Guru Bukan Pemburu
Artikel, Pendidikan Thursday, February 4th, 2010 1,017 views
Guru adalah orang yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta didiknya di sekolah. Sedangkan pemburu adalah orang yang berusaha untuk menangkap binatang buas hasil buruannya. Guru dan pemburu jelas tidaklah sama. Tetapi mengapa ketika ada sertifikasi guru, banyak guru yang berubah menjadi pemburu?
Pemburu seminar dan worshop-worshop. Pemburu pembuatan karya tulis yang berujung kepada selembar sertifikat? Mengumpulkan sedikit demi sedikit poin-point agar mencapai 850 point. Meninggalkan peserta didik dan memburu berbagai sertifikat agar bisa lulus sertifikasi guru. Hanya sedikit guru yang memiliki kemampuan menulis dan membuat buku. Apalagi membuat karya tulis ilmiah.
Tanpa disadari, guru yang dahulunya adalah seorang pendidik, kini telah berubah menjadi seorang pemburu. Pemburu sertifikat agar bisa mengumpulkan point-point dalam lembar portofolio guru. Bila anda guru yang seperti itu, maka sadarlah kawan bahwa anda telah berubah menjadi seorang pemburu dan bukan pendidik.
Bila anda ingin lulus sertifikasi guru, tak perlulah menjadi seorang pemburu. Sering-seringlah meneliti di kelas anda sendiri. Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru dan meningkatkan hasil belajar siswa. Menemukan ilmu-ilmu baru dalam dunia pendidikan. Guru memang perlu seminar dan workshop-workshop agar kemampuan ilmiahnya menjadi bertambah. Tetapi, kegiatan ilmiah itu janganlah diniatkan untuk mendapatkan selembar sertifikat. Sebab bila itu yang dijadikan tujuan, maka ilmu pengetahuan akan menjadi jauh dari jangkauan. Guru tak akan pernah mendapatkan ilmu itu, bila tak diniatkan untuk ibadah.
Seringkali, dalam setiap seminar atau workshop dimana saya diminta menjadi pembicaranya, saya selalu mengingatkan kepada teman-teman guru agar tidak menjadi seorang pemburu. Guru justru harus memburu potensi unik yang ada dalam peserta didiknya. Harus mengamati kelemahan dan kekuatan para peserta diidknya agar kelak mereka mampu menjadi SDM unggul.
Bila seorang pemburu mengejar buruannya dengan penuh nafsu ingin membunuh, maka guru memburu peserta didiknya dengan penuh kasih sayang. Dengan penuh cinta dan kesabaran yang membuat anak didiknya menemukan jati dirinya sebagai anak negeri, generasi penerus bangsa. Membangun karakter dan budi pekerti yang luhur dalam proses pembelajarannya. Dia tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga mendidik. Mampu mendidik para peserta didiknya dengan benar, dan tidak memperlakukan para peserta didiknya seperti binatang buas yang siap diburu. Itulah guru profesional yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Guru yang menjadi pemburu jangan sampai masuk dalam dunia pendidikan kita. Bila banyak guru yang menjadi pemburu, maka peserta didik tak akan pernah merasakan kenyamanan dalam lingkungan sekolahnya. Guru yang seperti itu biasanya tidak disukai oleh peserta didiknya dan sangat jauh dari guru idola.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak teman-teman guru atau para pemerhati pendidikan untuk mengoreksi sistem sertifikasi guru dengan bentuk portofolio. Sebab sistem portofolio guru dalam jabatan tanpa disadari telah merubah guru menjadi pemburu. Guru-guru di sekolah sekarang ini lebih asyik mengumpulkan sertifikat ini dan itu agar bisa lulus sertifikasi guru dalam jabatan. Mereka gadaikan kejujuran yang seharusnya melekat dalam diri seorang guru. banyak sertifikat aspal beredar dan banyak karya tulis orang lain yang diakuinya sebagai miliknya.
Sebagai seorang guru yang telah lulus sertifikasi guru melalui jalur PLPG membuat saya bersyukur dapat mengikuti program PLPG ini. Dalam program diklat PLPG (pelatihan pendidikan guru) itu, kami diberikan materi yang sangat bagus dalam menunjang karir kami menjadi guru. Kami disadarkan oleh para pembimbing yang merupakan dosen-dosen dari UNJ (Universitas Negeri Jakarta) akan sangat mulianya menjadi guru. Kami pun dilatih bagaimana membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran) yang dilengkapi dengan hand out dan jobsheet sehingga kami yang terbiasa “copas” dalam RPP menjadi terbiasa dalam membuat RPP. Memperbaiki kinerja kami sebagai guru dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dan Lesson Study (LS). Mendapatkan bimbingan bagaimana membuat media pembelajararan dan di tes kembali cara mengajar kami dari mulai membuaka pembelajaran sampai mengakhiri pembelajaran. Kami pun sangat menikmati hari-hari itu dengan bertambahnya ilmu dan juga teman.
Seharusnya dengan adanya sertifikasi guru, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran karena semakin banyaknya guru profesional yang lulus sertifikasi guru.
Akhirnya, dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan harus membuat guru semakin sadar akan beratnya tugas yang diemban oleh para guru. Guru harus menyadari bahwa profesi guru adalah profesi yang sangat mulia dan syarat dengan keteladanan. Bila gurunya saja sudah seperti pemburu, maka para peserta didiknya pun akan seperti pemburu pula. Guru kencing berdiri muridpun kecing berlari.
Salam Blogger Persahabatan
omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Setiap Hari dan buktikan apa yang terjadi salam blogger persahabatan Omjay

Saya jadi ingat guru SD saya, Ibu Reni yang sangat berdedikasi…
Buat saya guru itu profesi yang mulia, mdh2an sertifikasi gk ngebuat peran guru jadi kamuflase.
[Reply]
wijayalabs Reply:
February 4th, 2010 at 7:16 PM
@catila, semoga begitu mbak catila
salam
omjay
[Reply]
Kebanyakan salah kaprah. PNS dan Sertifikasi buat para “Guru” saat ini jadi sepertinya target terakhir yang membutakan hati dan cita-cita mulia. Padahal tujuan PNS dan Sertifikasi itu kan demi kesejahteraan para Guru agar bertambah semangat dan pengabdiannya kepada masyarakat. Bukan malah semaunya setelah semua teraih. Ingatlah bahwa Guru adalah amanah. Barangsiapa menghianati amanah berarti menghianati Allah dan Rosul-Nya. Berhati-hatilah….
[Reply]