Menangislah disepertiga malam, wahai anakku!
Agama Tuesday, December 14th, 2010 170 views
Keindahan yang dinikmati dalam jiwa seorang pemuda, sebutlah Ahmad, tak pernah terulang kembali saat ia menjadi seorang yang dewasa. Kehidupan sang pemuda tersebut telah tercampur dengan gaya hidup dan pola pikir yang menurutnya baru ia rasakan. Segala sesuatu yang baru ia rasakan itu tidak pernah terjadi saat ia dahulu bermukim dan belajar agama dengan salah seorang ulama besar dikampungnya. Ketaatan dan kesungguhan dalam menjalankan ibadah saat itu adalah hal yang luar biasa baginya, hingga tak jarang ia menghadiri kajian-kajian disiplin ilmu agama disetiap masjid-masjid. Sepertiga malamnya pun seringkali ia gunakan untuk mendekat kepadaNya, bersimpuh, mengadu, harap dan doa yang diiringi dengan air mata hingga membasahi sebahagian sorban yang ia kenakan.
Kini Ahmad melupakan tangisnya disepertiga malam yang dahulu pernah ia lakukan, ia pun menjadi jarang menghadiri kajian-kajian disiplin ilmu agama di masjid-masjid dan surau-surau kampungnya. Ahmad tak lagi mendengar nasihat sang Ulama yang berpetuah bijak dan selalu mengarahkannya ke kehidupan dunia yang lebih baik juga bekal untuk kehidupan akhirat nanti. Kehidupan yang dijalankan Ahmad kini tak seindah waktu lalu jika dilihat dari sisi moral dan agama. Kehidupan yang dijalankannya semata-mata hanya mencari kepuasan dan kesenangan sesaat didunia hingga satu persatu larangan pun dikerjakannya.
Suatu saat Ahmad dihadapi dengan cobaan yang sangat berat yang berasal dari keluarganya. Cobaan pun tak lepas satu persatu beruntun menimpanya dari hal terkecil, pekerjaan, perjalanan hidupnya, hingga diingatkan oleh kematian saudara sepupunya yang sangat akrab dan menjadi sangat berarti dalam hidupnya, kemudian selang berapa lama ia pun harus kehilangan nenek yang sangat ia cintai. Raga dan batinnya sangat terpukul hingga ia merasa Sang Pencipta tak adil memberikan semuanya ini dan memperlakukan hal tersebut kepada dirinya.Masya Allah ..
Ahmad saat itu bercermin dan mengingat kembali hakikat kehidupan di dunia yang fana ini sesaat setelah ibunya menangis dan bernasihat kepadanya, “Ahmad ..! layakkah kau mengikuti suara hati dan ego-mu tanpa kembali kau merujuk Al-Qur’an dan AsSunnah yang pernah kau pelajari diwaktu lalu bersama Ulama dan sahabat-sahabat perjuanganmu ?”, ucap ibu sambil meneteskan air mata dihadapan anak yang dicintainya. Ahmad tertegun sesaat dan mencium kaki ibu seraya berkata, “Ibu … maafkan anakmu ini ya! yang terlalu jauh menatap hidup dengan mengabaikan nasihatmu, mengabaikan nasihat ulama dan sahabat-sahabat yang baik disekitarku … hari ini aku bertaubat kepada Allah Swt. dihadapmu dan ridhoilah segala niat baik yang akan aku lakukan kelak!”. Ibu kembali menasihati Ahmad, “Kembalilah kau kepada Al-Qur’an dan AsSunnah dan kembalilah kau anakku tuk menangis disepertiga malam, memohon petunjuk kepadaNya dan berharap atas ampunanNya!”.
notes:
kesamaan nama dalam cerita ini adalah sebuah kebetulan semata.
menangis disepertiga malam bermakna mengerjakan shalat tahajud / qiyamullail

ketika indah -semu- dunia lebih menyilaukan dan melenakan diri…
_Ampuni aku Ya Allah…_
[Reply]
Subhanallah..Thanks bwt artikelnya,menarik bgt.
[Reply]