Home » Artikel, Politik-Hukum-Keamanan » Bedanya Antasari dan Darius Stone

Bedanya Antasari dan Darius Stone

Foto ini merupakan kiriman dari mas Boni yang konon sedang berusaha salaman dengan Ratu Elizabeth

Hari Rabu kemarin, 25 November, saya janjian bertemu dengan Mas Aris dan Om Jay, penggiat Komunitas Blogger Bekasi, di selasar salah satu cafe yang ada di Bekasi Cyber Park. 3 jam lebih, hanya ditemani secangkir kopi cappucino, kami habiskan untuk berdiskusi tentang berbagai isu mulai yang ringan-ringan sampai isu yang sedang trend.

Kongkow sampai larut malam membuat saya teringat masa-masa jadi aktivis mahasiswa di Bandung. Hanya yang membedakan, dulu cuma kopi tubruk segelas sambil ngobrol tentang neo-marxisme, sosialisme dan ideologi yang kekiri-kirian. Sekarang, tema obrolannya berubah, nuansanya sudah neolib. Nongkrongnya tidak lagi di pinggir jalan sempit atau cafe kampus, tapi sudah pindah ke cafe franchise yang berasal dari mbah-nya liberalisme.

Lantas, apa hubungannya kongkow di cafe dengan judul tulisan ini ? Memang tidak ada hubungan sama sekali. Tapi kalau mau dihubung-hubungkan bisa saja, seperti kasus Bibit Candra. Walaupun bukti permulaan banyak yang menilai tidak kuat, toh…akhirnya ditahan juga. Kalau yang punya kuasa sedang jahil, pasal apa pun bisa diterapkan.

Nah….Gara-gara keasyikan ngobrol itu lah, saya pulang agak malam. Tiba di rumah, langsung ambil remote sambil merebahkan badan di kursi kesayangan menikmati siaran TransTV yang kebetulan menayangkan film XXX: The Next Level. Film ini lah yang mengingatkan saya pada kasus Antasari.

Cerita film ini adalah tentang ancaman terhadap Presiden US yang akan menjadi target pembunuhan oleh sekelompok radikal yang bertentangan dengan pemerintah. Sekuel pertama mirip dengan kisah pembunuhan Nasarudin yang diduga kuat melakukan ancaman halus terhadap Antasari Azhar. Hanya yang membedakan, kalau cerita di film lebih didorong oleh ideologi superioritas ala Kapitalisme Amerika, sedangkan di acara reality show-nya Antasari justru karena urusan wanita. Jauh banget bedanya…….

Dikisahkan kemudian, Presiden US memerintahkan dua orang untuk menyelidiki ancaman yang diterimanya. Mereka adalah Augustus Gibbons (Samuel L. Jackson) yang baru saja mendapat promosi di markas besar Agen Keamanan Nasional. Gibbons meminta anak buahnya, Darius Stone (Ice Cubes) yang bertugas di penjara militer, untuk membantu menyelidiki ancaman terhadap presiden. Nah….ini lagi-lagi mirip dengan kisah Antasari. Merasa terancam, Antasari melapor ke Kapolri bahwa dia mendapat ancaman teror dari seseorang. Kapolri kemudian membentuk tim yang menyelidiki ancaman teror tersebut. Kasus ini yang kemudian menyeret Kombes Wilardi Wizard yang konon diminta bantuan untuk mengerahkan detektif swasta mem-backup­ tim bentukan Kapolri.

Singkat cerita, akhirnya Gibbons dan Stone mengendus adanya konspirasi tingkat tinggi yang melibatkan Menteri Pertahanan (Menhan) Deckers, yang diperankan dengan baik oleh Willam Dafoe. Merasa kedoknya akan terbuka lebar, Menhan Deckers ”mengamankan” Gibbons dan menjebak Stone dalam pembunuhan Pattibone, seorang Komandan Kapal Perang.

Sampai sekuel yang ini, saya merasa kok…ada kemiripan dengan kasus Antasari. Publik kemudian mengendus adanya sesuatu yang disembunyikan dalam kasus Antasari. Fakta sidang menggambarkan tersangka Edo dkk menyangkal telah melakukan pembunuhan. Mereka mengaku ada tim lain pada saat peristiwa penembakan. Bahkan bukti lain menunjukkan pistol yang dibawa oleh Edo dkk rusak sehingga tidak bisa dipakai. Lantas, siapa sebenarnya pelaku yang menembak Nasarudin ? sampai saat ini, belum ditemukan the man behind the stage.

Ini lah bedanya dengan cerita fiksi di film. Pembunuhan serumit apa pun pasti akan ditemukan pelakunya. Dalam kasus Antasari, sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar. Bahwa ada aroma konspirasi tingkat tinggi sangat jelas tercium baunya. Lihat lah bagaimana drama politik yang terjadi di Komisi III. Bahkan nama Allah diseret-seret dan dilengkapi dengan cucuran air mata, agar meyakinkan publik bahwa kasus yang sempat menghebohkan jagat tidak pernah ada rekayasa. Wallahualam…..

Akhir cerita film XXX: The Next Level, seperti biasa ditutup secara adat ala Amerika. Sang penjahat mati secara mengenaskan. Sedangkan pemeran utama, melangkah dengan senyum kemenangan, tidak lupa tangan kiri menggenggam pistol dan tangan kanan menggandeng seorang wanita. Akhir cerita khas Amrik. Sedangkan drama Antasari masih terus berlanjut dan tidak bisa ditebak di mana akan berakhir. Siapa yang akan tersenyum dan siapa yang akan menangis masih belum dapat diungkapkan ke publik ? Misteri adalah cerita klasik dalam menegakkan keadilan di Indonesia, apalagi sang sutradara tidak kunjung ada yang mengaku.

Bagaimana nasib orang-orang yang diduga kuat berada di balik kasus ini ? Seperti biasa diselesaikan secara adat ala Indonesia. Yang terlibat masih menduduki jabatannya dengan tenang, kalau ada tindakan paling disimpan dulu di kotak agar tidak mendapat sorortan publik. Suatu saat nanti, ketika suasana sudah tenang baru akan dimunculkan kembali, bahkan dengan jabatan yang lebih tinggi dan kekuasaan yang jauh lebih besar.

Sungguh sulit mengungkap kebenaran dan keadilan di negeri yang mengaku ideologinya masih Pancasila. Tidak ada penyelesaian yang jelas dan konkrit….ideologi hanya menjadi tameng untuk menutupi berbagai skandal. Sungguh, ini adalah ongkos sosial yang sangat besar harus ditanggung bangsa ini. Rentang sejarah yang panjang mulai dari kemerdekaan 1945, revolusi 1965 dan yang terakhir reformasi 1998 seakan-akan tidak berarti apa-apa bagi penegakan hukum dan keadilan.

Untuk perubahan yang lebih baik, rasa-rasanya tidak perlu ada reformasi jilid II yang hanya menjadi beban sosial di kemudian hari. Dengan adanya komunitas bloger ala Bekasi sudah cukup untuk menampung berbagai unek-unek atau ekspresi politik yang tidak tersalurkan melalui saluran yang formal. Nge-Blog adalah salah satu upaya untuk mengurangi stress akibat ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada. Kalau dibiarkan bisa menjadi penyakit jantung. Konon, para blogger jarang yang terkena penyakit jantung. Karena itu terus lah nge-blog.

Terima kasih Mas Aris, Mas Yul, Om Jay dan kawan-kawan lain yang telah berjibaku dan tanpa pamrih mengawal portal Blogger Bekasi. Setidaknya, peran itu telah memberikan kontribusi besar terhadap pengurangan resiko penyakit jantung di Kota Bekasi.

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by mharunalrasyid on Nov 27 2009. Filed under Artikel, Politik-Hukum-Keamanan. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara


Amprokan Blogger

Sponsor

images-1

---

Member Be-Blog

Sudahkah Anda menjadi bagian dari Be-Blog?

Siapa saja yang sudah terdaftar?

Login

Login Anggota
Lost Password?

Shoutbox


Loading

WP Shoutbox
Name
Website
Message
Smile
:mrgreen::neutral::twisted::arrow::shock::smile::???::cool::evil::grin::idea::oops::razz::roll::wink::cry::eek::lol::mad::sad:8-)8-O:-(:-):-?:-D:-P:-o:-x:-|;-)8)8O:(:):?:D:P:o:x:|;):!::?:



Gabung di Milis Blogger Bekasi

Powered by Yahoo Groups

© 2010 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in

Switch to our mobile site

- Designed by Gabfire Themes