Filosofi Asap dan Api
Fiksi Saturday, December 3rd, 2011 74 views
Allah Subhanahu Wataala menciptakan alam seisinya meiliki banyak faedah untuk kita amati, kita cermati, dan dijadikan pelajaran dalam mengambil keputusan hidup. Di antaranya yang akan saya kemukakan di sini adalah sebuah filosofi tentang asap dan api, meskipun hanya cerita fiksi semata, namun memiliki nilai untuk kita contoh.
Tulisan ini memuat “dialog asap dan api” yang saling membanggakan diri dengan kemampun dan keberanian masing-masing. Mungkin bagi sebagian orang kurang bermanfaat, tapi tidak ada salahnya celotehan ini diangkat ke permukaan.
Awal mulanya perdebatan antara anak dengan bapak yaitu ” api” dan “asap” yang saling mengklaim kekuatan masing-masing. Api berkata kepada asap ; hai anaku, kamu harusnya meniru bapak yang gagah berani, merah membara penuh semangat, dan ditakuti oleh semua penghuni bumi bila bapak marah, karena bapak punya wibawa yang besar.
Kekuatan bapak bisa membakar seluruh jagat raya hingga habis tak bersisa, dan semua manusia pasti membutuhkan bapak untuk semua kebutuhan hidup mereka, bahkan ada pula yang mendewakan bapak sebagai tuhan sembahan mereka.
Asap menjawab ; bapak jangan sombong dulu dong, biarpun aku anak bapak, tapi kedudukanku jauh lebih tinggi dari bapak. Aku selalu berada di atas melebihi ketinggian gunung sekalipun, sedangkan bapak cuma bisa ada di bawah saja. Berarti derajatku lebih tinggi dari bapak kan?.
Bapaknya berkata lagi ; biar bapak cuma ada di bawah tapi bapak bisa membuat orang takut dan panik, julukan bapak adalah ”si jago merah”, sampai-sampai bukan hanya di dunia ini makhluk takut sama bapak, tapi sampai ke akhirat pun bapak ditakuti, karena Alloh mengancam hamba-Nya yang tidak beriman akan dimasukan ke dalam neraka jahannam yang panas membara. Kalo kamu bisa apa? cuma tinggi doang, ga ada pamor yang kau miliki.
Anaknya menjawab ; jangan menganggap remeh aku pak, seluruh manusia di dunia sekarang ini sedang sibuk mengadakan pertemuan untuk membahas kerusakan ozon yang disebabkan oleh polusi, mereka sebut sebagai global warming, itu semua karena aku pak,..
coba bapak lihat di rumah sakit, banyak pasien yang menderita penyakit karena asap, bandara akan ditutup kalau saya turun menutupinya, pesawat banyak yang jatuh karena aku, kapal banyak tenggelam karena aku, yang jelas aku lebih mematikan daripada bapak.
bapaknya cuma manggut-manggut walau sebenarnya dia kesal karena gak mungkin ada asap kalo ga ada api, mungkin si anak lupa asalnya dari mana. kacang lupa kulitnya..
dari cerita di atas dapat diambil sebuah hikmah yang teramat penting, jangan pernah merasa sombong dengan dirinya, karena kesombongan tidak membawa kebaikan melainkan hanya kerusakan, perbedaan pendapat hanya menambah kerusakan semakin parah, apalagi saling tuding dan saling manjatuhkan.
Tatkala kita berada di ambang kematian, apa yang bisa kita perbuat? hanya diam dan pasrah menunggu hisab dari Sang Kholiqul Alam. Kesombongan hanya sebuah petaka seperti halnya cerita di atas.
Untuk itulah jangan kita berbangga dengan kesombongan, jangan pula kita sedih dengan ketidak beradaan, karena sombong hanya punya Yang Mencipta, dan ketiadaan adalah mutlak sifat makhluk yang dicipta dalam kelemahan. Sebagaimana dilansir dalam sebuah ayat Al-Quran : Khuliqol Insaanu Dho’iifa “Diciptakan manusia dalam keadaan lemah”.
Sehebat dan setinggi apapun kesombongan, sifatnya tidak lebih hanya sebagai perusak dan pembawa petaka saja.
Semoga bermanfaat… wallahu a’lam.
bangnas.
