Sepanjang Braga, Dan Seterusnya
Puisi Friday, December 24th, 2010 51 views Print Artikel IniSepanjang Braga adalah bunga-bunga kusam
Yang tumbuh dengan kisah-kisahnya sendiri
Kidung Melankolis adalah pesona rindu
dan hiruk pikuk, mungkin, hanyalah setitik nuansa
“Kita adalah nonsens!” katamu getir
Angin Parahyangan tertawa terbahak-bahak
“Kita hanya sampah, pasir, batu kali, rumput dan apa saja,”jeritmu kesal
Aspal beku yang terbaring menggeliat resah
Pada Bahunya kita diam
Malam jatuh dan langit mencucurkan air mata
“Bukan buat kita,” ulangmu berkali-kali
Dan langkah terseret satu-satu
Susuri Braga yang penat tertindih beban kita
Pada sepi jalannya kita terpaku bisu
Adakah malam masih menanti pagi?
Bandung, Juni 1991
Catatan :
Ini adalah puisi lama saya yang kebetulan saya temukan pada arsip Penerbitan Kampus Identitas UNHAS saat pulang ke Makassar minggu lalu. Diterbitkan di Identitas bulan Januari 1992.