan sholat sunnat sesuai aturan mereka. Selain akan menambah pahala ber-ibadah, hal ini tentunya juga akan membuat kita semakin nyaman dan khusyuk dalam menjalankan ibadah.
Diluar dari itu semua, sama halnya seperti do’a-do’a kaum muslimin pada umumnya, saya dan keluarga merasa sangat bersyukur sekali, bahwasanya Allah SWT masih sangat berbaik hati dengan mempertemukan kami kembali dengan bulan Ramadhan-Nya yang penuh mukzizat ini.
Terus terang pengetahuan saya mengenai Agama, masih sangat kurang. Apa yang saya sampaikan hanyalah sebuah pemikiran dengan menggunakan nalar dan logika secara pribadi, tidak ada satupun niat dalam hati kecil ini untuk mempertentangkan apa yang sudah ditetapkan sebelumnya. Mohon pencerahan dari rekan-rekan sekalian jikalau terjadi salah persepsi tentang apa yang telah saya tuliskan diatas.
Jadikanlah Bulan Ramadhan kali ini menjadi “Bulan Ramadhan Keluarga yang Terbaik”, buatlah harapan-harapan menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar angan-angan semata. Caranya adalah sebagai berikut: (1) Buatlah Allah SWT sebagai sumber dari semua harapan kita; (2) Selalu berprasangka yang baik kepada Allah SWT; dan yang terakhir adalah (3) Berusaha dan bekerja keras-lah untuk mewujudkan harapan menjadi kenyataan, karena sesungguhnya Allah SWT berkata: “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku”. (H. R. Muslim)
Manfaatkanlah Bulan Ramadhan ini untuk mendapatkan berkah sebanyak-banyaknya melalui “Blog”. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa hari Pertama!….
Wassalamualaikum w.r.w.b.,
www.yulyanto.com
(Pengurus www.bloggerbekasi.com)

Assalamualaikum, saya mau berbagi cerita sedikit…Alkisah pada 3 Ramadan 1430 H ini, sekitar jam 9 pagi dari stasiun kereta Bekasi saya berniat mampir ke “Masjid Agung Al-Barqah” untuk solat Dhuha. Katanya sih ini masjid termegah dan termasuk yang terbesar di Bekasi. Jadi harapan saya akan menemui suasana masjid yang ramai dengan jamaah yang lagi i’tikaf. Sampai di area masjid, kok sepi ya? Agak bingung mencari pintu masuk karena pagar masjid dikunci, kemudian saya bertemu dengan bapak satpam yang sedang tidur di posnya. Beberapa kali mengucapkan salam, akhirnya pak satpam bangun, dan (tidak membalas salam) menanyakan keperluan saya (dengan muka kesal, mungkin karena tidurnya terganggu, maaf ya pak satpam), baru kemudian menyuruh orang lain untuk membuka pagar masjid. Setelah berwudu, saya pun mencari pintu masuk ke dalam masjid. Tetapi begitu kaki kanan mau melangkah masuk, saya ditanya lagi oleh satpam masjid, “Mau apa, pak?” Saya jawab: mau solat. Kata bapak satpam masjid: Ngga boleh pak, masjidnya lagi dibersihkan. Memang saya lihat di area tengah masjid lagi banyak orang sedang membersihkan lampu, tetapi di sudut kanan kiri depan belakang di masjid yang termasuk terbesar di Bekasi ini kosong melompong. Saya sampai bertanya sekali lagi, apa benar ngga boleh solat? Saya jadinya seperti terusir dari masjid. Baru kali ini mau solat di masjid (yang katanya besar dan megah), tapi ngga boleh. Apakah kebijakan Masjid Agung Al-Barqah memang seperti itu? Apakah salam dan senyum juga tidak diajarkan di masjid Al-Barqah? Mungkin ini juga salah satu sebab masjidnya sepi di bulan yang suci ini. Saya pikir bagaimana syiar Islam bisa berkembang kalau di bulan Ramadan pun, masjidnya tertutup untuk umat. Sedih juga ya dengan kondisi seperti ini…Wassalamualaikum
[Reply]
@Salam kenal buat mas Andy,
Terimakasih telah berbagi cerita melalui blog ini, mudah-mudahan saja bisa mengetuk pintu hati para pengurus masjid ya mas, sangat memprihatinkan kalo hal itu pernah terjadi di MAsjid yang katanya sudah menjadi kebanggaan masyrakat bekasi tsb.
Tx again:-)
Salam
yulyanto
[Reply]
[...] http://bloggerbekasi.com/2009/08/22/indahnya-puasa-2-“sholat-didalam-sholat”.html [...]