Operasi S05
Cerita Pendek Sunday, May 29th, 2011 745 views Print Artikel IniSiang itu Aryo sedang duduk menikmati minuman soda dingin kesukaannya di sebuah kedai dekat Ueno Cresent, di hari yang cukup panas. Aryo adalah seorang pria muda asal Indonesia dengan tinggi rata-rata orang asia, berbadan cukup atletis. Kulitnya yang putih bersih memberikan kemudahan untuk dapat masuk ke dalam lingkungan tempat tinggalnya di Singapore. Wajahnya dapat dibilang cukup tampan, apalagi dengan kacamata yang menghiasi, seperti Clark yang jadi Superman. Sehari-hari ia bekerja sebagai tenaga helpdesk sistem komputer untuk sebuah perusahaan keamanan di malam hari. Tiga hari sekali dia libur, dan siang hari ini adalah hari liburnya.
Kaleng minuman sodanya masih tersisa dua tiga teguk lagi, saat Blackberrynya bergetar. Sebuah pesan di BBM, “Email sudah dikirim, mohon replynya”. Kode dari Bang Umar, seorang koleganya di Jakarta, sebagai tanda dimulainya operasi S Kosong Lima. Segera ia membalas “Baik, secepatnya email dibaca.” sebagai konfirmasi operasi dimulai.
Setelah menengguk habis dan segera menuju Stasiun MRT Ueno yang berada tak jauh dari tempat ia saat ini berada. Aryo naik kereta bawah tanah berikutnya yang menuju bandara Changi. Sambil berjalan, ia mengirimkan pesan singkat melalui BBM ke rekan satu tim-nya, “I’m on my way to Changi Airport. Pak De, meet me there”. Sambil duduk, ia membuka tas travelbag-nya lagi memastikan dua amplop coklat yang masing-masing berisi satu tiket pesawat terbang menuju Jakarta sudah dipersiapkan untuk berangkat sore itu juga.
Diambilnya ponsel Blackberry dari saku jaketnya, ia menjalankan aplikasi khusus. Setelah memasukan password, aplikasi itu menampilkan sebuah folder bernama “Singapore 05″. Segera dipilihnya folder, itu dan tambah beberapa berkas di dalamnya. Dipilih salah satunya, dan keluarkan sebuah halaman berisi profil data seseorang lengkap dengan foto wajah. Targetnya bernama Sudin. Wajah klimis dan sedikit garis keras tampak didahinya. Diamati wajah itu lekat-lekat terutama matanya, ia tidak ingin orang itu lewat begitu saja dihadapannya nanti.
Setelah melewati lima stasiun, sampailah ia di bandara Changi. Ia tidak menuju ke tempat pemberangkatan, namun naik ke lantai satu ke bagian kedatangan di Terminal Tiga. Ia mengamati papan pengumuman elektronik dengan seksama, Garuda Indonesia, GA828, Jakarta - Singapore, diperkirakan tiba pukul 14.20 SGT. “Masih ada waktu tiga puluh menit” katanya dalam hati. Segera ia menuju ke Killiney Kopitiam, untuk duduk sejenak sambil menanti kedatangan Pak De. Ia pun duduk dan memesan secangkir Cappuccino.
Tak beberapa lama kemudian, seseorang bertopi baseball duduk di depan meja Aryo. Pria yang sudah terlihat cukup berumur, berkulit coklat dan bertampang rapi bersih, namun terlihat tegap. Ia adalah Pak De yang dikirimi pesan Aryo tadi. Pak De mengeluarkan tablet PC-nya, dan tangannya segera sibuk menyentuh sambil terlihat memperhatikan layar yangada. Aryo yang duduk segera mengeluarkan sebuah amplop yang berisi tiket pesawat dan diletakan di meja dihadapannya. Tak beberapa lama kemudian, ia segera berdiri dan menuju ke terminal keberangkatan. Amplop itu segera diambil oleh Pak De dan dimasukan ke dalam jaket coklat-nya.
Pukul 14.40, seorang pria dengan berjas keluar sambil membawa troli. Troli itu mengangkut dua koper, satu berukuran besar dan satu berukuran kecil. Sebuah tas jinjing bertali yang mengantung di bahu lelaki itu, sambil mendorong ia mencari tanda antrian taksi. Pak De telah mengamati lelaki itu sejak dalam ruangan pengambilan bagasi. Lelaki itu segera ia mendorong troli itu ke arah yang ditujunya.
Namun sebuah tangan menepuk bahunya… “Pak Sudin!”. Lelaki itu berjas terpaku, pikirannya seperti melayang lepas, jatuh ke dalam pusaran tanpa dasar.
Pikirannya hanya menangkap rangkaian perintah.
“Pak Sudin, Ini ada sebuah amplop berisi tiket kembali ke Jakarta. Bapak segera menuju ke lantai 3 untuk keberangkatan pulang. Bapak naik pesawat garuda jam setengah enam. Teman bapak, Pak Aryo, menunggu bapak di sana.”, ucap tegas suara pak De di telinga Pak Sudin. Sebuah amplop disisipkan ke saku jas kanan oleh pak De. Secepat itu pula pak De menghilang di antara kerumunan yang keluar menuju Sub Way di sebelah kiri terminal.
Pak Sudin melanjutkan perjalanannya, namun mengalihkan arah trolinya ke lift yang membawanya ke lantai tiga. Sesampai di lantai tiga, Aryo sudah menanti dan membantu pak Sudin untuk kembali check in untuk pesawat penerbangan ke Jakarta.
-o-
(Bandara Soekarno Hatta)
Pesawat Garuda GA831 mendarat dengan mulus di bandara Soekarno Hatta, kala remang waktu magrib menuju kegelapan malam dengan hiasan lampu yang bersinar terang. Para penumpang turun dengan teratur menuju ruang periksa imigrasi kedatangan.
Pak Sudin berjalan lebih dahulu dengan tas jinjingnya di tangan kanannya. Aryo berjalan dibelakang lelaki itu. Sesaat akan masuk kedalam antrian, ditepuknya bahu lelaki lagi. “Selamat Pak Sudin, sudah sampai di Jakarta kembali”. Aryopun berbalik arah ke belakang beberapa orang.
Lelaki bernama Sudin seperti terbangun dari mimpi. Ia tampak kaget dan memperhatikan suasana sekelilingnya. Ia tidak habis pikir bagaimana ia bisa ada di tempat itu, terakhir dia ingat, ia mendorong troli di bandara Changi. Ia mencari cara untuk keluar barisan, namun sikapnya itu hanya akan mengundang kecurigaan petugas imigrasi saja.
Ia berusaha menutup kegugupan dirinya, tanganya agak gemetar mengeluarkan paspor dari tas jinjingnya. Ia berharap petugas bandara itu tidak menemukan kesalahan apapun. Dengan senyum kecil, ia menyerahkan paspor ke petugas imigrasi. Petugas itu tidak tersenyum, ia hanya memeriksa paspor dan menekan tombol. Kemudian dia keluar dari tempat duduknya dan berdiri di samping Pak Sudin. Dua orang petugas sedikit berlari keluar dari pintu pengawas menuju meja pemeriksaan nomor dua dimana pak Sudin diperiksa.
“Maaf Pak Sudin, Anda kami minta untuk dapat menyelesaikan pemasalahan administrasi di ruangan kami” ucap petugas pemeriksa. Ketiga petugas itu menempel ketat di kanan, kiri dan belakang pak Sudin. Dan segera ia dibawa ke ruangan khusus di mana para petugas tadi keluar.
-o-
Aryo berjalan keluar dari ruangan kedatangan. Ia berjalan menuju arah Bus Damri yang akan mengantarnya ke tengah ibukota. Blackberrynya kemudian bergetar lagi, Aplikasi BBM menampikan pesan dari Bang Umar. “Email sudah diterima dengan baik. Terima kasih atas quick responsenya”. Segera ia membalas “Sama-sama, Bang. Semoga sukses dengan proyeknya”.
Ia pun duduk di kursi Damri ke arah Lebak Bulus itu, sambil tangannya menarik koran yang tetinggal di depan tempat duduknya. Sebuah foto berisi beberapa orang yang menjadi pusat berita berada di halaman depan koran , dengan sedikit keterangan “Beberapa oknum diduga terkait dengan penyelewengan anggaran pemerintahan”. Ia melihat pak Sudin salah satu dari orang yang berada di dalam foto yang ditampilkan koran.
Aryopun tersenyum kecil, sambil menutupkan koran di wajahnya. Iapun menguap lebar, lelah. Rupanya cappuccino tidak cukup kuat menahan rasa kantuknya.
Print Artikel Ini
share yg bernanfaat,,,
nice article sobh,,,
[Reply]