Home » Cerita Pendek » Dasi

Dasi

Rafi berjingkat di depan cermin milik Ibu. Berusaha menampakkan bayangan sebatas lehernya saja. Tak perlu lebih. Dia hanya butuh melihat ke arah lehernya saat ini.

Sebuah dasi tergantung di balik kerah seragam sekolah putihnya. Belum terpasang. Kedua tangannya memegang setiap ujung dasi itu. Rafi tampak berpikir keras.

Ibu sedang di rumah sakit saat ini. Kata Bapak, Ibu sedang menunggu adik datang. Nanti juga Ibu akan pulang bersama seorang adik baru. Bapak masih sibuk memanaskan motornya di luar. Tidak ada Mbak Siti, karena dia belum datang sepagi ini.

Dahinya mulai berkerut. Berusaha mengingat langkah-langkah yang diajarkan Ibu padanya tiga hari yang lalu. Sehari sebelum Ibu pergi ke rumah sakit.

“Yang satu harus lebih panjang dari yang lain,” ujarnya sambil menarik ujung dasinya menjadi panjang sebelah.

“Masukkan yang panjang ke belakang yang pendek,” ucapnya lagi.

Rafi berhenti sejenak. Ada yang salah. Kenapa jadinya tidak seperti yang dicontohkan Ibu, ya? Kembali diurainya dasi yang sudah terlilit itu.

“Masukkan yang panjang ke belakang yang pendek dari arah depan yang pendek.” Rafi berhasil mengingat langkah kedua.

Puas. Langkah selanjutnya menanti Rafi.

“Rafi! Cepat sedikit! Kamu bisa kesiangan nanti!” suara Bapak membuyarkan konsentrasinya.

Panik, Rafi bergegas melanjutkan kegiatannya.

“Masukkan yang panjang sekali lagi,” katanya dengan cepat.

Aduh! Lupa. Apa lagi ya? Rafi kembali panik.

“Rafi!” suara Bapak makin tidak sabar.

Air mata mulai merebak di matanya. Rafi tertekan. Harus bisa! Tekadnya dalam hati. Ditelannya tangis yang hampir keluar itu.

“Putar satu kali, lalu masukkan dari belakang,” katanya dengan bersungguh-sungguh.

Sudah terbentuk! Sepertinya ini sudah benar. Tinggal satu langkah lagi.

“Rafi! Bapak tidak mau panggil lagi, ya! Cepat keluar kamar dan kita berangkat sekarang!” Bapak benar-benar sudah tidak sabar.

Rafi mengatupkan bibirnya dengan rapat. Suara Bapak tidak boleh mengganggunya saat ini. Harus berhasil!

“Tarik yang panjang ke atas sampai rapi,” ujarnya lagi dengan harap-harap cemas.

“Horeee!” teriaknya sambil memandang puas ke arah cermin.

Berhasil! Dasi itu terpasang dengan rapi di leher kerah kemeja sekolahnya. Dan dia melakukannya sendiri. Untuk pertama kalinya.

Dengan bangga Rafi keluar dari kamar sambil membusungkan dadanya. Berusaha menunjukkan kepada Bapak akan prestasinya pagi ini.

“Lama sekali! Hampir Bapak tinggal kamu! Lain kali tidak boleh begitu, ya!” kecam Bapak sambil meraih tas Rafi dan meletakkannya di bagian depan motor.

Rafi masih berdiri di hadapan Bapak. Dadanya masih membusung, walaupun tidak segagah tadi. Hatinya menciut melihat wajah Bapak yang bersungut-sungut. Akhirnya perlahan dadanya mengempes kembali. Lunglai.

“Cepat naik!” Perintah Bapak begitu tegas.

Rafi naik ke atas motor Bapak dengan patuh. Bapak mulai menjalankan motor. Berangkat menuju sekolah. Memboncengi anak kesayangannya yang tengah patah hati.

image from http://www.jorashop.com/images/fashion/dasi-logo.jpg

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by windakrisnadefa on Nov 19 2010. Filed under Cerita Pendek. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara


Amprokan Blogger

Sponsor

images-1

---

Member Be-Blog

Sudahkah Anda menjadi bagian dari Be-Blog?

Siapa saja yang sudah terdaftar?

Login

Login Anggota
Lost Password?

Shoutbox


Loading

WP Shoutbox
Name
Website
Message
Smile
:mrgreen::neutral::twisted::arrow::shock::smile::???::cool::evil::grin::idea::oops::razz::roll::wink::cry::eek::lol::mad::sad:8-)8-O:-(:-):-?:-D:-P:-o:-x:-|;-)8)8O:(:):?:D:P:o:x:|;):!::?:



Gabung di Milis Blogger Bekasi

Powered by Yahoo Groups

© 2010 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in

Switch to our mobile site

- Designed by Gabfire Themes