“Wah, sekarang macet ya di Bekasi…” itulah sebaris kalimat salah seorang kerabat dari LA (Lenteng Agung) yang bertandang ke rumah. Komentarnya meluncur setelah ia mengalami kemacetan sejak keluar tol Bekasi Barat hingga menuju rumah saya di kawasan urban pinggiran kota Bekasi yang bernama Bojong Rawalumbu. Sementara saya hanya tersenyum sambil mengangguk-angguk tanda setuju dengan apa yang baru saja dikatakannya.
Banyak penyebab kemacetan di Bekasi, salah satunya sudah tentu karena semakin banyaknya kendaraan yang beredar di jalan, yang kemungkinan juga karena semakin bertambahnya penduduk Kota Bekasi. Mengapa penduduk Bekasi bertambah? Mungkin karena Kota Bekasi semakin mirip dengan tetangga besarnya Jakarta, yaitu semakin lengkap dan modern sehingga hampir semua keperluan tersedia tanpa harus pergi ke “tetangga”.
15 tahun lalu ketika harus setiap pagi berjuang 1,5 hingga 2,5 jam dari Bekasi membelah kemacetan Jakarta untuk sampai ke kantor, saya selalu berangan-angan untuk bisa mengubah nasib mengenaskan ini. Pertama, saya berpikir untuk pindah tempat tinggal ke Jakarta, namun sudah pasti tak mungkin beli rumah di tengah kota Jakarta, yang ada paling ngontrak atau sewa kamar kos, dan itu hanya merupakan solusi jangka pendek.
Kedua, saya perlu solusi jangka panjang yaitu mau tidak mau harus “memindahkan” tempat kerja di Bekasi. Sepertinya agak mustahil ya, tapi justru itu yang paling memungkinkan. Memindahkan tempat kerja bukan berarti harus selalu mencari pekerjaan, tapi intinya adalah bagaimana mencari nafkah di Bekasi, bisa saja dengan berdagang, jadi makelar tanah, atau mungkin jadi loper koran? Entahlah, yang jelas persepsi bahwa rezeki hanya ada di ibukota Jakarta harus segera diubah.
Syukurlah cita-cita di angan-angan kedua itu akhirnya bisa terwujud, meski sekali dua kali tetap harus berlayar di lautan mobil di jalanan Jakarta yang semakin parah macetnya, paling tidak persepsi hanya Jakarta yang bisa memberi rezeki sudah berhasil diubah. Namun apa yang terjadi ketika kota satelit ini mulai menggeliat, mulai bisa dengan baik memenuhi hajat hidup warganya? Kota Bekasi jadi ikut-ikutan macet seperti Jakarta! Sebuah efek kemakmuran yang tak terhindarkan!
Lalu, apa solusi dari kemacetan yang mulai melanda kota Bekasi ini? Sepertinya memang harus cepat dicarikan jalan keluarnya sebelum kota ini menjadi semakin metropolitan, sebelum warganya makin egois susah diatur. Sayangnya tulisan ini memang tidak berusaha untuk memberi solusi akan kemacetan tersebut, karena dari awal sudah tertulis hanya sebuah curahan hati alias “curhat”. Mungkin perlu diadakan dialog, seminar, atau simposium khusus membahas kemacetan? Silakan saja, yang jelas saya harus berterima kasih kepada Anda yang sudah sudi membaca curhatan ini.
Komentar Terbaru