Home » Artikel » Paketan dan Lenyapnya Kampung Kami…..

Paketan dan Lenyapnya Kampung Kami…..

MM, Sama sekali tidak mengakomodir Budaya Bekasi (foto:google)

Paketan, (foto : komar)

Ads

Ini cerita tentang lenyapnya kampung dan budaya kami.

Ini budaya bagus yang masih hidup di kabupaten Bekasi.Khususnya di daerah pesisir dan Bekasi Utara. Goresan berikut terinspirasi setelah kondangan ke rumah Ramin, Kampung Gebang Tinggi, Desa Jaya Bakti, Kecamatan Sukawangi.

Paketan, namanya.

Sistem gotong royong dalam agenda tertentu. Seperti arisan gitu lho….kalau ada tetangga yang hajatan, kita bisa ngirim apa saja. Nanti oleh team yang ditunjuk secara turun temurun dicatat. Pas ntar kalau kita yang hajatan maka sang tetangga pun mulangin sebesar yang kita berikan.
13091306261220667685

Paketan. Budaya gotong royong yang masih hidup di Bekasi. (foto : komar)

Modelnya pun macam-macam. Bisa uang cash. Traveller check, eh gak deng, maksudnya barang. Berupa cabe, bawang, daging, minyak sayur, sayuran dan lain-lain. Apa bae dah yang dibutuhin oleh yang hajatan. Tinggal ntar kalau pas dia hajatan, kita pun harus mengembalikan sesuai dengan apa yang sudah diberikan. Kalau kemaren ‘nganter” tiga kilo daging, sekarang pun harus nganter sebanyak itu.

Bagaimana pun ini suatu yang bagus. Gotong royong dalam memikul beban hidup. Karena hajatan atau kriyaan seperti ngawinin atau nyunatin itu suatu yang menjadi pasti dalam kehidupan rumah tangga. Kalau punya anak kecil nyunatin. Kalau anaknya besar ya ngawinin.

Sistem budaya ini adalah kearifan lokal yang kudu dijaga kelestariannya. Didukung oleh warga yang netep. Warga tempatan. Artinya, ampe kapan pun gak bakalan pindah entu orang. Jadi, cepat atau lambat uang atau barang yang kita berikan pasti balik.

Dalam kamus Wiki, Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Nah, cara hidup dengan berpaketan tadi berpengaruh ke wilayah budaya lain. Sistem patron klien yang menguat. Masih satu kampung, masih saudara, masih deket…ini istilah-istilah yang dipake untuk menyatakan keguyuban satu entitas di sini. Efeknya, kekerabatan menguat. Jeleknya, tidak rasional. Mau jelek mau gak saudara gue. Gue pasti bela. Ukuran nilai gak ada. Yang penting dia orang sekampung. Right or wrong, he is my brother. Makanya, kalau sudah ada foreman di Lapas Bulak Kapal dari Bekasi bagian Utara maka foreman selanjutnya dari kampungnya juga. Jadi, betul kata para pakar, bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Masalahnya adalah ketika perubahan wilayah terjadi, sanggupkah masyarakat Bekasi mempertahankan kearifan lokal sebagai bahan bakar untuk hidup harmoni dengan sesama?

Kalau melihat contoh perkembangan di Kota Bekasi, saya kasih nilai PASTI TIDAK MAMPU!

Biang keroknya pembangunan perumahan. Mereka hadir membeli lahan. Hektaran. Terus dibangun perumahan. DIkasih nama seenak udelnya. Dikasih ornamen bangunan sakarepe dewek! Kagak dikasih secuil pun ruang buat budaya asli kami. Kampreet!

Pengembang datang ke Bekasi bak laksana penjajah. Beli lahan, bangun sesuai syahwat mereka. Makanya di Harapan Indah pernah terjadi pembongkaran patung 3 diva. Itu sebenarnya karena pengembang tidak mengakomodir budaya setempat setempat.

Akhirnya saudara-saudara………..datanglah ke Bekasi. Keluar TOl Bekasi Barat, kita gak bakalan mikir sudah nyampe di Bekasi. Karena suasanannya kagak beda ama TOmang, atau Slipi atau malah Senayan.

Ora ada nuansa yang khas…..Bekasi gitu lho. Oooh…kita sudah sampe di Bekasi ya.

Giant berdiri dengan sombong sembari bertolak pinggang. Nih, gue…..lu siapa? minggir lu orang kismiiin….duit-duit gue, gue bangun apa keq, terseah gue dong…..Kira-kira begitu kata Giant, hipersex, eh, hipermar di muka tol Bekasi Barat. Kagak ada akomodasi buat Budaya Asli Bekasi…..kurang ajjjjarr!
13091324991229718675

Metropolitan Mall (sumber : google)

Di sebelah kirinya, ada Metropolitan Mall. Kita Nyebutnya MM. Anda bisa beli baju sekalian ABG-nya di situ. Kuncinya satu ada fulus, semuanya mulusssss……Metrropolis banget. Semua barang branded ada di sini. Gak perlu ke Plaza Indonesia dahh…di MM juga ada. Tapi, teteeuup….kagak ada akomodasi buat budaya asli Bekasi. Emang gue pikirin….!

Ke Kiri lurussss..habis Stadion mulai ada pembangunan Summarecon. Kasusnya sama. Pengembang ini pun akan membunuh kampung-kampung tradisionil kami. Rawa Bugel bakalan punah. Kalah Ngettop ama Summarecon…..Ya iyallahhhh!

Nanti kasusnya sama di wilayah lain. Orang lebih kenal Jababeka, Lippo, MM2100, dibanding kampung-kampung enyak babe gue, di sono ada Pasir Gombong, ada Kongsi, ada Cicau.

Teluk pucung jungkirbalik hilang lenyap kalah ngetop ama Perumahan Wisma Asri. Sekarang ngetopnya SWISS (seputar wisma asri)

Harapan Indah mengusir kampung Tannapit.

DI daerah Selang, Tambun dan kampung Siluman, kalah ngetop ama Perumahan Tridaya Estate, Puri Cendana dan lain-lain.

Akhirnya, begitulah adanya. Paketan adalah budaya asli yang hidup di Kab, Bekasi. Budaya yang baik, gotongroyong, kebersamaan, kekeluargaan dan saling tolong menolong. Tapi, kalau tidak ada usaha sengaja dari pemda untuk melestarikannya, saya kuatir, kasusnya sama dengan Lenyapnya Kampung kami…..Ayo, selamatkan kampung tradisionil Bekasi! [kim]

MM, Sama sekali tidak mengakomodir Budaya Bekasi (foto:google)

[caption id="attachment_14204" align="aligncenter" width="448" caption="Paketan, (foto : komar)"][/caption]

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by komar on Jun 27 2011. Filed under Artikel. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Jumlah Member saat ini : 1057. Dan terus bertambah..
Daftar Disini


Penghargaan: Blog Komunitas berbasis Wilayah Terbaik 2010


Amprokan Blogger

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara


Amprokan Blogger

Sponsor

images-1

---

Member Be-Blog

Sudahkah Anda menjadi bagian dari Be-Blog?

Siapa saja yang sudah terdaftar?

Login

Login Anggota
Lost Password?

Shoutbox


Loading

WP Shoutbox
Name
Website
Message
Smile
:mrgreen::neutral::twisted::arrow::shock::smile::???::cool::evil::grin::idea::oops::razz::roll::wink::cry::eek::lol::mad::sad:8-)8-O:-(:-):-?:-D:-P:-o:-x:-|;-)8)8O:(:):?:D:P:o:x:|;):!::?:



Gabung di Milis Blogger Bekasi

Powered by Yahoo Groups

© 2011 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in

Switch to our mobile site

- Designed by Gabfire Themes