Rumah Untuk Rakyat
Politik Tuesday, September 7th, 2010 367 views
Di beberapa perumahan sederhana di pinggiran kota Jakarta, anda bisa membeli rumah sederhana type 21 atau 27 dengan 1 atau 2 kamar dengan harga Rp 50 juta tunai. Dengan rumah sederhana dengan luas tanah sekitar 60 m2, bisa ditempati sebuah keluarga muda dengan 2 anak. Itu artinya bila pemerintah berbaik hati memberikan uang Rp 1 milyar untuk rakyatnya untuk membeli rumah tunai, akan didapat rumah sekitar 20 rumah untuk 80 orang. Dengan uang Rp 1,6 trilyun (sama dengan 1600 milyar) maka akan ada 36.000 rumah yang tersedia secara gratis untuk 144.000 orang.
Namun di Jakarta, uang senilai Rp 1,6 trilyun hanya cukup untuk sebuah gedung megah berlantai 36. Gedung yang menggapai awan tersebut hanya cukup dihuni 500 orang “perwakilan rakyat” beserta 5 orang stafnya. Berbeda dengan rumah-rumah sederhana ala kadarnya di pinggiran kota itu, di sini akan tersedia beragam kemewahan yang tak terbayangkan “rakyat sejati” tersebut : Spa, restoran, kolam renang,Apotik,dll.Mungkin ada juga karaoke dan panti pijat terselubung,siapa tahu?
Berbeda dengan rumah ‘wakil rakyat’ yang diperoleh secara gratis selama menjabat, rumah sederhana ala kadarnya milik para rakyat sejati harus dicicil selama 10-15 tahun dengan cara mengiris-iris keringat dari tubuhnya dari pagi sampai petang. Pemerintah ,kabarnya, tidak memiliki dana yang cukup untuk menyediakan rumah secara gratis untuk mereka. Lagipula, siapa sih mereka,sehingga mereka mau menuntut disediakan rumah secara gratis? Bila ‘perwakilan rakyat’ tadi mendapatkan fasilitas mobil mewah seharga Rp 1 milyar, gaji Rp 60 juta per bulan, , itu semata-mata karena mereka adalah warga-warga terpilih dan terhormat negeri ini. Mereka adalah simbol pengakuan bahwa negeri ini adalah termasuk Negara Demokrasi : Pemerintahan Oleh Rakyat Untuk (Wakil) Rakyat.
Setiap kali bencana alam melanda, ribuan bahkan puluhan ribu rakyat tercerabut dari rumah dan kampung halamannya. Mereka hidup di tenda-tenda, berdesakan, berhimpitan, berebutan sepiring makanan. Pemerintah seakan selalu terlambat karena tak punya apa-apa untuk diberikan. Bantuan dari Negara-negara lain yang memiliki rasa iba mengalir ke rekening pemerintah ketika Tsunami melanda Aceh dan Nias 6 tahun lalu, tapi masih banyak rakyat yang belum mendapatkan penggantian rumah. Mereka mungkin masih menunggu rumah mereka akan dibangun, tapi mungkin pejabat yang dulu ditunjuk untuk menangani bantuan tersebut sudah melupakan mereka karena sekarang sudah nyaman di dekat lingkaran kekuasaan di Istana.
Ketika Gunung Sinabung bangun dari tidur panjangnya selama 400 tahun, puluhan ribu penduduk di sekitarnya panik melarikan diri. Mereka hidup di tenda-tenda, berdesakan, berhimpitan dan berebutan sepiring makanan. Mereka mungkin tak tahu, di Jakarta, wakil-wakil mereka sibuk berdebat penting tidaknya membangun sebuah gedung mewah dan sejuk untuk 500 orang penghuninya beserta stafnya. Begitu jauh ternyata jarak yang memisahkan Tanah Karo dan Jakarta sehingga ,seperti kata Ebiet G.Ade, Jeritan mereka tak bersuara. Mungkinkah kau mendengarnya?


setuju bang.!
klo udah di atas langit, lupa sama daratan.
para wakil rakyat hanya ngurusin perutnya sendiri.
sekalian aja dijadiin mall.
[Reply]
Rihat Hutagalung Reply:
September 9th, 2010 at 9:56 AM
@aries rachmandy, Begitulah karakter wakil rakyat kita, lupa dengan nasib rakyat yang diwakilinya….Trims tanggapannya
[Reply]
biar makin adem dan tidur bisa ngorok.
[Reply]
Rihat Hutagalung Reply:
September 9th, 2010 at 9:59 AM
@ipung, Apa di rumah kurang tidur ya ..?? thx
[Reply]