Mungkin tulisan ini agak terlambat. Tetapi tidak apa untuk antisipasi kedepan bagi para jemaah haji khususnya di Bekasi dan Indonesia umumnya.
Pada tanggal 2 Oktober 2012 lalu, ibu saya berangkat untuk menunaikan ibadah haji dengan kloter 35. Sebelum pemberangkatan jemaah menuju Asrama Haji Bekasi, diadakan pelepasan jemaah haji yang juga dihadiri oleh Bupati. Entah apa kepentingannya dan apa korelasinya dengan keberangkatan haji. Ya, sudahlah. Meski harusnya jemaah bisa bersantai menuju Asrama Haji sore harinya bila saja tidak “dipaksa” untuk menghadiri pelepasan jemaah haji dari pagi hingga sore.
Acara berlangsung cukup lama. Hingga menanti orang tua kami menuju bus rasanya membuat kami tidak sabar.
Jam 15.30 acara berakhir. Kami pun satu-satu memeluk ibu kami hingga suasana haru melepas kepergiannya ke tanah suci. Hampir setiap jemaah dan keluarganya melakukan hal yang sama. Cucuran air mata, tak terbendung kala itu.
Tiba-tiba di sela peluk cium itu, ada beberapa orang yang teriak “cepat-cepat… bus akan berangkat…”. Kamipun cukup panik. Apalagi, melihat para jamaah terlihat berebutan ingin menaiki bus yang akan memberangkatkannya ke Asrama Haji. Moment tersebut, adalah moment terakhir kami untuk bertemu ibu kami. Karena ketika sudah di Asrama Haji, kami tidak lagi diperkenankan untuk melihat.
Setelah semua jamaah ada di Bus, kamipun saling melambaikan tangan dengan air mata yang tumpah. Tapi apa yang terjadi, ibu kami berteriak-teriak dari dalam bus. Akupun serta merta berlarian menghampiri bus yang ibu naiki. Dari jendela bus, ibu berteriak kalau 2 Handphone yang seharusnya digunakan untuk saling berhubungan hilang dari dalam tas.
Kamipun panik dan berusaha mencari. Mulai dari luar gedung hingga ke dalam gedung. Mulanya kami berfikir handphone itu jatuh di dalam gedung, karena kami masih berhubungan dengan ibu sewaktu Bupati memberikan sambutan. Lalu fikiran kami mulai kepada pencuri yang bekerja di dalam gedung. Tapi setelah kami ingat-ingat, bagaimana sindikat pencuri itu membuat “Kepanikan” kepada jamaah untuk cepat menaiki bus, hingga membuat jamaah berdesak-desakan di pintu masuk bus, baru kami sadar; dimana para sindikat pencopet itu mempergunakan kesempatan. Hal itu terbukti, setelah 30 menit kami mencari bus ternyata belum benar-benar akan berangkat. Dan yang mengenaskan, hal itu juga terjadi pada jamaah lain dalam bus yang sama. Ada jamaah yang kehilangan uang 1000 Real, ada jamaah yang kehilangan kalung emas sebanyak berapa gram dan lainnya.
Syukurlah orang tua kami “hanya” kehilangan handphone yang tidak terlalu mengganggu keberangkatan beliau ke tanah suci. Tapi bagaimana jika ada yang kehilangan surat-surat berharga?
Untuk para penyelenggara, terutama ketua rombongan (Ketua Yayasan) yang saya pikir pasti berpengalaman puluhan tahun. Dan puluhan tahun pula kejadian ini berulang. Rasanya akan lebih bertanggung jawab untuk mewanti-wanti para jemaahnya untuk berhati-hati terhadap para sindikat copet. Toh, para jamaah membayar lebih untuk yayasan ketimbang haji mandiri tujuannya untuk lebih merasa nyaman dan aman. Jadi janganlah lepas tangan begitu saja.
Untuk para penyelenggara dan Pemda, ibadah haji untuk mereka yang uzur sudah cukup merepotkan. Rasanya tidak perlu disuguhi seremoni yang terlalu berlebihan hingga menguras tenaga mereka.
Untuk calon jemaah yang akan berangkat tahun depan. Ketahui bahwa selalu ada manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab mencari kesempatan memperkaya diri dari penderitaan orang lain. Maka selalu hati-hati. Sembunyikan tas kecil dalam kerudung atau baju anda. Dan jangan meletakkan uang dalam tas kecil. Akan lebih aman meletakkan uang di bagian dalam dari pakaian anda.
Dan bagi yang kehilangan, semoga keikhlasan anda dalam menerima ujian dan musibah akan terbayarkan di tanah haram…
Aamiin…
Komentar Terbaru