Ada Apa Di Balik Kata Patriot ?
Bekasi-Ku Thursday, February 4th, 2010 1,255 views
Saat memutuskan untuk pindah ke Bekasi karena urusan pekerjaan, kata pertama yang saya dengar tentang kota ini adalah julukannya sebagai Kota Patriot. Mendengar kata “patriot”, yang saya bayangkan adalah rudal-rudal canggih buatan Amerika yang terbukti efektif sebagai alat pembunuh masal. Apakah memang Kota Bekasi pernah dibom Amerika ? Mengapa kata patriot begitu melekat dengan Kota Bekasi ? Pertanyaan ini, mungkin juga menjadi pertanyaan kaum urbanis lainnya yang telah berketetapan hati menjadi warga di Kota Bekasi.
Dengan bantuan Om Google, saya mulai pencarian makna di balik kata patriot. Hasilnya luar biasa banyak, Om Google memberitahu ada sekitar 189.000 hasil telusur untuk kata patriot. Secara umum, patriot merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan kecintaan dan pengabdian seseorang terhadap negara dan tanah airnya. Wujud implementatif kata patriot adalah semangat pengabdian dengan mengorbankan segala hal yang menjadi miliknya sendiri, baik harta maupun nyawa.
Perburuan informasi terus berlanjut dan semakin menantang ketika menemukan lambang kota ini dalam web site resmi Pemerintah Kota Bekasi. Lambang yang berbentuk perisai dengan warna dasar hijau muda dan biru langit, dan di bawahnya tertera kata-kata “KOTA PATRIOT”. Di dalam lambang tersebut terdapat gambar yang mencolok yaitu bambu runcing berujung lima berwana putih. Secara sekilas lambang daerah ini menggambarkan perjuangan dan kegigihan rakyat Bekasi dalam dalam landscape sejarah perjuangan Indonesia.
Adakah bukti yang cukup signifikan untuk memperkuat argumentasi bahwa kota ini berperan besar di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia ? Seorang sahabat menyarankan saya untuk melihat berbagai monumen (baca:tugu) atau gedung bersejarah yang akan bercerita banyak tentang masa lalu Bekasi. Keberadaannya bisa menjawab mengapa Kota Bekasi dijuluki sebagai Kota Patriot.
Mendengar saran ini, saya langsung mengambil motor menuju lokasi seperti ysng disarankan oleh sahabat yang dikenal sebagai sejarawan Bekasi. Bagi saya, ini ibarat petualangan menyusun puzzle yang harus disusun satu per satu hingga menjadi sebuah gambaran utuh tentang Bekasi.
Tugu Perjuangan Alun-alun Bekasi
Monumen pertama yang saya kunjungi adalah yang terletak di Alun-alun Bekasi. Masyarakat menyebutnya Tugu Perjuangan Alun-alun Bekasi. Monumen yang berbentuk tugu segi lima dengan tinggi kurang lebih 5 meter terletak persis depan Polres Bekasi. Monumen ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1955 sebagai bentuk penghargaan pemerintah kepada para pejuang Bekasi atas perannya dalam memperjuangkan dan menegakkan kemerdekaann Republik Indonesia.
Ada dua peristiwa penting yang melatari pendirian monumen ini. Pertama, peristiwa pertempuran antara rakyat Bekasi melawan pasukan Sekutu dan NICA yang terjadi pada tahun 1946. Lokasi pertempuran berpusat di sekitar alun-alun Bekasi. Pertempuran ini terjadi karena keinginan Belanda untuk menguasai kembali Indonesia dengan cara membonceng tentara Sekutu. Namun, keinginan ini ditentang keras oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk rakyat Bekasi. Penolakan keras rakyat Bekasi, akhirnya membangkitkan kemarahan Sekutu dengan melakukan penyerangan membabi buta terhadap front-front pertahanan para pejuang, termasuk yang berada di Alun-alun Bekasi.
Menghadapi serangan membabi buta dari Sekutu dan anteknya, rakyat Bekasi, mulai dari pemuda, sampai kakek tua renta, bahu membahu melawan pasukan sekutu yang dilengkapi dengan persenjataan modern. Rakyat hanya bermodalkan senjata hasil rampasan dari pertempuran sebelumnya dan tajamnya bambu runcing dan golok. Modal nekad ini harus dibayar mahal dengan regangan nyawa. Seketika, alun-alun menjadi kubangan darah dan yang tersisa hanyalah tekad “merdeka dari belenggu penjajahan”.
Peristiwa kedua adalah diselenggarakannya rapat umum yang digagas oleh Panitia Amanat Rakyat Bekasi pada bulan Pebruari 1950. Rapat umum ini menghasilkan sebuah resolusi yang disebut sebagai “Resolusi Rakyat Bekasi”. Resolusi ini berisi tuntutan kepada Pemerintah Pusat untuk memberikan otonomi yang lebih luas kepada rakyat Bekasi. Keinginan tersebut akhirnya terwujud pada tanggal 15 Agustus 1950 dan kemudian tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Bekasi.
Monumen Perjuangan Rakyat
Monumen kedua yang dikunjungi berada di areal Stadion Bekasi, Jl.Ahmad Yani, tidak jauh dari Kantor Walikota Bekasi. Monumen ini didirikan pada tahun 1975 pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah. Ada lima buah tugu dengan tingginya kurang lebih 17 meter yang diletakkan di tengah kolam persegi lima. Di depan lima tugu terukir cuplikan sajak karya Chairil Anwar yang berjudul Kerawang Bekasi.
Di belakang monumen ada relief yang menggambarkan perjalanan rakyat Bekasi yang dimulai pada masa VOC dan penjajahan Belanda samapi masa pembangunan Orde Baru. Relief pertama melukiskan kondisi awal Bekasi yang dikenal sebagai daerah partikelir dan perkebunan yang luas. Pada masa itu, para tuan tanah yang juga dikenal dekat dengan Pemerintah Jajahan Belanda, sangat mendominasi seluruh siklus kehidupan rakyat. Rakyat selalu berada dalam kondisi menderita karena sikap tuan tanah yang digambarkan kejam dan tanpa tenggang rasa.
Relief kedua menggambarkan kedatangan tentara Jepang yang awalnya disambut sebagai saudara tua ternyata perilakunya jauh lebih kejam dibandingkan dengan tentara Belanda. Pada relief digambarkan bagaimana tentara Jepang memaksa rakyat mengangkut beras ke truk. Pada Masa Jepang ini juga dikenal istilah kerja paksa atau romusha.
Relief ketiga menggambarkan masa setelah kemerdekaan. Diaroma yang menggambarkan jiwa patriotisme rakyat Bekasi di berbagai medan pertempuran. Salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi adalah aksi pembakaran oleh tentara Sekutu dan Belanda yang kemudian dikenal dengan peristiwa “Bekasi Lautan Api”.
Relief yang terakhir menggambarkan Bekasi pada masa era pembangunan Orde Baru. Diorama dalam relief era pembangunan ini dilukiskan dengan pembangunan gedung-gedung, perumahan beriringan dengan pembangunan pertanian dan program keluarga berencana. Di era Orde Baru, Bekasi kemudian dikenal sebagai daerah industri dan perdagangan yang sangat ramai.
Gedung Papak
Gedung Papak terletak di pinggir Jalan Juanda, Bekasi. Saat ini, Gedung Papak hanya difungsikan sebagai mushola. Sebelum kantor Walikota pindah ke Jalan Ahmad Yani, Gedung Papak pernah dijadikan rumah dinas Walikota dan pusat pemerintahan Kota Administratif Bekasi.
Ketika pada masa kemerdekaan, pemilik Gedung Papak adalah seorang keturunan Tionghoa bernama Lee Guan Chin. Walaupun dia seorang non-pri, perhatiannya terhadap perjuangan rakyat Bekasi sangat besar. Karena hubungan baiknya dengan gerakan perjuangan rakyat yang dipimpin oleh K.H. Noer Alie, kemudian Gedung Papak diserahkan oleh pemiliknya untuk dijadikan sebagai salah satu markas perjuangan rakyat Bekasi.
Tugu di Jalan KH Agus Salim
Sepanjang petualangan mencari tahu makna patriot, hampir semua orang menggelengkan kepala ketika ditanya tentang nama tugu di Jl. Agus Salim. Termasuk abang-abang becak dan pa ogah yang sering mangkal di sekitar tugu hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. Informasi yang saya peroleh dari mereka bahwa tugu ini selalu dijadikan patokan bila ada yang mencari alamat rumah di sekitar jalan Agus Salim. Selebihnya mereka hanya menggelengkan kepala.
Monumen ini berbentuk persegi empat, di atasnya terdapat semacam kepala. Konon, ketika awal dibangun di sekeliling kepala tugu ditanam pecahan peluru meriam, mortir, granat tangan, dan selongsong peluru ukuran 12,7 mm yang diambil dari berbagai pertempuran di sekitar Bekasi dan Cakung. Keberadaan barang-barang tersebut memang tidak bisa dilihat secara jelas, karena sekitar tugu dipasang rantai pembatas yang akan menghalangi orang untuk mendekat.
Penjelasan yang lebih ilmiah datang dari sahabat saya yang dikenal sebagai Sejarawan Bekasi yang bernama Ali Anwar. Ia menceritakan bahwa tugu di Jalan Agus Salim, menggambarkan berbagai pertempuran hebat yang pernah terjadi pada masa Agresi II. Berbagai peristiwa penting, seperti di daerah Kali Abang Bungur, Gardu Cabang dan Medan Satria, Kranji dan di berbagai tempat serta peristiwa pembakaran oleh tentara Sekutu diperingati oleh para pejuang dengan membangun tugu ini. Seandainya tidak ada Moch Toha, pahlawan dari bandung Selatan, mungkin Bekasi akan lebih dikenal dengan julukan “Bekasi Lautan Api”. Peristiwa ini menggambarkan betapa hebatnya perjuangan rakyat Bekasi melawan para komprador asing yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Bangga Menjadi Warga Patriot
Setelah berkeliling selama 2 hari (tentunya saat week end), saya baru memahami mengapa Bekasi memang layak dijuluki Kota Patriot. Pelajaran yang bisa saya petik dengan mengunjungi berbagai monumen dan gedung bersejarah adalah konsistensi perjuangan para pendahulu bangsa ini yang patut diteladani oleh generasi sekarang. Dengan belajar ke masa lalu, saya sedikit memahami makna patriot itu adalah semangat pengabdian dan pengorbanan terhadap tanah air lebih dari sekedar gigih. Para pejuang yang sekarang sudah terkubur tanah dan sering kita lupakan jasa-jasanya, telah mengajarkan bagaimana berjuang demi kebenaran, sekalipun nyawa menjadi taruhannya.
Pelajaran lain yang saya peroleh dari para pejuang Bekasi adalah sikap yang terbuka terhadap perbedaan, baik yang bersifat suku, agama maupun ras. Gambaran seperti itu setidaknya dioperoleh dari buku yang menceritakan Sejarah pejuangan KH Noer Alie yang jauh dari sikap chauvinism. Rakyat Bekasi menerima dengan tangan terbuka berbagai pihak yang datang dari luar. Bahkan nama-nama mereka seperti Hasibuan, dan Mayor Oking diabadikan menjadi nama jalan. Ini setidaknya membuktikan bahwa para pejuang Bekasi tempo dulu tidak ada masalah dengan kebhinekaan.
Julukan Kota Patriot telah membuat saya bangga menjadi salah satu warganya. Walaupun kebanggaan itu belum direfleksikan dalam kegiatan yang bernilai penting bagi warga Bekasi sendiri. Setidaknya kalau saya pulang ke kampung halaman, saya akan katakan dengan bangga bahwa saya tinggal di Kota Bekasi, kotanya para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.
Selamat Ulang Tahun Kota Bekasi. Semoga di tahun-tahun mendatang, kota ini menjadi rumah demokrasi yang subur dengan ide peradaban dan terwujudnya masyarakat madani yang tidak lagi dikotak-kotakan dalam bingkai kepentingan kelompok, etnis, agama, bahkan kepentingan politik suatu kelompok. Bekasi adalah rumah bersama.
Bekasi, I Love You Full


salam D3pd untuk semua teman2…
[Reply]
Napak tilas yang bagus pak…
namun koreksi untuk mayor oking-nya…, menurut pak ali beliau adalah orang bogor
salam,
ady
[Reply]
Thank you for your blog.Thanks Again. Cool.
[Reply]