“Tari Pendet Malaysia”
Artikel Monday, August 24th, 2009 828 views
Setelah lagu Rasa Sayange, Batik, Angklung, Reog Ponorogo, kini Tari Pendet diklaim oleh Malaysia sebagai budaya Malaysia. Motif yang nampak adalah bisnis. Merebut hati turis mancanegara untuk datang ke Malaysia. Sebagai Negara tetangga memang Malaysia tampaknya menjadikan Indonesia sebagai pesaing ketat.
Dari iklan pariwisata Malaysia, tampak tersurat bahwa semua yang ada di Indonesia ada juga di Malaysia. Jadi dengan kondisi keamanan Indonesia akhir-akhir ini, bolehlah turis mampir ke Malaysia saja, toh mereka akan menikmati sajian yang sama bagusnya dengan yang ada di Indonesia.
Jadi teringat 4-5 tahun yang lalu dalam perjalanan mudik ke Surabaya, kami melewati Batang dengan jalan propinsi yang mulus dan naik turun. Kami sangat menikmatinya. Di sebuah ruas jalan ada iklan SATE KAMBING MUDA EMPUK diikuti dengan nama warungnya. Iklan yang ditulis sederhana di tengah-tengah pembatas jalan ini dipasang pada setiap jarak tertentu. Saya menyaksikan entah berapa kali sambil menikmati jalanan yang mulus baru jadi itu. Sampai-sampai saya hafal betul kalimat iklan ini. ….. Tiba-tiba muncul papan iklan dari warung lain yang ‘ndompleng’. Bunyinya: SATE KAMBING MUDA EMPUK JUGA! Lalu diikuti nama warungya. Seketika sambil terus nyopir saya ketawa menyaksikan iklan cerdas tapi sedikit licik ini.
Enak juga…. Memanfaatkan dana dan jerih payah orang untuk mengiklankan diri sendiri.
Kurang lebih ini yang saya tangkap dari iklan-iklan pariwisata Malaysia. Cerdik dan licik. Memotong jalur ‘perjalanan’ calon turis ke Indonesia dengan menjual produk yang sama.
Tapi si pedagang “sate kambing empuk juga” itu tentu lebih terhormat, karena ia menjual kambingnya sendiri. Hasil potongannya sendiri, masakannya sendiri, dengan bumbu racikannya sendiri. Sedangkan Malaysia, dia menjual apa yang bukan miliknya. Lebih buruk lagi…. Yang bukan miliknya itu diakui sebagai miliknya.
Atau –seperti dalam wawancara dengan 2 orang budayawan Malaysia di TV One pagi ini- kesenian itu dianggap milik siapa saja, yang siapa saja boleh-boleh saja memakainya dengan alasan toh kesenian diciptakan demi kesejukan hati, persatuan dan persaudaraan seluruh manusia.
Jika demikian prinsip beberapa budayawan Malaysia mungkinkan suatu saat akan ada iklan pariwisata Malaysia yang menampilkan penduduk Papua yang masih menggunakan koteka? Yang saling berperang antarsuku?
Kita tunggu saja episode berikutnya. (Jika pemerintah Indonesia adem ayem saja).
Agustus 24, 2009
Choirul Asyhar

btw, bukannya semboyan mereka, MALAYSIA truly asia?!
Apakah kebudayaan negara asia lainnya ada yang mereka klaim sebagai kebudayaan malaysia juga?
[Reply]
admin (irfan) Reply:
August 25th, 2009 at 5:25 AM
@quinie, Mungkin juga, Mbak..
[Reply]
quinie Reply:
August 25th, 2009 at 6:32 PM
@ mas irfan : nassssiiib Indonesia… diapa2in diemm ajah
(
[Reply]
Irfan Reply:
August 25th, 2009 at 9:20 PM
@quinie, Indonesianya sabar, Mbak.. Kan Innallahi ma’ashoobirin
[Reply]
quinie Reply:
August 25th, 2009 at 10:28 PM
@ mas Irfan : huahaha… sabar kan ada batasnya doungs
[Reply]