“Bekasi, A Missing Identity”
Sejarah, Sosial-Budaya Monday, January 25th, 2010 892 views
Saya bisa merasakan secercah emosi ketika membaca testimonial seorang saksi sejarah bernama Saih di sebuah blog. Laki-laki tua yang menjadi saksi sekaligus korban selamat dari Pembantaian Rawagede yang menewaskan 431 orang. Beliau menuturkan, pada 9 Desember 1947, dirinya berhasil selamat setelah berpura-pura mati ketika pasukan Belanda memberondong semua penduduk laki-laki dengan senapan.
Aksi pasukan Belanda itu terjadi ketika Belanda melancarkan Agresi Militernya yang pertama. Untuk menumpas laskar-laskar perjuangan rakyat dan unit pasukan TNI khususnya Divisi Siliwangi yang berulang kali menyerang pos-pos pertahanan Belanda, maka pasukan Belanda mulai melakukan sweeping kawasan Bekasi yang menjadi salah satu basis pergerakan. Akibatnya, penduduk terdesak hingga ke Karawang. Rawagede, daerah perbatasan Karawang-Bekasi di sanalah aksi keji itu berlangsung.
Pembantaian itu sendiri merupakan kejahatan perang dan jelas-jelas melanggar HAM namun setahu saya belum ada sanksi atau tindakan hukum kepada Pemerintah Belanda hingga saat ini.
Kisah heroik diatas hanyalah sekelumit sejarah yang jarang sekali kita temukan di buku sejarah. Sebuah catatan sejarah yang terlupakan. Terkadang memang sejarah tak pernah luput mengikutsertakan kepentingan yang bermain di belakangnya.
Kota Patriot?
Beberapa tahun yang lalu ketika hendak menyusun tugas akhir, saya sempat bertanya-tanya sendiri. Kenapa Bekasi, sebuah daerah yang begitu strategis, kota satelit bagi ibukota negara, maju akan industrialisasi dan sektor jasa, serta kawasan potensial bagi jutaan migran dari seluruh Indonesia mendapat kehormatan sebagai Kota Patriot.
Tentu saja saya masih ingat tentang romantisme puisi Karawang-Bekasi itu yang begitu menggugah semangat juang. Begitu juga kisah para pejuang yang tak pernah dituliskan namanya dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia, seperti dalam salah satu novel terbaiknya Pramoedya Ananta Toer “Di Tepi Kali Bekasi”.
Sepertinya ada yang salah, kurang tepat dan tidak pada tempatnya. Kenapa nggak sekalian saja diganti “Bekasi Kota Patroli” mengingat maraknya aksi kriminalitas atau “Bekasi, Your Next Destination City” mengingat suburnya bisnis properti dan migrasi besar-besaran penduduk dari luar Jakarta. Padahal, jika kita telusuri nilai strategis Bekasi saat ini sebagai gerbang menuju ibukota, begitu pula pentingnya peranan Bekasi di masa lalu. Jadi tutup saja buku sejarahmu itu, karena sejarah Bekasi lebih banyak kita temui di sekitar kita jika kita mau peduli.
Belasan tahun saya pergi ke sekolah melewati monumen simbol perjuangan rakyat, tapi apa saya pernah tergugah? Saya lupa seperti apa persisnya perasaan saya saat itu. Bertahun-tahun saya menunggu kereta yang membawa saya ke Jogja tanpa tahu nilai historis Stasiun Bekasi. Melihat Kali Bekasi yang airnya selalu tenang bahkan cenderung kekeringan, tapi herannya rumah saya sering kebanjiran, padahal disanalah banyak episode perjuangan rakyat berlangsung. Suatu kali saya bahkan dibuat tak percaya melihat bambu kurus kerempeng dengan warnanya yang pudar ditengah-tengah perempatan, menurut penduduk sekitar bambu itu adalah monumen perjuangan rakyat ketika melawan penjajah.
Miris sekali rasanya melihat kemajuan Bekasi jauh melangkah meninggalkan identitas yang membentuk karakter kota ini. Guru sejarah saya semasa sekolah hampir-hampir tak pernah menyebutkan pergolakan sejarah di Bekasi secara kongkret. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat rasa ingin tahu saya makin membesar, dari berbagai sumber saya menemukan sejarah Bekasi sudah diukir jauh sebelum era kolonial dimulai. Bekasi sejak awal memang merupakan kawasan strategis hingga menjadi pusat Kerajaan Tarumanegara.
Dalam bundel arsip surat kabar di Perpustakaan Nasional RI, saya menemukan cerita bersambung di salah satu surat kabar waktu itu tentang jawara-jawara di daerah Tambun. Tak diragukan lagi, Bekasi memang terkenal akan semangat patriotismenya. Begitu juga catatan sejarah tentang peristiwa Bekasi Lautan Api. Dosen saya bahkan menuduh saya mengada-ngada tentang peristiwa itu.
Identitas sebuah bangsa adalah cerminan dari karakter orang-orangnya, begitu pula halnya dengan sebuah kota. Bekasi yang dikenal dengan sebutan kota patriot merujuk pada patriotisme, sifat tangguh dan pantang menyerah penduduknya. Sebuah basis pergerakan rakyat yang terkenal akan laskar-laskar perjuangannya. Kini hendaknya kita mawas diri, masih pantaskah gelar tersebut dipakai sementara semangat patriotisnya sudah tumpul terkikis modernitas.
Ini bukan primordialisme, hanya saja mungkin kata-kata “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya” terlalu klise, keinginan saya hanyalah mengembalikan identitas Bekasi yang pudar. Penghargaan kepada para pejuang seperti sebuah museum yang mengabadikan jutaan momen di tanah kita.
Saya percaya pejuang-pejuang yang terpinggirkan seperti dalam novelnya Pramoedya atau kesaksian Pak Saih, suatu waktu akan menjadi catatan sejarah yang tak pernah dilupakan.
History is a guide to navigation in perilous times. History is who we are and why we are the way we are (David C. McCullough).

Sampai-sampai saya membaca artikel ini berulang-ulang. Banyak ilmu baru yg saya dapatkan bahkan memang tidak tertuliskan di buku sejarah.
Sebuah bacaan yg indah.. Terima kasih atas pelajaran sejarah bekasi ini…
[Reply]
catila Reply:
January 26th, 2010 at 9:50 AM
@Belajar Blog, Thanks dah baca posting saya…
saya memang tertarik sm sejarah, dan merasa malu kalo gk mngenal sejarah tempat tinggal saya sendiri… Masih banyak sejarah Bekasi yang perlu kita explore…
[Reply]
Artikel yang sangat menarik.. Saya membacanya sampai beberapa kali dan selalu “enjoy” dengan tutur bahasanya… Terus terang ini menjadi bahan pembelajaran bagi saya karena memang tidak semua yang diceritakan diatas, bisa dengan gampang kita dapatkan di bangku formal..
[Reply]
catila Reply:
January 26th, 2010 at 9:53 AM
@Irfan, Thanks for the response..
seneng banget rasanya bisa berbagi pengetahuan..
[Reply]
Bekasi is sleeping and dreaming! Jati diri Bekasi sangat kuat, solid dan membumi meskipun gejolaknya belum terlihat. Untuk itu anda dan kita semua yang harus mewujudkan ” the missing identity” itu. Saya sadar benar bahwa jati diri Bekasi, masyarakatnya yang santun dan penuh peradaban akan ditunujkkan pada saat yang tepat nanti, bisa besok, nanti bahkan sekarang, tinggal kapan moment itu datang. Namun sebagai generasi baru, saya juga berharap anda dan kita semua segera membangunkan kembali jati diri itu. Mari kita berjuang untuk Bekasi! Wassalam.
[Reply]
catila Reply:
January 26th, 2010 at 4:43 PM
@Majayus Irone, Salam Kenal yah..
Siapppp Pak.. we’re all have our own way to make it come true..
[Reply]
artikel bagus. TOP BGT!
setuju. memang pemkot kagak merhatiin sejarah bekasi. bukan cuman sekarang dari jaman doeloe. sejarah-budaya lokal-seni-dll lom jadi prioritas….
liat aja di apbd…alokasi buat yang gituan keciiit…..
-dari bocah bekasi
[Reply]
Bung Karno pun pernah mengatakan agar “Jas Merah” … jangan sekali-kali melupakan sejarah. Dalam konteks ini mungkin para blogger Bekasi bisa memulai memainkan perannya mengenalkan sejarah Bekasi kepada masyarakatnya. Lewat tulisan-tulisan kita dorong peran serta pemerintah kota dan kabupaten untuk lebih sadar akan sejarah.
Nice posting mbak, ditunggu postingan selanjutnya
[Reply]
aris heru utomo Reply:
January 27th, 2010 at 11:46 AM
@aris heru utomo, o ia saya tambahin foto stasiun KA Bekasi nich
[Reply]
@komarudin ibnu mikam, perlu dibuat pusat kesenian juga ya jadi seni budaya lokal nggak mati…
@aris heru utomo, yuppp pak.. makasih ‘dah ditambahin pic bikin org jd tertarik baca… o iya pak, kata voltaire pena juga bisa bisa meruntuhkan negara lho..
[Reply]
Waaw, great article
Saya juga tinggal di Bekasi sejak kecil dan well yeah, saya gatau sama sekali tentang sejarah Bekasi.Artikel ini jadi menggugah saya untuk mengenal lebih jauh Bekasi, kota yang saya rindukan sekaligus saya benci soal semrawutnya
[Reply]
Mulai sekarang, nyok kita sama-sama nyariin identitas nyang ilang ntuh, korek-korek sana sini, dengan belajar serius, bekerja iklas, berbuat jujur dan berani untuk gagal, karena sukses hanya hak preogratif dari Tuhan YME. Nyok..nyok..nyok..mpok dan abang kita begawe sesuai profesi!
[Reply]
catila Reply:
January 31st, 2010 at 9:15 AM
@Rise, Thanks yah dah baca.. mudah2an bs bGuna.. bener, bete bgt lyt Bekasi yang makin semrawut gini, mdh2an kedepan pemkot bisa lbh merhatiin tata kota bukan cuma shopping center aja yg diprioritaskan.
@Majayus Irone, bener gk bang klo identitas itu ibarat akar yang menancap di tanah.. coba bayangin klo ada pohon yang tinggi besar tapi gk berakar? tumbang juga kan…
[Reply]
saya setuju mbak kalau bekasi itu tidak memiliki ciri khas yang pas dan masyarakatnya pun tidak mengetahui sejarah kota bekasi, ini terbukti dg penelitian sederhana saya bahwa 65% dari 20 responden menjawab bahwa mereka tidak mengetahui sejarah kota bekasi sesungguhnya…
memang mbak kenyataan ini sangat miris sekali di lihat pada realita yang ada pada masyarakat kota bekasi ini…
kalau mbak mau melihat realita masyarakat kota bekasi, coba deh mbak baca artikel saya : http://ubanzholic.blogspot.com/2010/01/aku-cinta-bekasi-sebuah-realita.html#comments
[Reply]
catila Reply:
January 31st, 2010 at 4:20 PM
@Subhan, Udah saya baca Bang..
wettt niat bgt yah neliti…
realitanya emang bgtu,
bsok2 cb diteliti ‘tingkat kerusakan jiwa akibat kesemrawutan kota’ heee..
pengen tau hasilnya
http://www.catilafeet.wordpress.com
[Reply]
Good Morning, I am a new member here and just wanted to say howdy to my new friends. What’s happening today?
[Reply]