Home » Artikel » Memaknai Rasa Syukur

Memaknai Rasa Syukur

give-hand.jpg

Di atas bis saat berangkat kerja tadi pagi, saya sempat tersenyum-senyum sendiri membaca kisah berjudul “Bersyukur dan Bersabar” yang ditulis oleh Makmun Nawawi pada buku kompilasi tulisan Hikmah REPUBLIKA bertajuk “Pahala itu Mudah” (Penerbit Republika, 2005). Sang penulis mengutip sepenggal cerita yang dikutip dari kitab Mi’atu Qishshah wa Qishshah fi Anisish-Shalihim wa Sa-miril Muttaqin karya Muhammad Amin al-Jundi.

Diceritakan bahwa, Imran bin Haththan, suatu hari, masuk rumah untuk menemui istrinya. Imran adalah seorang yang buruk muka, tak ganteng, lagipula pendek, sementara itu, istrinya begitu cantik. Tatkala ia memandang istrinya, wanita itu bertambah cantik saja dalam pandangannya. Dia pun tak mampu mengekang dirinya untuk terus menatap sang istri.

Lalu istrinyapun keheranan dan bertanya,”Ada apa denganmu, suamiku?”

“Alhamdulillah, engkau sungguh seorang wanita yang cantik sekali,”jawab Imran spontan.

“Berbahagialah, karena aku dan engkau berada dalam surga,” kata istrinya lembut.

“Darimana engkau tahu itu?”, tanya Imran keheranan.

Istrinya menjawab,”Karena engkau telah diberi wanita seperti aku lalu engkau bersyukur, sedangkan aku diuji dengan seorang pria seperti engkau dan aku bersabar. Sementara itu, orang yang sabar dan bersyukur, keduanya berada dalam surga”.

Mendadak lamunan saya melayang.

Pada seorang kawan saya–sebut saja Fulan–yang, sekitar 6 tahun silam, bercerita dengan bangga dan rasa syukur tak terhingga bahwa ia akhirnya telah memiliki rumah sendiri. Meski itu hanya tipe 21, yang katanya secara berseloroh sebagai rumah RSSSSSSSSS (Rumah Sangat Sederhana Sekali Sampai Selonjor Saja Susah Saking Sempitnya).

Dengan mata berbinar Fulan berkata,”Meski rumah saya kecil seperti itu, semua berasal dari hasil kerja keras dan kucuran keringat saya sendiri yang halal. Tidak dari hasil korupsi atau manipulasi. Saya bersyukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepada saya, sekecil apapun, sesederhana apapun itu. Insya Allah dengan begitu, saya tidak termasuk hamba-hambaNya yang kufur atas nikmat dari Tuhannya”.

Saya terharu.

Kawan saya, dengan istri bersama dua orang anak yang masih kecil-kecil melakoni hidup dengan riang. Kesusahan hidup yang ia alami dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan sembari tetap bersyukur atas apa yang telah ia dapatkan serta tentu saja terus berikhtiar dan berusaha untuk melakoni hidup penuh semangat.

Ia lalu melontarkan kalimat yang sampai saat ini masih saya kenang, “Manusia memang lebih banyak menyesali sesuatu yang tak dapat diraih ketimbang bersyukur atas apa yang telah diperoleh,” katanya lembut. “Itu yang membuat kita lupa bahwa nikmat yang diberikan oleh Allah SWT sangat besar tercurah dan pada akhirnya mengabaikan rasa syukur yang seharusnya senantiasa bersemayam dalam hati”.

Fulan lalu mengajak saya berkeliling kerumahnya yang mungil. Dan ia, dengan nada berseloroh berucap,”Tahu nggak, rumah saya ini sangat strategis lho”.

Saya mendelik heran. “Kok bisa?”.

“Lha..iya, kemana-mana dekat. Ke kamar mandi dekat, ke dapur dekat, ke ruang tamu dekat. Bukankah itu sesuatu yang patut disyukuri?,” sahutnya dengan nada jenaka. Kami tertawa.

Saat pamit pulang, ia berucap sesuatu ditelinga saya. Sangat dalam dan menggetarkan kalbu.

“Bersyukurlah,niscaya kamu akan selalu bahagia menjalani hidup yang kian susah ini. Rahmat Allah senantiasa tercurah, tak ada habisnya diseluruh semesta. Jangan pernah dustakan itu. Yang penting kita tetap terus berusaha dan bersemangat melakoninya,” ujar Fulan sembari menepuk pundak saya dengan hangat.

Tiba-tiba saya jadi kangen kawan saya yang memiliki rumah sangat strategis itu.

Dan mendadak saya ingin berkata hal serupa–seperti yang dikatakan Imran pada cerita diatas–untuk istri saya. Semoga kelak kami sekeluarga menjadi penghuni surga, suami yang bersyukur memiliki istri cantik serta bersuara merdu merayu dan istri yang bersabar memiliki suami narsis petakilan tapi relatif ganteng ini

Sumber Gambar

Dukung Daeng Amril untuk Menang di Voting Online THE BOBS
Klik banner untuk Info
Photobucket

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by amriltg on Mar 19 2010. Filed under Artikel. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

3 Comments for “Memaknai Rasa Syukur”

  1. SubhanaAllah semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur tidak kufur akan nikmat yang diberikan Allah

    [Reply]

    eshape Reply:

    @ajengkol,
    amin
    amin
    amin

    [Reply]

    amril Reply:

    @ajengkol, Amin, Insya Allah mbak, Mas Eko

    [Reply]

Leave a Reply

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara


Amprokan Blogger

Sponsor

images-1

---

Member Be-Blog

Sudahkah Anda menjadi bagian dari Be-Blog?

Siapa saja yang sudah terdaftar?

Login

Login Anggota
Lost Password?

Shoutbox


Loading

WP Shoutbox
Name
Website
Message
Smile
:mrgreen::neutral::twisted::arrow::shock::smile::???::cool::evil::grin::idea::oops::razz::roll::wink::cry::eek::lol::mad::sad:8-)8-O:-(:-):-?:-D:-P:-o:-x:-|;-)8)8O:(:):?:D:P:o:x:|;):!::?:



Gabung di Milis Blogger Bekasi

Powered by Yahoo Groups

© 2010 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in

Switch to our mobile site

- Designed by Gabfire Themes