Pak, Ada Uang Rokok??
Intermezzo Wednesday, January 4th, 2012 86 views
Karena tidak ada yang disuruh belanja, hari ini aku belanja sendiri, yah itung-itung sekalian tahu harga .. karena sebelumnya juga telah terbiasa belanja sendiri jadi tidak begitu masalah ketika hari ini juga harus melakukan sendiri lagi, hanya saja mungkin berbeda saja, waktu dan juga ketemu orang-orangnya.
Sesampainya di tempat belanja, biasa si bos pemilik gak pernah mantau anak buah dengan dagangannya, ia hanya di depan komputer dan buku keuangan, setiap ada transaksi ia hanya menuliskan apa yang diberitahukan anak buahnya.
Seperti hari itu, aku juga langsung menuju gudang belakang, dimana biasa banyak pekerja di sana dengan barang-barangnya, aku pun memilih barang yang hendak aku beli, lihat ke kanan, ke kiri, ke depan, balik lagi, kenapa ya susah banget barang yang aku cari hari ini, padahal dulu untuk mencari barang yang akan aku beli sangat mudah ditemukan, tinggal memilih dan tinggal dikemas dan bayar terus pulang, tapi hari ini, kenapa susah sekali? Akhirnya aku tanyakan kepada salah satu pekerja yang sedang sibuk dengan barang dagangannya, aku bilang cari barang ini, dan aku lihat ada satu barang yang aku cari, padahal yang aku butuhkan ratusan, “Mana barang ini, aku butuh banyak nih…”.
“yang mana mas? Yang ini, oh yang ini harus pesan dulu…”
Pesan dulu, aku sempat mikir, kenapa harus pesan dulu, padahal setahuku barang yang akan aku beli ini ada banyak sekali. ”O ya, pesen yang ini seratus ada gak?” tanyaku sambil menunjuk barang yang aku maksud.
“Ada, tapi gimana kalau besok diambilnya, karena barangnya dicari dulu”
“Hah, besok, nanti bisa gak, nanti sore lah..” aku coba tawar waktu, sayang juga kalau waktu cuma buat satu kepentingan saja, padahal banyak kepentingan lain.
“Bisa saja, nanti sore gimana, tapi jangan jam 5 karena sudah tutup dan kami sudah pulang”
“Ok, jam 4 ya… habis ashar saya kesini lagi, barang sudah ada ya?”
Akhirnya aku pulang dulu. Sekarang habis zhuhur, nanti kesini lagi habis ashar, ya sudah tidak apa-apa, mungkin memang aku harus istirahat dulu.
Sampai waktunya shalat ashar dan setelah shalat segera saja aku berangkat kembali untuk mengambil barang daganganku.
Sesampainya di sana, langsung saja aku temui pekerja yang tadi dan ternyata ia sudah menyiapkan barang yang aku mau dalam sebuah karung yang terbungkus rapi. Langsung saja aku menuju bos untuk membayar barang yang ku beli tersebut. Pekerja tadi menunjukkan sekarung barang belanjaanku sambil mengatakan, “Mi, seratus.” Setelah tawar menawar sebentar walaupun akhirnya tidak bisa ku tawar juga, maka ku bayar sebagaimana harga yang ditetapkan ibu itu. Aku serahkan uang dan aku terima kembalian dan aku pun baru saja mau mengangkat barang belanjaanku, tiba-tiba pekerja tadi berkata kepadaku, “Pak, ada uang rokok?”
Aku menoleh dan spontan mengatakan, “Oh, gak ada, tapi kalau uang lelah atau buat beli minum ada, mau?” kataku sambil mengambil uang di dompet kembalian dari ibu tadi.
“Iya Pak..”
“Ya sudah, sekalian bawain ke depan ya?” akhirnya aku suruh sekalian ia mengangkatkan belanjaanku ke depan dimana kendaraanku aku parkir.
“Baik pak..” katanya sambil mengangkat barang belanjaanku.
Saat ia menaruh barang belanjaanku, aku kembali bilang kepadanya, ”Kalau minta jangan uang rokok, karena saya pasti tidak akan mau memberi, karena sama saja saya mendukung orang merokok, jadi bilang saja uang lelah untuk membeli teh manis, maka saya lebih senang seperti itu.”
Pekerja itupun hanya mengangguk dan tersenyum.
:: Sebenarnya ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita sederhana di atas, tapi saya percaya pembaca cerita ini lebih cerdas dalam memahami dan mengambil pelajaran dari cerita di atas.
By: heane
